Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HADITS MEMBERI MAAF DAN BERPALING DARI ORANG BODOH

HADITS MEMBERI MAAF DAN BERPALING DARI ORANG BODOH
Hadits berikut ini bersumber dari kitab Riadhussalihin yang dituls oleh Imam An-Nawawi bab MEMBERI MAAF DAN BERPALING DARI ORANG YANG BODOH..!!

Allah SWT berfirman:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنْ الْجَاهِلِيْنَ

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Al-A’raf (7): 199).

Firman Allah SWT:

فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيْلَ

“Maka maafkanlah (mereka )dengan cara yang baik.” (Qs. Al-Hijr (15):85).

Firman Allah SWT:

وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْا أَلاَ تُحِبُّوْنَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ

“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampuni kalian?” (Qs. An-Nuur (24): 22).

وَالْعَافِينَ عَنْ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang selalu memaafkan manusia. Dan Allah mencintai orang-orang yang selalu berbuat baik. (QS. Aali Imraan (3):134)

Firman Allah SWT:

وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الأُمُورِ

Tetapi orang yang bersabar dan meaafkan, sesungguhnya(perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (Qs. Asy-Syu’araa (26): 43).

648- وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا, أَنَّهُا قَالَتْ لِلنَّبِي  : هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ ؟ قَالَ : لَقَدْ لَقِيْتُ مِنْ قَوْمِكَ, وَكَانَ أَشَدُّ مَالَقِيْتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ, إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى أبْنِ عَبْدِ كُلاَ لٍ, فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ, فَانْطَلَقْتُ وَ أَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي, فَلَمْ أسْستَفِقْ إِلاَّ وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ, فَرَفَعْتُ رَأْسِي, وَإذَا أنَا بِسَحَابَةٍ قَد أَظَلَّتْنِي, فَنَظَرْتُ فَإذَا فِيْهَا جِبرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ, فَنَادَانِي فقَالَ: إنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ, وَمَا رَدُّوْا عَلَيْكَ, وَقَدْ بَعَثَ إلَيْكَ مَلَكَ الجِبَالِ لِتَأْ مُرَهُ بمَا شِئْتَ فِيْهِمْ. فَنَادَنِي مَلَكُ الجِبَالِ, فَسَلَّمَ عَلَيَّ ثُمَّ قَالَ : ياَ مُحَمَّدُ إنَّ اللهَ قَدْسَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ, وَأنَا مَلَكُ الجِبَالِ, وَقَدْ بَعَثَنِي رَبِّي إلَيْكَ لِتَأْمُرَنِي بِأَمْرِكَ, فَمَا شِئْتَ: إنْ شَئْتَ أَطْبَقْتُ عَلَيْهِمُ الأَخْشَبَيْنِ ))

فقَالَ النَّبِي  : ((بَلْ أرْجُوْ أَنْ يُخْرِجَ اللهُ مِنْ أصْلاَبِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللهَ وَحْدَهُ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

648. Dari Aisyah RA, saya berkata, “Saya bertanya kepada Nabi SAW, “Pernahkah engkau mengalami penderitaan yang lebih berat dari perang Uhud? Beliau menjawab, “Sungguh, aku telah mendapat penderitaan karena (perbuatan) kaummu, sedangkan yang paling berat adalah pada hari Aqabah. Ketika aku menyempatkan diri untuk mengajak putera Abdul Yalil bin Kulal, ia tidak menyambutku sebagaimana harapanku. Kemudian aku pergi dengan perasaan sedih sekali dan tidak sadar. Namun sesampainya di Qarnuts Tsa’alib[1] aku sadar dan mengangkat kepalaku. Waktu itu aku dinaungi oleh awan. Setelah aku memandangnya ternyata tadi itu adalah malaikat Jibril. Ia memanggilku seraya berkata, “Sesungguhnya Allah SWT telah mendengar kaummu mencela dan menolak ajakanmu. Dan Allah SWT mengutus malaikat penjaga gunung untukmu. Ia akan memenuhi apa saja yang kamu kehendaki untuk menyiksa mereka. Kemudian malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam seraya berkata, “Wahai Muhammad, ‘Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaummu. Dan aku adalah malaikat penjaga gunung. Tuhan telah mengutusku untuk memenuhi perintahmu. Maka apakah yang kamu kehendaki? Apabila kamu menghendaki, akan aku runtuhkan dua gunung itu untuk menyiksa mereka. Nabi Saw menjawab, Aku masih berharap:, semoga Allah mengeluarkan dari tulang belakang mereka orang yang beribadah (menyembah) Allah yang Maha Esa, dan mereka tidak menyekutukan –Nya dengan sesuatu-pun. (HR. Bukhari dan Muslim).

649- وَعَنْهَا قَالَتْ : مَا ضَرَبَ رَسُوْلُ اللهِ  شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ, وَلاَ امْرَأةً وَلاَ خَادِمًا, إِلاَّ أَنْ يُجَاهِدَ فِي سَبِيْلِ اللهِ, وَمَا نِيْلَ مِنْهُ شَيْءٌ قَطُّ فَيَنْتَقِمَ مِنْ صَاحِبِهِ, إِلاّ َأن يُنْتَهَكَ شَيْءٌ مِنْ مَحَارِمِ اللهِ تَعَالَى, فَيَنْتَقِمُ ِللهِ تَعَالىَ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

649. Dari Aisyah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW tidak pernah memukul apapun dengan tangannya, beliau juga tidak pernah memukul istrinya dan pelayannya, kecuali pada saat berjihad di jalan Allah. Dan beliau sama sekali tidak pernah membalas orang yang mengganggunya, kecuali terhadap pelarang apa yang telah diharamkan Allah SWT, maka beliau menghukum karena Allah.’” (HR. Muslim).

650- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُوْلِ اللهِ  , وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيْظُ الحَاشِيَةِ, فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ فَجَبَذَهُ بِرِدَائِهِ جَبْذَةُ شَدِيدةً, فَنَظَرْتُ إلَى صَفْحَةِ عَاتِقِ النَّبِي  , وَقَدْ أثَّرَتْ بِهَا حَاشِيَةُ الرِّدَاءِ مِنْ شِدَّةِ جَبْذَتِهِ, ثُمَّ قَالَ ياَ مُحَمَّدُ مُر لِي مِنْ ماَلِ اللهِ الَّذِي عِنْدَكَ. فَالْتَفَتَ إلَيْهِ, فَضَحِكَ ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

650. Dari Anas RA, ia berkata, “Saya pernah berjalan bersama Rasulullah SAW. Waktu itu, beliau membawa selimut Najran yang tebal pinggirnya, dan bertemu dengan seorang Badui, kemudian ia menarik–narik selendang beliau dengan kuat. Lalu saya melihat leher beliau terdapat bekas ujung selimut, karena kerasnya tarikan orang Badui itu. Kemudian ia berkata, “Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku harta Allah yang ada padamu! Beliau menoleh kepada orang Badui itu, sambil tersenyum beliau menyuruh untuk memenuhi permintaan orang Badui itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

651- وَعَنِ ابْنِ مَسْعُوْدِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ  يَحْكِي نَبِيًّا مِنَ الأَنْبِيَاءِ, صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُه عَلَيْهِمْ, ضَرَبَهُ قَوْمُهُ فَأدْمَوْهُ, وَهُوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ, ويَقُوْلُ : (( اللَّهُمَّ اغْفِر لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

651. Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata, “Saya seolah-olah masih melihat Rasulullah SAW mencontohkan tentang perbuatan seorang Nabi-semoga Allah melimpahkan rahmat dan kesejahteraan-Nya kepada kaum yang memukul beliau itu sampai berdarah-sambil mengusap darah di mukanya, beliau berdo’a: “Ya Allah, ampunilah dosa kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR Bukhari dan Muslim).

652. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ , أََنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ , إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسُهُ عِنْدَ الْغَضَبِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

652. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Yang dinamakan orang kuat bukanlah orang yang kuat bergulat. Orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya pada waktu marah.” (HR Bukhari dan Muslim).

[1] . Adalah nama mi’qatnya penduduk Najd, dan di katakan: Qarnul Manaazil, yaitu berjarak seperti perjalanan sehari semalam dari Makkah.