Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HADITS ANJURAN MENGASINGKAN DIRI

HADITS ANJURAN MENGASINGKAN DIRI

69- ANJURAN MENGASINGKAN DIRI TATKALA KONDISI MANUSIA DAN ZAMAN RUSAK, ATAU KHAWATIR TERGANGGU AGAMANYA DAN TERJERUMUS KE DALAM PERKARA YANG HARAM, YANG SYUBHAT DAN LAIN SEBAGAINYA.

Allah SWT berfirman:

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ

“Maka segeralah kembali kepada Allah. Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untuk kamu sekalian.” (Qs. Adz-Dzaariyaat:50)

602- وَعَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ r يَقُوْلُ: (( إنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الغَنِيَّ الْخَفِيَّ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
وَ الْمُرَادُ "بِالْغِنَى" غِنَى النَّفْسِ , كَمَا سَبَقَ فِى الْحَدِيْثِ الصَّحِيْحِ.

602. Dari Sa’d bin Abu Waqqash ra, berkata, “Saya mendengar Nabi bersabda, ‘Sesungguhnya Allah swt mencintai hamba-Nya yang takwa, kaya, lagi pula suka merahasiakannya.” (HR. Muslim).

Yang dimaksud dengan kaya di sini adalah kaya jiwa, sebagaimana yang dijelaskan pada hadits shahih nomer 527.

603- وَعَنْ أَبِي سَعِيْدِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: أيُّ النَّاسِ أفْضَلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مُؤْمِنٌ مُجَاهِدٌ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ في سَبِيْلِ اللهِ)) قَالَ: ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ: ((ثُمَّ رَجُلٌ مُعْتَزِلٌ فِي شِعْبٍ مِنَ الشِّعَابِ يَعْبُدُ رَبَّهُ)).

وفي رواية: ((يَتَّقِي اللهَ، وَيَدَع ُالنَّاسَ مِنْ شَرِّهِ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

603. Dari Abu Sa’d Al-Khudri RA, ia berkata, “Ada seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling utama? Beliau menjawab, “Orang mukmin yang berjuang di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya.” Ia bertanya, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Kemudian seseorang yang menyendiri pada salah sebuah dusun dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.”

Dalam riwayat lain dikatakan: “Dengan tujuan untuk bertakwa kepada Allah SWT dan menjauhi manusia karena kejahatannya.”(HR. Bukhari dan Muslim).

604- وعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : ((يُوشِكُ أنْ يَكُونَ خَيْرَ مَالِ المُسْلِمِ غَنَمٌ يَتَّبِعُ بِهَا شَعَفَ الجِبَالِ، وَمَوَاقِعَ ألْقَطْرِ يَفِرُّ بِدِيْنِهِ مِنَ الفِتَنِ)) رَوَاهُ الْبُخَارِي.

604. Dari Abu Sa’id Al-Khudri RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Bahwa sebaik-baik harta seorang muslim adalah kambing yang digembalakan di puncak gunung dan tempat-tempat bertetesnya air karena menjauhi fitnah-fitnah yang mengganggu agamanya.” (HR. Bukhari).

605- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِي  قَالَ: ((مَابَعَثَ اللهُ نَبِيًّا إلاَّ رَعَى ألْغَنَمَ)) فقَالَ أصْحَابُهُ: وَأنْتَ؟ قَالَ: ((نَعَمْ، كُنْتُ أرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لأَهْلِ مَكَّةَ)) رَوَاهُ الْبُخَارِي.

605. Dari Abu Hurairah dari Nabi beliau bersabda, “Allah tidaklah mengutus seorang Nabi melainkan ia menggembala kambing.”Para sahabatnya bertanya, “Dan engkau? Beliau menjawab, ‘Ya, aku dulu juga menggembala kambing dengan mendapat upah dari penduduk Makkah.’” (HR. Bukhari).

606- وعَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ  أَنَّهُ قَالَ: ((مِنْ خَيْرِ مَعَاشِ النَّاسِ رَجُلٌ مُمْسِكُ عِنَانَ فَرَسِهِ فِي سَبِيْلِ اللهِ، يَطِيْرُ عَلَى مِتْنِهِ كُلَّمَا سَمِعَ هَيْعَةً أوْفَزعَةً، طَارَ عَلَيْهِ يَبْتَغِي الْقَتْلَ، أَوِ المَوْتَ مَظَانَّهُ، أوْرَجُلٌ فِي غُنَيْمَةٍ فِي رَأسِ شَعَفَةٍ مِنْ هذِهِ الشَّعَفِ، أوْ بَطْنِ وَادٍ مِنْ هَذِهِ الأَوْدِيَةِ، يُقِيْمُ الصَّلاَةَ، وَيُؤتِي الزَّكَاةَ، وَيَعْبُدُ رَبَّهُ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْيَقِينُ، لَيْسَ مِنَ النَّاسِ إلاَّ فِي خَيْرٍ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

606. Dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik kehidupan manusia adalah seseorang yang memegang kendali kudanya untuk berjuang di jalan Allah. Ia meloncat ke atas punggung kuda setiap ia mendengar panggilan perang atau semacamnya. Dengan loncatannya itu ia mencari pembunuhan atau mati di tempat yang disangka ada musuh, atau seseorang yang menggembala anak kambing di puncak salah satu gunung atau di perut salah satu jurang dengan mendirikan shalat, menunaikan zakat dan senantiasa beribadah sehingga datangnya ajal. Ia tidak berhubungan dengan sesama manusia sedikitpun kecuali dalam kebaikan.” (HR. Muslim).