Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Tentang Taubat

Hadits Tentang Taubat
BAGIAN II
TAUBAT

Menurut pendapat para ulama, taubat hukumnya wajib dilakukan atas setiap perbuatan dosa yang dilakukan. Dan jika perbuatan dosanya tidak bersangkutan degan manusia, hanya bersangkutan antara seorang hamba dengan Tuhannya, maka syarat taubatnya ada tiga perkara, yaitu:

  1. Meninggalkan maksiat yang telah dilakukan.
  2. Menyesali perbuatannya.
  3. Bertekad tidak melakukannya kembali perbuatan itu selama-lamanya.
Apabila salah satu dari ketiga syarat itu tidak dipenuhi,maka taubatnya tidak sah.

Dan jika maksiat itu berhubungan dengan sesama manusia, maka syarat taubatnya ada empat, yaitu tiga syarat yang telah disebutkan, ditambah dengan membersihkan atau membebaskan diri dari hak tersebut, dengan cara yang disesuaikan dengan jenis perbuatan maksiat yang dilakukan:

  1. Apabila berupa harta benda, maka benda itu harus dikembalikan kepada pemiliknya.
  2. Apabila berupa had qadzaf (menuduh zina) dan semisalnya, maka kewajibannya menyerahkan diri kepada orang yang mempunyai hak atas dirinya (orang yang dituduhnya), atau meminta maaf kepada orang tersebut.
  3. Apabila berupa ghibah, maka ia harus meminta kepada orang yang dighibahinya, agar ia memaafkan kesalahannya.[1]
Selanjutnya, ia harus bertaubat dari semua dosa-dosanya. Dan berdasarkan pendapat para ulama, apabila seseorang bertaubat atas sebagian dosanya saja, maka taubatnya sah atas dosa yang ia sesali. Sisa dosa yang belum ia taubati, maka tetap merupakan dosa bagi dirinya.

Dalil-dalil dalam al-Qur’an, hadits dan ijma’ ulama tentang kewajiban-kewajiban taubat banyak sekali, diantaranya:

قَالَ الله تَعَالَى : وَتُوبُو إِلَى الله جَمِيْعًا أَيُّهَا المُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ [ ( النور: (۳۱

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” (QS An-Nur[24]:31)

اِسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا اِلَيهِ (هود:۳)

Allah Ta’ala berfirman:
“Dan hendaklah kamu minta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubatlah kepada-Nya.” (QS Hud[11]:3 )

وَقَالَ تَعَالى : ] يَأَيُهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا تُوبُوا إِلىَ الله تَوْبَةً نَصُوْحاً[ ( التحريم: (۸

Allah Ta’ala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.” (QS At-Tahrim[66]:8)

14- وَعَن أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله ُعَنه ُقَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْل الله يَقُوْلُ: واللهُ إِنِّي لاَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوبُ اَلَيْهِ في الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً « رَوَاهُ الْبُخَارِي

14. Dari Abu Hurairah ra.’ Ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah bersabda : ‘Demi Allah, sesungguhnya aku membaca istigfar dan bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali setiap hari”. (HR. Bukhari)

15- وَعَنِ الأَغَرِّ بِنْ يَسَارِ المَزْنِيِّ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله :يَأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوا إِلَى الله وَاسْتَغْفِرُوهُ فَإِنىِّ أَ تُوْبُ فِي الْيَوْمِ مِائَة َمَرَّّةٍ « رَوَاهُ مُسْلِمُ

15. Dari Al-Aghar bin Yasar Al-Muzanniy ra., ia berkata : “Rasulullah bersabda : ‘Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat seratus kali setiap hari. (HR.Muslim)

16- وَعَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسُ بْنِ مَلِكِ اَلْأَنْصَارِيَّ خَادِمُ رَسُوْلِ الله r رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْل الله r :» لَلَّهُ أَفْرَحُ بِتِوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلى بَعِيْرِهِ وَقَدْ أَضَلَّهُ فِي أَرْضِ فَلَاةٍ « [2]مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

وَ فِى رِوَايَةِ مُسْلِمٍ : » لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِيْنَ يَتُوْبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلى رَاحِلَتِهِ بأرضٍ فَلاةٍ, فَنْفَلَتَـتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا, فَأتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِيْ ظِلَّهَا وقد أَيِسِ مِنْ رَاحِلَتِهِ, فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَ لِكَ إِذٍ هُوَ بِهَا قاَئِمَةً عِندَهُ, فَأَخَذَ بِخِطاَمِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّتِ الفَرَحِ : اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِى وَأَنَا رَبُّكَ, أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ «.

16. Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al-Anshariy (pembantu Rasulullah SAW.), berkata : “Rasulullah SAW.bersabda : ‘Sesungguhnya Allah gembira menerima taubat hamba-Nya, melebihi kegembiraan seseorang diantara kalian ketika kembali menemukan ontanya yang hilang dipadang yang luas.” (HR. Bukhari Muslim)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan, beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah sangat gembira menerima taubat hamba-Nya ketika bertaubat kepada-Nya, melebihi dari kegembiraan seseorang yang berkendaraan ditengah padang pasir tetapi hewan yang ditungganginya lari meninggalkannya, padahal diatas hewan itu terdapat makanan dan minuman, kemudian ia berteduh di bawah pohon, dan membaringkan badannya, sedangkan ia benar-benar putus asa untuk menemukan kembali hewan yang dikendarainya. Ketika bangkit ia menemukan kembali hewan yang dikendarainya lengkap dengan bekal yang dibawanya, ia pun segera memegang tali kekangnya, seraya berkata karena sangat gembira : “Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu.” Dia lupa mengucapkan kalimat itu karena luapan kegembiraannya.”

17- وَعَنْ أَبِي مُوْسَى عَبْدُ الله بْنِ قَيْسٍ اِلْأَشْعَرِيَّ رَضِيَ الله عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ r قَالَ: إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِا للَّـيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِئَ النَّهـَارِ, وَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهـَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيئَ اللَّيـلِ حَتىَّ تَطْلُعَ الشَمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا « .رَوَاهُ مُسْلِمُ.

17. Dari Abu Musa Abdullah bin Qais Al Asy’ari dari Nabi SAW., beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan tangan-Nya(memberikan kesempatan)pada waktu malam, untuk taubat orang yang berbuat dosa pada siang hari. Dan Allah membentangkan tangan-Nya pada waktu siang, untuk taubat orang yang melakukan dosa pada malam hari hingga matahari terbit dari barat[3].” (HR. Muslim) [4]

18- وعَن أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ:قَالَ رَسُوْل الله r :» مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطلُعَ الشَمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ الله عَلَيهِ « رَوَاهُ مُسْلِمُ.

18. Dari Abu Hurairah., ia berkata : “Rasulullah SAW.bersabda: ‘Barang siapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, niscaya Allah menerima taubatnya.” (HR.Muslim)

19- وَعَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدُ الله بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ الله عَنْهُما عَنِ النَّبِيِّ r قَالَ: إِنَّ الله عَزَّ وَجّلَّ يَقْبَلُ تَوْبَةَ العَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ « [5] رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقَالَ:حَدِيْثٌ حَسَنٌ.

19. Dari Abu Abdurrhman Abdullah bin Umar bin Khaththab ra., dari Nabi SAW., beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung akan menerima taubat seseorang sebelum nyawanya sampai di tenggorokan(sebelum sakarat).” (HR. Tirmidzi)

20- وَعَن زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ قَالَ: أَتَيْتُ صَفْواَنَ بْنِ عَسَّالٍ رَضِيَ الله عَنْهُ أَسْألُهُ عَنِ الْمَسْحِ عَلَى الْخُفَّيْنِ فَقَالَ: مَاجَاءَ بِكَ يَازِرٌّ؟ فَقُلْتُ :ابْتِغَاءَ العِلْمِ فَقَالَ: إِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضىً بِمَايَطْلُبُ. فَقُلْتُ: إِنَّهُ قَدْحَكَّ فِي صَدْرِي الْمَسْحُ عَلى الْخُفَّيْنِ بَعْدَ الْغَائِطِ وَالْبَوْلِ, وَكُنْتَ أَمْرَءًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ r فَجِئْتُ أَسْئَالُكَ هَلْ سَمِعْتَهُ يَذْكُرُ فِي ذَلِكَ شَيْئًا ؟ قَالَ: نَعَمْ, كَانَ يَأْمُرُنَا إِذَكُنّاَ سَفَرًا – أَوْ مُسَافِرِيْنَ – أَنْ لاَ نَنْزِعَ خِفَافَنَا ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَا لِيْهِنَّ إِلاَّمِنْ جَنَابَةٍ, لكِنْ مِنْ غَائطٍ وَبَوْلٍ وَنَوْمٍ. فَقُلْتُ: هَلْ سَمِعْتَهُ يَدْكُرُ فِي الهَوَى شَيْئًا ؟ قَالَ: نَعمْ, كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ الله r فيِ سَفَرٍ, فَبَيْنَما نَحْنُ عِندَهُ إِذ ْنَادَاهُ أَعْرَابِيٌَ بصَوْةٍ لَهُ جَهْوَرِيًّ : يَا مُحَمَّدْ, فَأَجَابَهُ رَسُوْلُ الله r نَحْوًا مِِنْ صَوْتِهِ » هَاؤُمْ « فَقُلْتُ لَهُ :وَيْحَكَ أَغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ فَأِنَّكَ عِنْدَ النَّبِيِّ r , وَقَدْ نُهِيْتَ عَن هَذَا! فقَالَ: وَالله لاَ أَغْضُضْ. قَالَ اْلَأعْرَابِي: اَلْمَرْءُ يُحِبُّ الْقَوْمَ وَ لَمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ ؟ قَالَ النَّبِيَّ r : » اَلْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ يَوْمَ الْقِياَمَة « فَمَا زَالَ يًحَدَّثُنَا حَتَّى ذَكَرَ بَابًا مِنَ الْمَغْرِبِ مسيرةُ عَرضِهِ أَو يَسٍيرُ الرَّاكَبُ فِي عَرْضِهِ أَرْبَعْينَ أَوْسَبْعِيْنَ عَامًا. قَالَ سُفْيانُ أحَدً الرُّوَاةِ: قِبََلَ الشَّامِ, خَلَقهُ الله تَعَالَى يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَألأَرْضَ مَفْتُوحًا للِتَّوْبَةِ لاَيُغْلَقُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمسُ مِنْهُ. رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَغَيْرُهُ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.

20.Dari Zir bin Hubais ia berkata : “Aku mendatangi Shafwan bin ‘Assal ra., untuk menanyakan tentang mengusap kedua khuf, kemudian ia menanyaiku : “Wahai Zir, mengapa engkau kemari?” Aku menjawab untuk : “mencari ilmu.” Ia pun berkata : “Sesungguhnya malaikat membentangkan akupnya bagi bagi orang yang mencari ilmu, karena senang terhadap apa yang dicarinya.” Kemudian aku melanjutkan peratnyaanku : “Wahai Shafwan, aku masih kurang jelas tentang mengusap dua sepatu sesudah berak dan kencing sedangkan engkau adalaha salah seorang dari sahabat Nabi SAW., maka aku datang kesini untuk bertanya kepadamu, apakah engkau pernah mendengar beliau menjelaskan masalah itu?” ia menjawab : “Ya beliau menyuruh kami bila dalam perjalanan agar tidak melepas Khuf(sepatu)selama tiga hari tiga malam kecuali kalau berjanabat, tetapi kalau hanya berak, kencing atau tidur tidak perlu dilepas.” Aku bertanya lagi : “Apakah engkau pernah mendengar Rasulullah SAW., menyebut tentang cinta?” ia menjawab : “Betul. Ketika kami datang bepergian bersama Rasulullah, mendadak seorang badui memanggil Rasulullah dengan suara keras : “Ya...Muhammad,” Maka Rasulullah pun menjawab menyamai seruannya. Kemudian aku berkata kepada orang badui itu : “Rendahkanlah suara kamu karena engkau berhadapan dengan Nabi SAW dan kamu dilarang berkata seperti itu.” Dan orang badui berkata lagi : “Bagaimana seseorang yang mencintai sekelompok orang, tetapi dia tidak boleh berkumpul dengannya?” Nabi SAW.menjawab : “Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya di hari kiamat.” Beliau selalu bercerita kepada kami, sampai akhirnya beliau menceritakan tentang sebuah pintu yang berada sebelah barat, pintu itu selebar 40 atau 70 tahun perjalanan.” Menurut Sufyan, salah seorang perawi dari syiria berkata : “Allah Ta’ala menciptakan pintu itu ketika Ia menciptakan langit dan bumi; pintu itu akan senantiasa terbuka untuk menerima taubat dan tidak akan ditutup sebelum matahari terbit dari arah barat. (HR.Tirmidzi dan yang lain)

21- وَعَنْ أَبِي سَعِيْدِ بْنِ مَلِكٍ سِنَانْ اَلْخُدْرِيِّ رَضِيَ الله عَنْهُ, أَنَّ نَبِيَّ الله r قَالَ: » كَانَ فِيْمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا,فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الأرَضِ, فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ .فَأَتَاهُ فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ ؟ فقَالَ لاَ, فقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً, ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ, فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ فَقَالَ: إِنّـَهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ ؟ فَقَالَ: نَعَمْ, وَمَنْ يَحُوْلُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ ؟ انْطَلِقِ إِلَى الأَرضِ كَذا وَكذا فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ الله تَعَالىَ فاَعْبُدِ اللهِ مَعَهُمْ, وَلاَ تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أَرْضُ سُوءٍ, فَانْطَلَقَ حَتَّى إذَنَصَفَ الطَّرِيْقَ أَتَاهُ, الْمَوْتُ, فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلاَئِكَةُ الْعَذَابِ. فقَالَتْ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَة: جَاءَ تَائِبًا, مُقْبِلاً بِقَلْبِهِ إِلى الله تَعَالَى, وقَالَتْ مَلاَئِكَةُ الْعَذَابِ: إِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ, فَأَتَاهُمَ مَلَكُ فِى صُورةِ أدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ _ أَيْ حَكَمًا- فقَالَ: قِيْسُوا مَا بينَ الأَرْضَيْنِ فإِلىَ أيَّتهماكَانَ أَدْنَى فَهُوَ لَهُ. فَقَاسُوْا فَوَجَدُوهُ أَدْنَي إِلَى الأَرضِ الَّتِي أَرَادَ, فَقَبَضَتْهُ مَلاَئِكَةُ الرَّحِمَةً «. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

وَفِي رِوَايَةٍ فِي الصَّحِيَحِ: » فَكَانَ إِلى الْقَرْيةِ الصَّا لِحَةِ أَقْرَبَ بِشِبْـرٍ فَجُعِلَ مِنْ أَهْلِهَا «

وَفِي رِوَايَةٍ فِي الصَّحِيَحِ: » فَأَوْ حَى الله تَعَالىَ إِلَى هَذِهِ أَنْ تَبَاعَدِي, وَ إِلَى هَذِهِ أَنْ تَقَرّبَيِ, وَ قَالَ : قِيْسُوْا مَا بَيْنَهُمَا, فَوَجَدُوْهُ إِلَى هَذِهِ أَقْرَبُ بِشِبْرٍ فَغُفِرَلَهُ « وَفِي رِوَايَةٍ » فَنَأَى بِصَدْرِهِ نَحْوَهَا «

21. Dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khudriy ra., Nabi saw. bersabda : “Sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang. Kemudian ia bertanya kepada penduduk sekitar tentang seorang yang alim, maka ia ditunjukan kepada seorang rahib(pendeta Bani Israil). Setelah mendatanginya ia menceritakan bahwa ia telah membunuh 99 orang, kemudian ia bertanya : “Apakah ia bisa bertaubat.” Pendeta itu menjawab : “tidak” Maka pendeta itupun dibunuhnya, sehingga genaplah jumlah orang yang dibunuhnya menjadi seratus. Kemudian dia menanyakan tentang seseorang yang paling alim diatas bumi ini. Ia ditunjukan kepada seorang laki-laki alim. Ketika menghadap ia bercerita bahwa dirinya telah membunuh sebanyak seratus jiwa, dan bertanya : “bisakah aku bertaubat?” orang alim itu menjawab : “Ya, siapakah yang akan menghalangi orang bertaubat? Pergilah kamu kekota ini(menunjukan ciri-ciri kota yang dimaksud) karena disana terdapat orang-orang yang menyembah Allah Ta’ala. Beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka dan jangan kembali ke kotamu, karena kotamu merupakan tempat (lingkungan) yang jelek!”

Lelaki itupun berangkat, ketika menempuh separuh perjalanan[6], maut menghampirinya, kemudian terjadilah perselisihan antara malaikat Rahamat dengan malaikat azab, siapakah yang lebih berhak membawa ruhnya. Malaikat rahmat beralasan bahwa orang ini datang dalam keadaan bertaubat, lagi pula mengahadapkan hatinya kepada Allah. Sedangkan malaikat azab(bertugas menyiksa hamba Allah yang berdosa) beralasan bahwa orang ini tidak pernah melakukan amal baik. Kemudian Allah SWT mengutus malaikat yang menyerupai manusia mendatangi keduanya untuk meyelesaikan masalah itu, dan berkata : “Ukurlah jarak dari tempat ia meninggal ke kota asalnya dan kota yang ditujunya, mana yang lebih dekat maka itulah baginya.” Para malaikat itu mengukur, lalu mereka menemukan bahwa si pembunuh itu ketika meninggal jaraknya lebih dekat ke kota yang ditujunya. Maka malaikat rahmatlah yang berhak membawa roh orang tersebut.” (HR.Bukhari dan Muslim)

Pada riwayat yang lain didalam kitab Ash-Shahih dikatakan : “Ia lebih dekat sejengkal untuk menuju daerah tujuan tersebut, karenanya ia dimasukan dalam kelompok mereka.”

Dalam riwayat lain disebutkan didalam kitab Ash-Shahih : “Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan kepada daerah hitam itu untuk menjauh dan memerintahkan kepada daerah yang baik itu untuk mendekat kemudian menyuruh kedua malaikat itu mengukurnya, akhirnya mereka mendapatkan daerah yang baik itu sejengkal lebih dekat sehingga ia diampuni.”

Didalam riwayat lain disebutkan : “Allah mengarahkan hatinya untuk menuju ke daerah yang baik itu.”

22- وَعَنْ عَبْدِ الله بْنِ كَعْبِ بْنِ مَلِكٍ, وَكَانَ قَائِدَ كَعْبٍ رَضِيَ الله عَنْهُ مِنْ بَنِيهِ حِيْنَ عَمِيَ قَالَ: سَمِعْتُ كَعْبَ بْنِ مَلِكٍ رَضِيَ الله عَنْهُ يحَُـدِّثُ بِحَدِيْثِهِ حِيْنَ تَخَلَّفَ عَنْ رَسُوْلِ الله r فىِ غَزْوَة ِتبُوكَ. قَالَ كَعْبٌ:لم أتَخَلَّفْ عَنْ رَسُوْلِ الله r فِي غَزْوَةٍ غَزَاهاَ قَطُّ إِلاَّ فىِ غَزْوَةِ تَبُوْكَ, غَيْرَ أنِّي قَدْ تَخَلَّفْتُ في غَزْوةٍ بَدْرٍ, وَلَمْ يُعَاتَبْ أَحَدٌ تَخَلَّفَ عَنهُ: إِنَّمَا خَرَجَ رَسُوْلُ الله r وَالْمُسْلِمُونَ يُرِيْدُوْنَ عِيْرَ قَرَيْشٍ حَتَّى جَمَعَ الله تَعَالَى بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ عَدُوِّهِمْ عَلىَ غَيْرَ مِيْعَادٍ. وَلَقَدْ شَهِدْتُ مَعَ رَسُوْلِ الله r لَيْـلَةَ الْعَقَبَةِ حِيْنَ تَوَاثَقْنَا عَلَى الْإِسْلَامِ, وَمَا أُحِبُّ أَنَّ لِي بِهَا مَشْهَدَ بَدْرٍ,وَإِنْ كَانـَتْ بَدْرٌ أَذْكَرُ فِى النَّاسِ مِنْهَا. وَكَانَ مِنْ خَبَرِ حِيْنَ تَخَلَّفْتُ عَن رَسُوْلِ الله r فِي عَزْوَةِ تَبُوكَ أَنِّى لَمْ أكُنْ قَطُّ أَقْوَى وَلَا أيْسَر مِنِّي حِيْنَ تَخَلََّّفْتُ عَنهُ في تِلْك الْعَزْوَةِ, وَالله مَا جَمَعْتُ قَبْلَهَارَاحِلَتَيْنِ قَطُّ حَتَّى جَمَعْتُهُمَا فِي تِلْكَ الْعَزْوَةِ وَلَمْ يَكُنْ رَسُوْلُ الله r يُرِيْدُ عَزْوَةً إِلاَّ وَرًّى بِغَيْرِهَا حَتَّى كَانَتْ تِلْكَ الْعَزْوَةُ, فَغَزَاهَا رَسُوْلُ الله r فِي حَرٍّ شَدِيْدٍ, وًاسْتَقْبَلَ سَفَرًا بَعِيْدًا وَمَفَازًا , واَسْتَقْبَلَ عَدَدًا كَثِيْرً, فَجَلىَّ لِلْمُسْلِمِيْنَ أَمْرَهُمْ لِيَتَـأَهَّبُوا أُهْـبَةً غَزْوِهِم فَأَخْبَرَهُمْ بِوَجْهِهِمُ الَّذِي يُرِيْدُ, وَالْمُسْلِمُونَ مَعَ رَسُوْلِ الله كَثِيْرُ وَلاَ يَجْمَعُهُمْ كِتَابٌ حَافِظ ٌ( يُرِيْدُ بِذَلكَ الدِّيْوَانَ) قَالَ:كَعَبْ: فَقَلَّ رَجُلٌ يُرِيْدُ أَنْ يَتَغَيَّبَ إِلاَّ ظَنَّ أَنَّ ذَلِكَ سَيَخْفَى بِهِ مَالَمْ يَنْزِلْ فِيْهِ وَحْيٌ مِنَ الله, وَغَزَا رَسُوْلُ الله r تِلْكَ الْعَزْوَةَ حِيْنَ طَابَتْ الثَّمارُ وَالظَّلاَلُ, فَأَناَ إِلَيْهَا أَصْعَرُ, فَتَجَهَّزُ رَسُوْل الله r وَالْمُسْلِمُونَ مَعَهً وَطَفِقْتُ أَغْدُو لِكَي أَتَجَهَّزُ مَعَهُ, فأَرْجِعُ وَلَم أََقْضِ شَيْأً, وَأقُولُ فى نَفْسي: أنَا قَادِرٌ على ذلك إذَا أَرَْدتُ, فَلَمْ يَزَلْ يَتَمَادَى بِي حَتَّىاسْتَمَرً باِ لنَّاس الْجِدُّ فَأَصْبَحَ رَسُوْل الله r غَاديًا وَالْمُسْلِمُونَ مَعَهَ وَلَمْ أَقضِ مِنْ جِهازِي شَيْيئًا, ثُمًّ غدُوتُ فَرَجَعْتُ, وَلَمْ أَقْضِ شَيْئًا, فَلَمْ يَزَلْ ذَلِكَ يَتَمَادَى بِىحَتَّى أَسْرَعُوا وَتَفَارطَ الْغَزْوُ, فَهَمَمْتُ أَنْ أََرْتَحِلَ فأُدْرِكَهُمْ,فَيَا لَيْتَنِى فَعَلْتُ, ثُمَّ لَمْ يُقَدَّرْ ذَلِكَ لي, فَطَفِفْتُ إِذَا خَرَجْتُ فيِ النَّاسِ بَعْدَ خُرُوْجِ رَسُوْل الله r يَحْزُنُنِي أنِّي لاَأََرَى لِي أُسْوَةٌ , إلاَّ رَجُلاً مَغْمُو صًا عَلَيْهِ فِى النَّفَاق, أوْ رَجُلاً مِمَّنْ عَذَرَ الله تَعَالَى مِن َالضًّعَفَاءِ, وَلَمْ يَذْكُرْنِى رَسُوْلُ الله r حَتَّى بَلَغَ تَبوكَ, فقَالَ وَهُوَ جَالِسُ فِي القَوْمِ بِتَبُوكَ: » مَا فَعَلَ كَعْبُ بْنُ مَلِك « ؟ فقَالَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلِمَة: يا رَسُوْل الله حَبَسَهُ بُرْدَاهُ وَالنَّظَرُ فِي عِطْفَيْهِ. فقَالَ لَـهُ مُعَاذ ُبْنُ جَبَلٍ رَضِيَ الله عَنْهُ: بِئسَ مَا قُلْتَ ‍‍‍‍‍وَاللهُ يَا رَسُوْل الله مَا عَلِمْنَا عَلَيْهِ إِلاَّخَيْرًا, فَسَكَتْ رَسُوْلُ الله r . فَبَيْنَا هُوَ عَلى ذَلِكَ رَأَى رَجُلاً مُبِيْضًا يَزُولُ بِهِ السَّرَابُ, فَقَالَ رَسُوْلُ الله r :» كُنْ أبَا خَيْثَمَةْ « فَإِذَ هُوَ أَبُوْ خَيْثَمَةَ الأَنْصَارِيُّ- وَهُوَ الَّذِي تَصَدَّقَ بِصَاعِ التَّمْرِ حِيْنَ لَمَزَه ُالُمنَافِقُوْنَ -

قَالَ كَعَبْ: فَلَمَّا بَلَغَنِي أَنَّ رَسُوْلَ الله r قَدْ تَوَجَّهَ قَافِلاً مِنْ تَبُوكَ خَضَرَني بثّي, فَطَفِفْتُ أَتَذَكَّرُ الْكَذِبَ وَأَقُولُ: بِمَ أَخْرُجُ مِنْ سَخَطِهِ غَذًا ؟ وَأَسْتَعِينُ عَلَى ذَلِكَ بِكُلَّ ذِي رَأْيٍ مِنْ أَهْلِى, فَلَمَّا قِيْلَ:إِنَّ رَسُوْل الله r قَدْ أَضَلَّ قَادِمًا,زَاحَ عَنِّي الْبَاطِلُ حَتَّى عَرَفْتُ أَنِّي لَنْ أَنْجُو[7] مِنْهُ بِِشَيْئٍ أَبَدًا, فَأَجْمَعْتُ صِدْ قَهَ وَأصْبَحَ رَسُوْل الله r قَادِمًا, وَكَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ بَدَأَ بِالْمَسْجِدِ فَرَكَعَ فِيْهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ جَلَسَ للِنَّاسِ, فَلَمَّا فَعَلَ ذَلِكَ جَاءهُ الْمَخَلَّفُونَ يَعَتَذِرُونَ إِلَيْهِ وَيَحْلِفُونَ لَهُ,وَكَانُ بِضْعًا وَثَماَنِيْنَ رَجُلاً, فَقَبِلَ مِنْهُمْ عَلاَ نِيَتَهُمْ وَبَايَعَهُمْ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمْ وَوَكَلَ سَرَائِرَهُمْ إِلَىالله تَعَالى,حَتَّى جِئْتُ, فَلَمَّا سَلَمْتُ تَبَسَّمَ تَبَسُّمَ الْمُغْضَبِ .ثُمَّ قَالَ: » تَعَالَ« فَجِئتُ أَمْشِي حَتىَّ جَلَسْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَقَالَ لىِ: » مَا خَلّّفَك:َ ؟ أَلَمْ تَكُونْ قَدِ ابْتَعْتَ ظَهْرَكَ« ؟ قَالَ قُلْتَُ يَارَسُوْل الله أنّي وَ الله لَوْ جَلَسْتُ عِنْدَ غَيْرُكَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا لَرَأَيْتُ انَّي سَأخرُجُ مِنْ سِخَطِهِ بِعُذِرٍ:لَقَد أُعْطِيتُ جَدَلاً , وَلَكِنَّي وَالله لَقَدْ عَلِمْتُ لَئِنْ حَدَّثتُكَ الْيَوْمَ حَدِيْثَ كَذَبٍ تَرْضَ بِهِ عَني لَيًوشِكَنَّ الله يُسْخِطُكَ عَلَيَّ, وَإِنْ حَدَثْتُكَ حَدِيْثَ صِدْقٍ تَجِدُ عَلَيَّ فِيه [8] إنِّي لَأَرْجُو فيْهِ عُقْبَى الله عَزَّ وَجَلَّ وَالله مَاكَانَ لِي مِنْ عُذْرٍ,والله مَا كنت قَطَّ أَقْوَى وَلاَ أيْسَرَ مِنَّي حِيْنَ تَخَلَّفْتُ عَنكَ. قَالَ: فقَالَ رَسُوْل الله r » أمَّا هذَا فَقَدْ صَدَقَ, فَقُمْ حَتَّ يَقْضِيَ الله فِيْكَ « وَسَارَ رِجَالٌ مِنْ بَنْي سَلِمَة فَا تَّبَعُونِي فقَالَواُ لي:وَاللهِ مَاعَلِّمْنَاكَ أَذْنَبْتَ ذَنْبًا قَبْلَ هَذَا لَقَدْ عَجَزْتَ فيِ أَن لا َتَكُونَ اعِتَذَرْتَ إلَى رَسُوْل الله r بِمَا اعْتَذَرَ بِهِ المَْخَلَّفُوْنَ, فَقدْ كَانَ كَافِيْكَ ذَنْبَكَ اسْتِغْفَارَ رَسُوْل الله r لَكَ. قَالَ : فَوَ الله مَا زَالُوْا يُؤَنِّـبُوْنَنِي حَتَّى أَرَدْتُ أَنْ أَرْجِعَ اِلَى رَسُوْل الله صَلَّى الله عليه و سلم, فَاُكَذَّبَ نَفْسِي, ثُمَّ قُلْتَ لَهُمْ:هَلْ لَقِيَ هَذَا مَعِيَ مِنْ أَحَدِ؟ قَالَو: نَعَمْ لَقيهُ مَعَكَ رَجُلاَنِ قَالَ مِثْلَ قُلْتَ, و,َقِيْلَ لَهُمَا مِثْلَ ماَقِيْلَ لَكَ,قَالَ قَلْتُ: مَنْ هُمَا ؟ قَالَو: مُرَارَةُ بْنِ الرَّبَيع الْعَمرِيُّ,وَهِلاَلُ بْنُ أُمَيَّةَ الوَاقِفِيُّ ؟ قَالَ: فَذَاكَرُولي رَجُلَيْنِ صَالِحَيْنِ قَدْ شَهِدَ بَدْرًافِيْهِمَا أُسْوَةٌ,قَالَ:فَمَضيَْتُ حِينَ ذُكِرُ هُمَا لِيْ.وَنَهَى رَسُوْلُ الله r عَن كَلاَمِنَا أَيُّهَا الثَّلاَثَةُ مِنْ بَيْنِ مَنْ تَخَلَّفَ عَنهُ فَاجْتَنَبَنَا النَّاسُ-أَوْ قَالَ: تَغَيَّـرُوالنَاَ-حَتَّى تَنَكَّرَتْ ليِ فِى نَفْسِي اْلَأرْضُ, فَمَا هِيَ باِلأَرْضِ الَّتِي أعْرف, فَلَبْثِنَاعلى ذَلكَ خَمْسِينَ لَيْلَةً. فَأَمَّاصَاحِبَايَ فَاسْتَكَانَا وَقَعَدَا فِي بُيُوتِهِمَايَبْكِيَان, وَأَمَّا أَنَا فَكُنْتُ أَشَبَّ الْقَوْمِ وَأجْلَدَهُمْ فَكُنْتُ أَخْرُجُ فَأَشْهَدُ الصَّلاَةَ مَعَ الْمُسْلِمِينَ,وَأطُوفُ في الأسوقِ ولا يَكَلَّمُنِي أَحَدٌ,وَآتِي رَسُوْل الله r فأُسَلَّمُ عَلَيهِ وَهُوَ فِي مَجْلِسِيهِ بَعْدَ الصلاَةِ, فأَقُولُ في نَفْسِي: هَلْ حَرّكَ شَفَتَيهِ بَرَدِّ السَّلاّمَ أمْ لاَ ؟ ثُمَّ أًصَلِّي قَرِيْبًا مِنهُ وَأَسَارِقُهُ [9] النَّظَرَ, فَإِذَا أَقْبَلْتُ عَلى صَلاَتِيْ نَظَرَ إِلَيَّ وَإذَالْتَفَتتُّ نَحْوَهُ أعْرَضَ عَنيِّ, حَتَّى إِذا َطَالَ ذَلِكَ عَلَيَّ مِنْ جَفْوَةٍ الْمُسْلِميْنَ مَشَيْتُ حَتّى تَسَوَّرْتُ جِدَارَ حَائِطِ أَبِي قَتَادَةَ وَهُوَ أَبْنُ عَمَّى وَأَحَبُّ النَّاس إليَّ, فَسَلَمْتُ عَلَيْهِ فوَ الله مَارَدَّعَلَى السَّلاَمْ, فَقُلْةُ لَهُ: يَا أبَا قَتَادَةَ أُنْشِدُكَ بِا الله هَلْ تَعْلَمُنِي أُحِبُّ الله وَرَسُوْلهُ r ؟ فَسَكَتَ, فَعُدْتُ فَنَا شَدْتُهُ فَسَكَتَ, فَعُدْتُ فَنَاشَدْتُهُ,فقَالَ: الله وَرَسُوْلهُ أَعْلَمُ: فَفَاضَتْ عَيْنَايَ, وَتَوَلَيْتُ حَتَّ تَسَوَرْتُ الجِْدارَ, فَبَيْنَا أَنَا أَمْشِى فِي سُوقِ الْمَدِيْنَةِ إِذَا نَبَطَّيِ مِنْ نَبَطِ أَهْلِ الشام [10] مِمَّنْ قَدِمَ باالطَّعَامِ يَبِيْعُهُ بِالْمَدِينَةِ يَقُول: مَنْ يَدَلُّ على كَعْبِ بن مَلك ؟ فَطَفِقَ النَّاسُ يُشِيرُونَ لَهُ إِلَيَّ حَتَّى جَاءَنِي فَدَفَعَ إِلَيَّ كِتَابًا مِنْ مَلِكِ غَسَّانَ, وَكُنْتُ كَاتِبًا. فَقَرَأَتُهُ فَإِذَ فِيْهِ: أمَا بَعْدُ فَإِنَّهُ قَدْ بَلَغَنَا أَنَّ صَاحِبَكَ قَدْ جَفَاكَ وَلِمْ يَجْعَلْكَ اللهُ بَدَارِ هوانٍ وَلاَ مَضْيعَةٍ, فَالْحَقْ بِنَا نُواَسِكَ, فَقُلْتُ حِينَ قَرَأْتُهَا: وَهَذِهِ أيْضًا مِنَ الْبَلاَءِ, فَتَيَمَمْتُ بِهَا التَّنُّورَ فَسَجَرْتُهَا, حَتَّى إِذَا مَضَتْ أَرْبَعُونَ مِنَ الْخَمْسِيْنَ وَاسْتَلْبَثَ الْوَحِيُ إِذَ رَسُوْل الله r يَأتينى, فقَالَ: إن رَسُوْل اللهr يَأْمُرُوْكَ أَنْ تَعْتَزِلَ امرَأَتَكَ, فَقُلْتُ : أُطَلَّقُهَا أمْ ماذَا اَفْعَلُ ؟ فَقَالَ:لاَ, بَلْ أَعْتَزِلْهَا فَلاَ تَقْتَرِ بَنَّهَا, وَأَرْسَلَ إِلى صَاحِبيّ بِمِثْلِ ذَلِكْ. فَقُلتُ لأَمْرَأَتِيْ: اِلْحَقِيِّ بِأَهِلِكِ فَكُونِي عِنْدَهُمَ حَتَّى يَقَْضِيَ اللهِ فى هذالأَمْرِ.فَجَاءَتِ امْرَأَة هِلاَلِ أُمَيَّةِ رَسُوْل اللهr فَقَالَت لَهُ: يَارَسُوْل الله إِنَّ هِلاَلَ بن أُمِيَّةِ شَحُ ضَائِعٌ لَيْسَ لَهُ خَدِمٌ,فَهَلْ تَكْتَرَهُ أَنْ أَخِدُمَهُ ؟ قَالَ: » لاَ,وَلكِنْ لاَ يَقْتَرَبَنَّكِ « فَقَالَتْ : إِنَّهُ والله مَابه مِنْ حَرَكَةٍ إِلى شَيْئٍ,وَالله مَازَالَ يَبْكِيْ مُنْذُ كانَ مِنْ أمْرِهِ مَاكَانَ ألَىيَوْمِهِ هذا.فقَالَ لي بَعْضُ أَهْلِي: لَو استَأْذَنْتَ رَسُوْل الله r فِي امْرَأَتِكَ فَقَدْ أَذِنِ لإِمْرَأَةِ هِلاَلَ بن أُمَيَّه أَنْ تَخْدُمَهُ ؟فَقُلْتَ:لاَ أسْتَأذِنُ فِيْهاَ رَسُوْل الله r , وَمَا يُدْرِيْنِي مَاذاَ يَقُوْلُ رَسُوْل الله r إِذَ سْتَأْذَنْتُهُ فِيْهَا, وَاَنَارَجُلٌ شَا‍‍‍بٌ ! فَلَبِثُْ بِذَلِكَ عَشْرَ لَياَلٍ فَكَمُلَ لَنَا خَمْسُونَ لَيْلَةً مِنْ حِيْنَ نُهِيَ عَنْ كَلاَمِنَا. ثُمَّ صَلَيْتُ صَلاَةَ الْفَجْرِ صَبَاحَ خَمْسِينَ لَيِلَةً عَلى ظَهْرِ بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِنَا, فَبَيْنَا أَنَا جاَلِسُ عَلى الْحَال الَّتِى ذَكَرَ الله تَعَالى مِنَّا, قَدْ ضَاقَتْ عَلَيَّ نَفْسِيْ وَضَاقَتْ عَلَيَّ الأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ, سَمِعْتُ صَوْتَ صَارِخٍ أًوْفىَ عَلَى سَلْعٍ يَقُولُ بأعَلى صَوْتِهِ:يَا كَعَبْ بن ملِك ٍأبْشِرْ,فَخَرَرْتُ ساَجِداً,وَعَرَفْتُ أَنَّهُ قَدْجَاءَ فَرَجٌ.فَآذَنَ رَسُوْل الله r النَّاس بِتَوْبِةِ الله عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْنَا حِينَ صَلَّى صَلاَةَ الْفَجْرِ فَذّهَبَ النَّاسُ يُبَشَّرُونَنَا. فَذَهَبَ قِبَلَ صَاحِبَيَّ مُبَشَّرُونَ وَرَكَضَ إِلَيَّ رَجُلٌ فَرَسا وَسَعَى سَاعٍ مِنْ أَسْلَمَ قِبَليْ, وَأَوْفَى عَلى الجَبَلِ, فَكَان َالصَّوْتُ أسْرَعَ مِنَ الْفَرَسِ, فَلَمَّا جَاء َنِي الّذِي سَمِعْتُ صَوْتُهَ يُبَشَّرُونِي نَزَعْتُ لَهُ ثَوْبَيَّ فَكَسَوتُهُمَا إِيَّاهُ بِبُشْرَاهُ, وَاللهِ مَاأملِكُ غَيْرَ هُمَا يَوْمَئِذٍ, واَسْتَعَرتُ ثَوْبَيْنِ فَلَبَسْتُهُما,وَانْطَلَقْتُ أتأمَّمُ رَسُوْل الله r يَتَلَقَّانِي النَّاسُ فَوْجًا يُهَنِّئُـوْ نَنِى بِالتَّوْبَةِ وَيَقُوْلُوْنَ لِي : لِتَهْنِكَ تَوْبَةُ الله عَلَيكَ.حَتَّى دخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا رَسُوْل الله r جَلِسُ حَوْلَه النَّاسُ, فَقَامَ طَلْحَةُ بْنُ عبد اللهِ رَضِيَ الله عَنْهُ يُهَرْوِلُ حَتَّىصَافَحَنِيْ وَهَنَأّنِيْ, وَالله مَاقَامَ رَجُلٌ مِنَ الْمُهاَجِرِيْنَ غَيْرُهُ-فَكاَنَ كَعْبُ لَا يَنْسَاهَا لِطَلْحَة- قَالَ: كَعْبٌ: فَلَمَّا سَلَّمْتُ عَلىَ رَسُوْل الله r قَالَ وَهُوَ يَبْرُق ُوَجْهُهُ مِنَ السُّرُوْرِ: » أبْشِرْ بِخَيْرِ يَوْمٍ مَرَّ عَلَيْكَ مُنْذُ وَلَدَتْكَ أُمُّكَ « فَقُلْتُ: أمِنْ عِنْدِكَ يَا رَسُوْل الله أمْ منْ عِنْدِ الله ؟ قَالَ: » لاَ,بَلْ مِنْ عِنْدِ الله عَزَّ وَجَلَّ « وَكَانَ رَسُوْل الله r إِذَا سُرَّ اسْتَنَارَ وَجْهَهُ حَتَّى كَأَنَّ وَجْهَهُ قِطْعَةُ قَمَرٍ وَكُنَّا نَعْرِفُ ذلكْ مِنْهُ,فَلَمَّا جَلَستُ بَيْنَ يَدَيْهِ قُلْتُ: يارَسُوْل الله r إِنَّ مِنْ تَوْبَتِى أَنْ أَنْخَلِعُ [11] مِنْ مَالِى صَدَقَةً إِلَى الله وَ اِلَى رَسُوْلهِ. فَقَالَ رَسُوْل الله صَلّى الله عليه و سلم: » أمْسكْ عَلَيْكَ بَعْضَ مَالِكَ فَهُوَخَيْرٌلَكَ « فَقلتُ: يارَسُوْل الله إِنَّ الله تعالى إِنَّمَا أنجانيْ بـاِلصَّدْقِ, وَإِنْ مِنْ تَوْبَتِي أنْ لاَأحَدَّثَ إِلاَّ صِدْقًا مَا بَقِبْتُ, فوَ الله مَاعَلِمْتُ أحَدًا مِنَ الْمُسْلِمِينَ أبلاَهُ الله تعالى فِي صِدْقِ الْحَدِيْثِ مُنْذُ ذَكَرْتُ ذَلِكْ لِرَسُوْل الله r أَحْسَنَ مِمَّا أبْلاَنِيَ الله تعالى,وَالله مَاتَعَمَدْتُ كِذْبَةً مُنْذُ قُلْتُ ذلك لِرَسُوْل الله r إِلى يَوْمِ هذا, وَإِنَّي لأَرْجُو أَنْ يَخْفَظَنِي الله تعالى فِيْمَا بَقِيَ, قَالَ:فَأَنْزَلَ الله تعالى: لَقَدْ تَابَ اللهَ عَلَ النَّبِيَّ وَالْمُهاَجِرِيْنَ والأَنْصَارِ الَّذينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ[ حَتَّى بَلَغَ: ] إِنَّهُ بِهِمْ رَؤُوفٌ رَحِيمَ * وَعَلَى الثَلاَ ثَةِ الَّذيْنَ خًلَّفُوا حَتَّى إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ الأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ [ حَتَّى بَلَغَ: ] أَتَّقُوا الله وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِيْن[ [ التوبة: ۱۱۹-۱۱۷] قَالَ كَعبْ: وَالله مَا أَنعَمَ الله عَلَيَّ مِنْ نِعمةِ قَطُّ بَعْدَ إِذ ِهَدانِيِ اللهُ للإِسْلاَمِ أَعْظَمَ فِيْ نِفْسى مِنْ صِدِقِيْ رَسُوْل الله r أن لا أَكُوْنَ كَذَبْتُهُ, فَأَهْلِكَ كَمَا هَلَكَ الَّذِيْنَ كَذّبُوْا, إنَّ لله تعالى قَالَ لِلَّذِيْنَ كَذَّبُوا حِيْنَ أَنْزَلَ الْوَحْيَ شَرًّ مَا قَالَ لإِحَدٍ, فَقَالَ الله تَعَالى : ]سَيَحْلِفُونَ باِ للهِ لَكُمْ إِذَا انْقَلَبْتُمْ إِلَيْهِمْ لِتُعْرِضُوا عَنهُمْ فَأْعِرِضُوا عَنهُمْ إِنَّهُمْ رِجْسٌ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمْ جَزَاءً بِمَا كَانُويَكْسِبُوْنَ يَخْلِفُوْنَ لَكُمْ لِتَرْضَوا عَنهُمْ فَإنَّ الله لاَ يَرْضَى عَن الْقَوْمِ الْفَاسِقيْنَ [ [ سورة التوبة:94 - 95] قَالَ كَعْبٌ : كَنَّا خَلَّفْنَا أَيُّهَا الثَّلاَثَةُ عَن أَمْرِ أُلِئِكَ الذيّن قَبِلَ مِنْهُم رَسُوْل الله r حِينَ حَلَفُوا لَهُ فَبَايَعَهُمْ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمْ وأرجأ رَسُوْل الله r أمرَنَا حَتَّى قَضَى الله تعالى فيهِ بِذَلِكَ . قَالَ الله تعالى: ]َوَعَلَىالثَلاَثَةِ الَّذِيْنَ خُلِّفُوْا [ وَلَيْسَ الَّذِي ذَكَرَ مِمَّاخُلِّفْنَا عَن الْعَزْو, وَإِنَّمَا هُوَ تَخْلِيفُهُ إِياَّنَا وَ إرجَاؤُهُ أَمْرَنَا عَمَّنْ حَلَفَ لَهُ وَعْتَذَرَ إِلَيْهِ فَقَبِلَ مِنْهُ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. [12]

وَ فىِ رِوَايَةٍ: أَنَّ النَّبِيَّ خَرَجَ فِى غَزْوَةِ تبَُوْكَ يَوْمَ الْخَمِيْسِ وَ كَانَ يُحِبُّ أَنْ يَخْرُجَ يَوْمَ الْخَمِيْسِ.

وَ فىِ رِوَايَةٍ: وَ كَانَ لَا يَقْدَمُ مِنْ سَفَرٍ إِلَّا نَهَارًا فِى الضُّحَى, فَإِذَا قَدِمَ بَدَأَ بِالْمَسْجِدِ فَصَلَّى فِيْهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ جَلَسَ فِيْهِ.

22. Dari Abdullah bin Ka’ab bin Malik ra., ia berkata : “Aku mendengar Ka’ab bin Malik bercerita tentang peristiwa ketertinggalan dirinya dalam mengikuti peperangan Tabuk bersama Rasulullah SAW. Ka’ab bin Malik berkata : “Aku senantiasa turus serta bersama Rasulullah SAW didalam setiap peperangan kecuali dalam perang Tabuk. Memang aku juga pernah tidak mengikuti beliau ketika terjadi perang Badar, tetapi tak seorangpun dicela karena tak ikut perang tersebut. Karena waktu itu Rasulullah bersama kaum muslimin keluar bertujuan menghadang kaum kafilah kaum Quraisy, lalu tanpa terduga Allah mempertemukan mereka dengan musuh. Dan sungguh aku telah mengikuti pertemuan bersama Rasulullah pada malam hari didekat jumrah Aqabah, ketika kami berjanji memeluk agama islam. Aku tidak merasa lebih senang seandainya aku bisa mengikuti perang Badar, tetapi tidak mengikuti bai’at di Jumrah Aqabah, meskipun perang Badar lebih sering disebut-sebut keutamaannya oleh orang-orang dari pada Bai’at di Jumrah Aqabah. Adapun cerita diriku tidak ikut perang Tabuk, waktu itu aku tidak merasa lebih kuat ataupun lebih mudah (mencari perlengkapan perang) dari pada ketika aku tertinggal dari Rasulullah SAW ketika beliau akan pergi ke Tabuk. Demi Allah sebelum perang Tabuk aku tidak bisa mengumpulkan dua kendaraan sekaligus, tetapi pada perang Tabuk kalau mau aku bisa melakukannya. Dikarenakan Rasulullah SAW berangkat ke Tabuk ketika hari sangat panas, menghadapi perjalanan jauh dan sulit, serta menghadapi musuh yang berjumlah besar, maka Rasulullah merasa perlu membekali kaum muslimin akan kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi, agar kaum muslimin membuat persiapan yang cukup.

Rasulullah SAW.juga menjelaskan tentang tujuan mereka. Waktu itu, kaum muslimin yang ikut perang Tabuk bersama Rasulullah SAW cukup banyak (sekitar 30.000 orang), tetapi nama-nama mereka tidak tercatat didalam buku. Sedikit sekali diantara kaum muslimin yang absen (bersembunyi dan tidak ikut perang). Dan kalaupun ada, mereka adalah orang-orang yang mengira kalau Rasulullah itu tidak akan mengetahuinya, selama wahyu Allah Ta’ala tidak turun.

Rasulullah berangkat ke Tabuk ketika buah-buahan dan tetumbuhan kelihatan bagus. Oleh karena itu, hatiku lebih condong kesana (kepada buah-buahan dan tetumbuhan). Ketika Rasulullah dan kaum muslimin hendak berangkat mempersiapkan segala sesuatunya, akupun bergegas keluar, guna mempersiapkan diri bersama mereka. Namun aku kembali tanpa menghasilkan apa-apa, padahal dalam hati aku berkata : “Aku mampu mempersiapkannya jika bersungguh-sungguh.” Demikian itu berlangsung terus, dan aku selalu menundanya untuk mempersiapkan perlengkapan perang, sampai kesibukan kaum muslimin memuncak. Pada akhirnya, dipagi hari Rasulullah SAW dan kaum muslimin berangkat, sementara aku belum mengadakan persiapan. Lalu aku keluar (untuk mencari perlengkapan), tetapi aku kembali dengan tangan kosong. Hingga kaum muslimin bertambah jauh dan pertempuran semakin dekat. Kemudian aku putuskan untuk menyusul kaum muslimin. Dengan perasaan menyesal ia berkata : “Andai aku berbuat demikian, namun takdir menentukan lain.

Akhirnya, kalau aku keluar dan bergaul bersama masyarakat sesudah berangkatnya Rasulullah SAW hatiku resah dan aku menganggap diri ini tak lebih sebagai seorang munafik atau lelaki yang diberi keringanan oleh Allah karena lemah(pada saat itu di Madinah yang tinggal hanyalah orang-orang yang disebut munafik dan orang-orang yang udzur karena sangat lemah seperti yang tidak bisa berjalan, buta, sakit dan sebagainya).Rasulullah pun tidak pernah mengingatku, hingga beliau sampai ke Tabuk. Suatu hari, ketika beliau tengah duduk di kelilingi para sahabatnya di Tabuk beliau bertanya : “Apa sebenarnya yang dikerjakan Ka’ab bin Malik?” salah seorang dari Bani Salimah menjawab : “Ya Rasulallah, dia terhalang oleh selendangnya dan sedang memandang kedua pinggangnya (sedang bersenang-senang memakai pakaiannya).” Mendengar itu, Mu’adz bin Jabal menghardiknya : “Betapa buruk perkataanmu, Demi Allah, yang kami ketahui pada Ka’ab hanyalah kebaikan.” Rasulullah SAW pun diam, pada saat itulah Rasulullah SAW melihat seorang laki-laki berpakaian putih sedang berjalan di kejauhan. Rasulullah SAW bersabda : “Mudah-mudahan itu adalah Khaitsamah Al-Anshariy.” –Dia adalah orang yang bersedekah dengan segantang kurma, karenanya ia diolok-olok oleh orang munafiq-.

Ka’ab meneruskan ceritanya : “Tatkala aku mendengar, bahwa Rasulullah dalam perjalanan pulang dari Tabuk, maka kesusahanpun mulai menyelimuti aku. Diriku mulai mereka-reka apa alasan yang dapat menyelamatkan aku dari Rasulullah SAW. Aku juga memohon kepada keluargaku untuk mencari alasan dan jalan keluar yang baik.

Tetapi ketika mendengar bahwa Rasulullah sudah dekat, hilanglah segala macam kebohongan yang telah aku siapkan, sehingga aku yakin tidak ada alasan yang dapat menyelamatkan aku dari Rasulullah SAW selamanya. Karena itu aku akan mengatakan yang sebenarnya. Keesokan harinya, Rasulullah SAW tiba. Dan sebagai kebiasaaan beliau ketika datang dari bepergian, beliau pergi pertama kalinya ke masjid. Beliau melakukan salat dua raka’at, lalu duduk menunggu kaum muslimin melaporkan sesuatu dan sebagainya.

Maka berdatanganlah orang-orang yang tidak ikut ke Tabuk, menemui beliau. Mereka mengemukakan berbagai alasan kepada Rasulullah SAW., disertai dengan sumpah. Mereka yang tidak ikut perang Tabuk ada delapan puluh orang lebih. Rasulullah SAW. menerima mereka, beliau pun memperbaharui bai’at mereka dan memohonkan ampunan kepada Allah bagi mereka, sedangkan batin mereka beliau serahkan kepada Allah Ta’ala. Tibalah giliran aku menghadap, ketika aku mengucapkan salam, beliau tersenyum sinis, kemudian bersabda : “Kemarilah Ka’ab! “ Aku pun berjalan mendekat, dan duduk dihadapan beliau. Lalu beliau mulai bertanya : “Apa yang menyebabkan engkau tidak ikut berangkat? Bukankah engkau telah membeli kendaraan? Aku menjawab : “Ya Rasulullah! Andaikata aku duduk dihadapan orang selainmu, aku yakin akan dapat bebas dari kemarahannya dengan mengemukakan alasan yang dapat diterima. Sungguh aku telah dikaruniai kepandaian berbicara. Namun demi Allah, aku benar-benar yakin, seumpama hari ini aku berkata bohong dan engkau menerimanya, pasti sebentar lagi Allah Ta’ala akan menggerakan hatimu untuk marah kepada aku. Sebaliknya, jika aku berkata benar yang membuatmu marah kepadaku, maka aku dapat mengharapkan penyelesaian yang baik dari Allah. Demi Allah aku tidak memiliki udzur.[13] Demi Allah diriku sama sekali tidak merasa lebih kuat dan lebih mudah daripada ketika aku tidak mengikutimu ke Tabuk. Sekarang ini, aku merasa cukup segalanya.”

Rasulullah SAW.bersabda : “Orang ini (Ka’ab bin Malik) telah berkata benar. Berdirilah! Tunggulah keputusan Allah terhadap dirimu.”

Akupun berdiri. Beberapa orang dari Bani Salimah menghampiriku. Mereka berkata kepada aku : “Demi Allah, kami tidak pernah melihatmu melakukan dosa sebelum ini. Engkau benar-benar tidak mampu mengemukakan alasan kepada Rasulullah SAW seperti yang dilakukan oleh orang lain yang tidak ikut ke Tabuk. Mestinya cukuplah bagimu, jika Rasulullah memintakan ampunan untukmu.”

Ka’ab melanjutkan : “Demi Allah, orang-orang Bani Salimah itu terus-menerus menyalahkan diriku, sehingga ingin rasanya aku kembali kepada Rasulullah SAW untuk meralat perkataanku. Tetapi kemudian aku bertanya kepada orang-orang Bani Salimah itu : “Adakah orang lain mengalami seperti yang aku alami?” mereka menjawab : “Ya. Ada dua orang yang mengatakan seperti yang engkau katakan dan mereka mendapat jawaban seperti yang engkau terima.” Aku bertanya : “Siapa mereka?”

Mereka menjawab : “Murarah bin Rabi’ah Al-Amiriy dan Hilal bin Umayyah Al-Waqifiy.”

Dua lelaki salih itu telah mengikuti perang Badar dan termasuk teladan yang baik karena akhlak mereka. Demi mendengar hal itu, aku pun berlalu meninggalkan mereka. Dan sejak saat itu Rasulullah melarang kaum muslimin untuk berbicara dengan kami bertiga. Sejak itu pula mereka telah merubah sikap dan menjauhi kami, sehingga bumi terasa asing bagiku, sehingga bumi yang sedang aku pijak ini bukanlah bumi yang sudah kukenal. Keadaan seperti ini berlangsung selama lima puluh hari.

Dua orang temanku (Murarah dan Hilal) menyembunyikan diri dan diam dirumahnya masing-masing, sambil tiada henti-hentinya memohon ampun kepada Allah karena tidak ikut perang.

Diantara kami bertiga akulah yang paling muda dan paling kuat. Aku tetap keluar rumah untuk melakukan salat jama’ah bersama kaum muslimin, juga pergi kepasar, tetapi tak seorangpun bisa diajak bicara. Aku pergi menghadap Rasulullah SAW untuk sekadar mengucapkan salam kepada beliau, ketika beluau duduk di tempatnya sesudah melakukan salat. Tetapi hati ini berkata : “Apakah Rasulullah akan menggerakan bibir beliau untuk menjawab salam, ataukah tidak?” kemudian aku mengerjakan salat berdekatan dengan beliau, sesekali aku melirik beliau. Apabila aku sedang salat, beliau memandangku. Dan ketika aku menengok kearah beliau, beliau berpaling dari aku.

Hal ini terjadi berturut-turut sampai suatu hari aku berjalan-jalan, lalu melompati pagar pekarangan Abu Qatadah. Dia adalah saudara sepupu dan orang yang paling aku sayangi. Kuucapkan salam kepadanya, demi Allah bukankah engkau tahu bahwa aku ini cinta kepada Allah dan Rasul-Nya?” Abu Qatadah diam saja. Sehingga kuulangi pertanyaanku, dia tetap diam, setelah aku ulangi lagi pertanyaanku sekali lagi, barulah ia menjawab : “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu!”

Seketika itu mengalirlah air mataku dan aku pun pulang. Pada suatu hari, ketika aku sedang berjalan-jalan di kota Madinah, tiba-tiba ada seorang petani beragama kristen dari Syam datang ke Madinah untuk menjual bahan makanan. Petani itu bertanya (kepada orang-orang yang berada di pasar): “Siapakah yang dapat menunjukan diriku kepada Ka’ab bin Malik?” orang-orang memberikan isyarat ke arahku. Petani itu mendatangiku dan menyerahkan sepucuk surat kepadaku, dari raja Ghassan. Setelah aku baca ternyata isinya sebagai berikut : “Amma Ba’du. Sungguh kami mendengar bahwa temanmu (Nabi Muhammad SAW) mendiamkanmu sedangkan Allah sendiri tidak mendiamkanmu untuk tinggal di tempat hina dan tersia-sia. Karena itu datanglah ke negeri kami. Kami pasti menolongmu.”

Saat membaca surat itu aku berpikir : “Ini juga merupakan cobaan.” Kemudian aku bakar surat itu didapur.

Selang empat puluh hari, tiba-tiba seorang utusan Rasulullah datang kepadaku dan berkata : “Rasulullah memerintahkanmu untuk menjauhi istrimu.” Ka’ab bertanya : “Apakah aku harus menceraikannya atau bagaimana?” Utusan itu menjawab : :”Tidak, akan tetapi hindarilah dia, jangan dekat-dekat padanya!”

Rasulullah juga mengirimkan utusan kepada kedua orang temanku (Murarah dan Hilal), yang maksudnya sama dengan yang aku terima. Aku berkata kepada istriku : “Pulanglah kepada keluargamu. Sementara menetaplah engkau disana, sampai keputusan Allah datang.”

Suatu saat istri Hilal bin Umayyah menghadap Rasulullah SAW memohon kepada beliau : “Ya Rasulullah, suamiku, Hilal bin Umayyah, adalah seorang tua sebatangkara dan tidak mempunyai pelayan. Apakah engkau keberatan jika aku melayaninya?” Rasulullah SAW menjawabku : “Tidak, yang aku maksud jangan sampai ia dekat-dekat kepadamu.” Istri Hilalpun berkata : “Demi Allah, Hilal sudah tidak mempunyai keinginan sedikitpun (gairah) terhadapku, dan demi Allah tak henti-hentinya menangis sejak engkau melarang kaum muslimin untuk berbicara dengannya, sampai hari ini.”

Sebagian keluarga berkata kepada aku : “Hai Ka’ab kalau saja engkau meminta izin kepada Rasulullah SAW agar engkau dibolehkan dilayani istrimu tentulah itu lebih baik, sebagaimana istri Hilal bin Umayyah memohon izin untuk melayani suaminya.” Aku menjawab: “Aku tidak akan meminta izin kepada Rasulullah, aku tidak tahu apa yang akan dikatakan Rasulullah SAW apabila aku meminta izin beliau, sedangkan aku seorang yang masih muda.”

Aku lalui hidup aku tanpa istri selama sepuluh hari(menunggu keputusan Allah). Lalu, genaplah sudah bagi kami lima puluh hari, sejak ada larangan berbicara dengan kami. Kemudian pada hari kelima puluh, di bagian atas rumahku pada saat aku sedang termenung memikirkan apa yang menimpaku, sebagaimana yang Allah jelaskan tentang perihal kami. Disaat itu pula hatiku sangat resah, bumi yang sedemikian luas terasa sempit bagiku. Tiba-tiba aku mendengar orang berteriak-teriak naik keatas gungun Sal’i. Hai Ka’ab bin Malik bergembiralah!” Serta-merta aku menjatuhkan dir bersujud syukur dan aku tahu, bahwa aku telah mendapatkan keputusan.

Rasulullah SAW pun memberitahukan kepada kaum muslimin, bahwa Allah yang Maha Agung dan Maha Tinggi telah menerima taubat kami bertiga. Pernyataan itu disampaikan setelah beliau selesai melakukan salat subuh. Maka kaum muslimin berdatangan mengucapkan selamat dan ikut bergembira, dan kepada kedua orang teman (Murarah dan Hilal). Mereka ada yang datang berkuda, ada lagi penduduk Aslam yang berjalan kaki dan ada juga yang naik gunung berteriak mengucapkan selamat, sehingga suaranya lebih cepat daripada larinya kuda.

Ketika aku mendengar ucapan selamat dari orang pertama dan datang kepada aku, seketika itu juga aku melepaskan pakaian dan aku kenakan kepadanya. Padahal demi Allah waktu itu aku tidak memiliki pakaian.

Setelah itu aku meminjam pakaian dan pergi menghadap Rasulullah SAW. Sementara kaum muslimin menyambutku, mengucapkan selamat atas diterimanya taubatku. Mereka berkata kepadaku: “Selamat atas pengampunan Allah kepadamu.”

Demikianlah sepanjang jalan mengucapkan selamat. Ketika sampai di masjid, ternyata Rasulullah SAW sedang duduk dikelilingi oleh para sahabat. Melihat kedatanganku, sahabat Thalhah bin Ubaidillah segera berdiri menyongsongku, menjabat tanganku dan menghucapkan selamat. Demi Allah, tak seorangpun sahabat diantara sahabat muhajirin yang berdiri, kecuali dia, oleh karena itu Ka’ab tidak bisa melupakan kebaikannya.

Ka’ab meneruskan ceritanya : “Tatkala aku mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW. beliau menyambut aku dengan wajah yang berseri-seri dan berkata : “Dan bergembiralah! Karena, hari ini adalah hari paling baik bagimu, sejak kamu dilahirkan ibumu.” Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah itu darimu sendiri ataukah dari Allah?” Beliau menjawab : “Dari Allah Yang Maha Agung dan Maha Tinggi.”

Jika merasa senang wajah Rasulullah bersinar terang, seolah-olah merupakan potongan rembulan. Melalui wajahnya, kami mengetahui bahwa Rasulullha SAW. Sedang senang hatinya.

Ketika aku duduk menghadap beliau, aku berkata : “Ya Rasulullah, termasuk dalam taubatku (sebagai pernyataan rasa syukurku), aku hendak menyerahkan harta bendaku sebagai sedekah untuk (mendapat ridha) Allah dan Rasul-Nya.” Rasulullah SAW bersabda : “Simpanlah sebagian harta-bendamu (jangan engkau serahkan seluruhnya) itu lebih baik.” Kemudian aku menjawab : “Aku masih memiliki tanah yang menjadi bagianku dari hasil rampasan perang di Khaibar.” Lebih lanjut aku berkata : “Ya Rasulullah sesungguhnya Allah telah menyelamatkanku karena kejujuran. Dan aku nyatakan, bahwa termasuk dalam taubatku (sebagian rasa syukur kepada Allah) aku tidak akan berbicara selain yang benar, selama hidup aku. Demi Allah, aku tidak pernah melihat seorangpun diantara kamu kaum muslimin yang diuji Allah Ta’ala untuk berkata jujur, lebih baik dari aku semenjak berjanji kepada Rasulullah SAW. Hingga kini, aku tidak pernah sengaja berbohong. Dan aku berharap semoga Allah menjagaku dalam sisa hidupku.

Kemudian Allah menurunkan ayat 117 s/d 110 surat At-Taubah : “Sesungguhnya Allah telah benar-benar menerima taubat Nabi, sahabat-sahabat Muhajirin dan Anshar yang mengikuti Nabi (berangkat ke Tabuk) dalam masa kesulitan (mencari perlengkapan perang) sesudah hati segolongan dari para sahabat tersebut hampir saja berpaling (karena berat dan payahnya), kemudian Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha pengasih lagi Maha Penyayang terhadap mereka. Dan juga terhadap tiga orang (Ka’ab, Hilal dan Murarah), yang ditangguhkan (penerimaan taubatnya) bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan mereka tahu bahwa tidak ada tempat lari dari(siksa) Allah melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka, agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah zat Maha penerima taubat dan Maha penyayang. Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaklah kalian berkumpul bersama orang-orang yang benar.”

Menurut Ka’ab, Demi Allah, belum pernah Allah memberikan nikmat, sesudah dia memberikan aku petunjuk memeluk Islam yang melebihi kejujuran aku kepada Rasul SAW. Sebab, andaikata aku berbohong kepada beliau, pastilah bencana menimpa aku (rusak agamaku), sebagaimana orang-orang munafik yang berdusta kepada beliau. Sungguh, Allah telah berfirman untuk orang-orang yang mendustai Rasulullah SAW. Dan mengecam betapa jelek orang tersebut.

Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taubah, ayat 95 dan 96 : “Orang-orang munafik itu akan bersumpah dengan nama Allah kepada kalian, apabila kalian kembali kepada mereka (di Madinah), agar kalian berpaling dari mereka (tidak mencela mereka). Maka berpalinglah kalian dari mereka, karena mereka najis (hatinya) dan tempat mereka adalah Jahannam (di akherat), sebagai balasan atas apa yang mereka perbuat. Mereka akan bersumpah kepada kalian, supaya kalian ridha terhadap mereka. Tetapi jika sekiranya kalian ridha terhadap mereka, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah tidak ridha terhadap orang-orang fasik.”

Lebih lanjut Ka’ab berkata : “Urusan kami ditunda dari urusan orang-orang munafik, ketika mereka bersumpah kepada Rasulullah, lalu beliau menerima bai’at mereka dan memohonkan ampunan kepada Allah. Tetapi masalah kami ditunda Rasulullah SAW, sampai Allah memutuskan menerima taubat kami.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala : “Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan taubatnya. (QS At-Taubah[9]:18)

Firman Allah tersebut menurut Ka’ab, bukan berarti kami ketinggalan dari perang Tabuk, tetapi memiliki arti bahwa persoalan kami bertiga diundur dari orang munafik yang bersumpah kepada Rasulullah SAW, dan menyampaikan bermacam-macam alasan dan kemudian diterima oleh Rasulullah SAW.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam salah satu riwayat disebutkan : “Nabi SAW. Pada waktu perang Tabuk, keluar pada hari kamis; dan memang sudah menjadi kesukaan beliau untuk bepergian pada hari kamis.”

Dalam salah satu riwayat lain disebutkan : “Biasanya beliau kalau datang dari bepergian pada waktu pagi, dan bila datang biasanya langsung menuju masjid dan salat dua rakaat kemudian duduk didalamnya.”

23 - وَعَنْ أَبِي نُجَيْد ٍ» بِضَمَّ النُّونِ وَفَتْحِ الجميع « عِمْراَنُ بْنُ اَلْحُصَيْنِ الْخُزَئِيَّ رَضِيَ الله عَنْهُماَ أَنَّ امْرَأةً مِنْ جُهَيْنَةَ أتَتْ رَسُوْل الله r وَهِيَ حًبْلَ مِنَ الزِّنَي فَقَالَتْ: يا رَسُوْل الله أصَبْتُ حَدًّا فَأَقِمْهُ عَلَيَّ, فَدَعَا نَبِيُّ الله r وَلِيَّهَا فقَالَ: » أَحْسِنْ إِلَيْهَا فَإِذَا وَضَعَتْ فَأْتِنيْ « فَفَعَلَ فَأَمَرَ بِهِ نَبِيُّ الله r, فَشُدَّتْ عَلَيْهَا ثِيَابُهَا [14] ثُمَّ أمَرَ بِهَا فَرُجِمَتْ, ثُمَّ صَلىَّ عَلَيهَ . فَقَالَ لَهُ عُمَرْ: تُصَلَّى عَلَيْهَا يَا رَسُوْل ال الله وَقَدْ زَنَتْ ؟ قَالَ:» لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ سَبْعِينَ منْ أَهْلِ الْمَدينَةِ لَوَسِعَتْهُمْ, وَهَلْ وَجَدْتَ أفْضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا لله عَزَّ وَجَلَّ «

23. Dari Abu Nujaid Imran bin Al-Husain Al-Khuza’iy ra., ia berkata : “Ada seorang wanita dari Juhainah datang kepada Rasulullah SAW, sedang dirinya hamil karena berzina. Ia berkata : “Ya Rasulullah aku telah melakukan kesalahan yang menyebabkanku terkena had, maka laksanakanlah had itu pada diriku.” Kemudian Rasulullah SAW memanggil walinya[15] seraya bersabda : “Perlakukanlah baik-baik wanita ini, apabila sudah melahirkan bawalah ia kemari.” Maka dilaksanakan perintah itu oleh walinya. Kemudian setelah wanita itu melahirkan, dibawalah kehadapan Rasulullah SAW, lalu diikatkanlah pakaiannya, kemudian ia dirajam. Setelah ia mati, maka Rasulullah SAW menyalatkannya. Umar pun berkata kepada beliau : “Ya Rasulullah, mengapa engkau menyalatkan wanita itu, padahal ia telah berzina.” Beliau menjawab : “Wanita itu benar-benar telah bertaubat, dan seandainya taubatnya itu dibagi kepada tujuh puluh orang penduduk Madinah, niscaya masih cukup. Pernahkan kamu mendapatkan orang yang lebih utama dari pada seseorang yang telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung?” (HR. Muslim)

24 - وَعَنْ أَبِي عَبَّاسٍ وَأَنَسِ بْنِ مَلِكٍ رَضِيَ الله عَنْهُم أنَّ رَسُوْل الله r قَالَ: لَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ وَادِيَانِ, وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ اِلَّا الّتُرَابَ وَ يَتُوْبُ الله عَلَى مَنْ تَابَ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

24. Dari Ibnu Abbas dan Anas bin Malik RA Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya seseorang mempunyai satu lembah dari emas, niscaya ia ingin mempunyai dua lembah, dan tidak akan merasa puas kecuali tanah sudah memenuhi mulutnya[16] dan Allah senanitasa menerima taubat orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

25 - وَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " يَضْحَكُ الله سُبْحانهُ وَتَعالى إِلَى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أَحَدَهُمَا الأَخَرَ يَدْخُلاَنِ الْجَنَّةَ, يُقَاتِلُ هَذَا فِيْ سَبِيلِ اللهِ فَيُقْتَلُ, ثُمَّ يَتُوبُ اللهُ عَلى الْقَاتِلِ فَيُسْلِمْ فَيُسْتَشْهَدُ « .مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

25. Dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda: “Allah gembira[17] manakala ada dua orang yang saling membunuh dan keduanya masuk surga. Pertama, seseorang yang mati berjuang di jalan Allah. Yang kedua, orang yang membunuh itu bertaubat kepada Allah, kemudian masuk Islam dan terbunuh di jalan Allah sebagai syahid”. (HR. Bukhari dan Muslim).

[1] Hal ini dilakukan, jika permohonan maafnya dari orang yang berghibah tidak akan mengakibatkan ‘bahaya’ yang lain atas dirinya. Karena, jika demikian, maka yang menjadi kewajibannya, hanyalah mendoakan orang yang dighibahinya dengan kebaikan. Adapun hadis yang berbunyi: “Kafarat bagi orang yang berghibah adalah memohonkan ampunan bagi orang yang dighibahinya” adalah hadis palsu (maudhû), sebagaimana yang telah kami jelaskan dalam kitab Silsilah al-Ahâdîs adh-Dha’îfah wa al-Maudhû’ah dengan nomor 1519.

Dalam perkataan Syaikh Nashir: “tidak akan mengakibatkan ‘bahaya’ . . . “ terdapat kekeliruan, karena apa yang ia tetapkan sebagai kewajiban atas orang yang berghibah, yaitu dengan mendoakannya, tidaklah cukup dan sebanding dengan apa yang dilakukannnya. Karena do’a saja tidak akan bisa mengembalikan kehormatan orang yang dighibahi di dunia dan diaىtara orang-orang yang berada di lingkungannya. Disamping jika ‘permohonan maaf’ itu tidak dilakukan, dan dicukupkan untuk mendo’akannya saja, maka hal itu bisa membuat orang tersebut mengulangi kesalahan dan kebohongannya. Kemudian, siapa yang bisa menentukan sesuatu itu ‘berbahaya’ atau tidak? Orang yang berghibah? Atau yang dighibahi? Atau sebaiknya ditentukan suatu cara yang baik bagi kedua pihak yang tidak mengakibatkan ‘bahaya’ bagi keduanya? . . .

Mungkin do’a bisa bermanfaat bagi orang yang didholimi . . . akan tetapi do’a saja tidak cukup sebagai syarat bagi penerimaan taubat orang yang dholim.

[2] Maksudnya: Tanah yang luas, yang tidak terdapat tumbuh-tumbuhan dan air diatasnya

[4] Hadis ini, secara tekstual menetapkan bahwa Allah Swt mempunyai ‘tangan’, dimana Dia memiliki kehendak mutlak untuk membentangkan tangannya kapan saja yang dikehendaki-Nya. Karenanya, hadis ini termasuk dalam hadis yang membicarakan tentang sifat Allah Swt, yang wajib diimani oleh setiap orang mukmin dengan menyerahkan penakwilannya kepada Allah Swt tanpa ada usaha untuk menakwilkannya sendiri. Sebagaimana para ulama Salaf terdahulu tidak mengakwilkan atau menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya.

[5] Maksud dari lafad “يغرغر “ (ruh orang tersebut) belum sampai di tenggorokan

[6] Maksudnya: setelah sampai setengah perjalanan.

Ada banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari hadis ini. Diantaranya: Keutamaan ilmu dari pada ibadah tanpa ilmu, keutamaan beruzlah saat zaman kacau dan penuh dengan kejahatan

[7] Dalam naskah aslinya, tertulis tampa ‘wa’ (لن أنج ). Tulisan diatas disesuaikan dengan apa yang terdapat dalam kitab Shahihain.

[8] Kalimat يجد dengan huruf jim yang dikasrahkan, dan huruf dâl yang tidak ditasdidkan artinya: marah

[9] Maksudnya: memperhatikan beliau dengan diam-diam

[10] Maksudnya: seorang petani. Ia disebut نبطي karena mempunyai kebiasaan untuk mengambil air dan menimbanya, yang dalam bahasa arabnya disebut: استنبط الماء . Demikian juga seluruh penduduk di kampungnya.

[11] Maksudnya: menyedekahkan seluruh hartanya di jalan Allah dan Rasul-Nya

[12] Lihat: kitab al-Mukhallafûn wa Ghazwatu Tabûk, karangan Nadzîr ‘Atamah, penerbit al-Maktab al-Islamy

[13] Halangan yang menyebabkan seseorang sehingga ia tidak berangkat berperang. Seperti orang yang sakit atau mempunyai cacat tubuh yang mebyebabkan ia tidak bisa ikut perang.

[14] Dalam naskah yang terdapat pada kami, juga yang terdapat dalam naskah Imam Muslim, tertulis ( فشدت ), sedangkan dalam naskah yang lainnya tertulis ( فشكت ) yang berarti: mengikat ujung-ujung bajunya, agar tidak tampak ketika ia dirajam (Imam Nawawi)

[15] Orang yang bertanggung jawab terhadap dia, diantaranya orang tua, saudara laki-lakinya, pamannya atau kerabat dekat yang lain.

[16] Maksudnya: Orang tersebut tidak merasa puas dan senantiasa berusaha untuk mengumpulkan kekayaan di dunia, sampaikan ketika ia meninggal dan mulutnya dipenuhi oleh tanah dari kuburannya sendiri.

[17] Maksudnya: Hadis ini, termasuk dalam hadis yang membicarakan tentang Sifat Allah Swt yang harus diimani, dan tidak wajib diketahui takwilan sebenarnya.