Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Tentang Budi Pekerti Baik

Hadits Tentang Budi Pekerti Baik
Imam Nawawi Menulis satu Bab berkenaan dengan Budi Pekerti Baik dalam Kitab Riadhussalihin. Beliau memulai bab ini dengan Firman Allah dalam surat Al-Qalam ayat yang ke-4. Dalam Ayat tersebut Allah SWT berfirman:

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

“Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (Qs. Al-Qalam (68):4)

Firman Allah SWT:

وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta suka memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Aali Imraan (3):134)

626- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ r أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

626. Dari Anas RA berkata, “Rasulullah adalah orang yang mempunyai baik budi pekerti yang paling baik.” (HR. Bukhari dan Muslim).

627- وعَنْهُ قَالَ: مَامَسِسْتُ دِيْبَاجًا وَلاَ حَرِيْرًا أَلْيَنَ مِنْ كَفِّ رَسُوْلِ اللهِ r ، وَلاَشَمَمْتُ رَائِحَةً قَطُّ أَطْيَبَ مِنْ رَائِحَةِ رَسُوْلِ اللهِ r ، وَلَقَدْ خَدِمْتُ رَسُوْلَ اللهِ r عَشْرَ سِنِيْنَ، فَمَا قَالَ لِي قَطُّ: أُفٍّ، وَلاَ قَالَ لِشَيْءٍ فَعَلْتُهُ، لِمَ فَعَلْتَه؟ وَلاَ لِشَيْءٍ لَمْ أَفْعَلَهُ: أَلاَ فَعَلْتَ كَذَا؟. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

627. Dari Anas RA, ia berkata, “Belum pernah saya menyentuh sutera baik yang tebal maupun yang tipis, yang lebih halus dari telapak tangan Rasulullah SAW. Dan saya belum pernah mencium mewangian yang lebih wangi dari bau Rasulullah SAW. Saya pernah menjadi pelayan beliau selama sepuluh tahun, beliau sama sekali tidak pernah mengatakan, ”hus” kepada saya. Begitu pula beliau tidak pernah menegur dengan ucapan “kenapa kamu berbuat begitu” terhadap apa saja yang saya kerjakan. Dan beliau juga tidak pernah menegur dengan ucapan, ”Kenapa kamu tidak berbuat demikian” terhadap apa saja yang tidak saya kerjakan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

628- وَعَنِ الصَّعْبِ بْنِ جَثَّامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: أَهْدَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ r حِمَارًا وَحْشِيًّا، فَرَدَّهُ عَلَيَّ، فَلَمَّا رَأَى مَا فِي وَجْهِي قَالَ: ((إنَّا لَمْ نَرُدَّهُ عَلَيْكَ إلاَّ لِأَنَّا حُرُمٌ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

628. Dari Sha’b bin Jatstsamah, ia berkata, “Saya pernah menghadiahkan seekor keledai liar kepada Rasulullah SAW, kemudian beliau mengembalikannya kepadaku. Ketika beliau melihat perubahan raut wajahku, beliau bersabda, “Sesungguhnya aku tidak pernah menolak pemberianmu, hanya saja karena aku dilarang (meneriman sedekah).” (HR. Muslim).

629- وَعَنِ النَّوَاس بْنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ r عَنِ البِرِّ وَالْإِثمِ فقَالَ: ((البِرُّ: حُسْنُ الخُلُقِ، وَالإِثْمُ: مَاحَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ)) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

629. Dari Nawwas bin Sam’an berkata, “Saya bertanya tentang kebajikan dan dosa (kejahatan) kepada Rasulullah SAW, lalu beliau menjawab, “Kebajikan itu adalah budi pekerti yang baik, dan dosa (kejahatan) itu adalah sesuatu yang merisaukan hatimu dan kamu tidak senang bila hal itu diketahui orang lain.” (HR. Muslim).

630- عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرُوبْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: لَمْ يَكُنْ رَسُوْ لَ اللهِ r فَاحِشًا وَلاَ مُتَفَحِّشًا. وَكَانَ يَقُوْلُ: ((إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

630. Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, ia berkata, “Rasulullah SAW sama sekali bukanlah orang yang keji dan bukan pula orang yang jahat.” Dan beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kamu sekalian adalah yang paling budi pekertinya.”(HR. Bukhari dan Muslim).

631- وَعَنْ أَبِي الدَّرْدَاء رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ النَّبِي r قَالَ: ((مَا مِنْ شَيْءٍ أثْقَلُ فيِ مِيزَانِ الْعَبْدِ المُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ، وَإِنَّ اللهَ يُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيَّ)) رواه الترمذي.

631. Dari Abu Darda’ RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Tiada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin nanti pada hari kiamat melebihi budi pekerti yang baik. Dan sesungguhnya Allah membenci orang yang keji dan suka berkata kotor.” (HR. Turmudzi[1], dan ia berkata: Hadits ini Hasan shahih).

632- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ r عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ؟ قَالَ: ((تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الخُلُقِ)) وَسُئِلَ عَنْ أكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ، فَقَالَ: ((الفَمُ وَالفَرْجُ)). رَوَاهُ التُّرْمِذِي.

632. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW ditanya tentang perbuatan apakah yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga? Beliau menjawab, ‘Takwa kepada Allah dan budi pekerti yang baik.” Dan beliau juga ditanya tentang perbuatan apakah yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam neraka?. Beliau menjawab, “Mulut dan kemaluan.” (HR. Turmudzi, dan ia berkata: Hadits ini hasan shahih).

633- وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r : ((أَكْمَلُ المُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ)) رَوَاهُ التُّرْمِذِي.

633. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya yaitu orang yang paling baik budi pekertinya di antara mereka. Dan orang yang paling baik di antara kamu sekalian yaitu orang yang paling baik terhadap istrinya.” (HR. Turmudzi, dan ia berkata: Hadits hasan shahih).

634- وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ r يَقُوْلُ: ((إِنَّ المُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ القَائِمِ)) رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ.

634. Dari Aisyah RA, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang mukmin itu dengan budi pekertinya yang baik dapat mengungguli derajat orang yang selalu berpuasa dan shalat malam.” (HR. Abu Daud).

635- وَ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِليِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r : ((أنَا زَعِيْمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبْضِ الجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ المِرَاءَ ، وَإنْ كَانَ مُحِقًّا، وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الكَذِبَ، وَإِنْ كَانَ مَازِحًا، وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ)) حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ، رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ.

635. Dari Abu Umamah al-Bahilliy RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Aku berani menjamin sebuah rumah di istana[2] surga bagian bawah bagi orang yang meninggalkan debat kusir walaupun ia benar, sebagian rumah di surga bagian tengah bagi orang yang meninggalkan dusta walaupun ia bergurau, dan sebuah rumah di surga bagian atas bagi orang yang selalu baik budi pekertinya.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad yang shahih)

636- وَعَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ r قَالَ: ((إنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِليَّ، وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، أحَاسِنَكُمْ أخْلاَقًا، وَإنَّ أبْغَضَكُمْ إلَيَّى وَأبْعَدَكُمْ مِنِّي يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الثَّرثَارُوْنَ وَالمُتَشَدِّقُوْنَ وَالمُتَفَيْهِقُوْنَ)) قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُوْنَ وَالمُتَشَدِّقُوْنَ، فَمَا المُتَفَيْهِقُونَ؟ قَالَ: ((لمُتَكَبِّرُوْنَ)) رَوَاهُ التُّرْمِذِي وقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ.

636. Dari Jabir RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan paling dekat kedudukannya denganku pada hari kiamat yaitu orang yang paling baik budi pekertinya di antara kalian. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh kedudukannya denganku pada hari kiamat yaitu orang-orang yang paling banyak bicara, suka ngobrol dan bermulut besar.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kami telah tahu tentang orang yang banyak bicara dan suka ngobrol, kemudian apa yang dimaksud dengan bermulut besar itu?” Beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang sombong.” (HR. Turmudzi, dan ia berkata: Hadits Hasan[3])

Dan diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abdullah bin al-Mubarrak, beliau mengartikan budi pekerti yang baik, adalah: “Bermuka manis, memberi pertolongan dalam kebaikan dan mencegah sesuatu yang membahayakan.”

[1] . Syeikh Nashiruddin Albani berkata: Hadits ini shahih. Lihatlah kitab ‘Shahih Sunan Tirmidzi’ jilid 2/193 dengan nomer hadits 1628, dan di sana terdapat pula redaksi lain: لَيْسَ شَئْ ٌأَثْقَلُ...

[2] . yang dimaksud adalah bangunan yang berada di sekeliling surga, sebagai tasybih terhadap bangunan-bangunan yang berada di sekeliling kota madinah.

[3] . Syeikh Nashiruddin Al-Bani berkata: hadits ini ‘shahih’. Lihatlah kitab ‘Shahih Sunan Turmidzi’ nemer 1642.