Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Menjalin Hubungan Baik Dengan Allah

Cara Menjalin Hubungan Baik Dengan Allah
Jika kita menginginkan hubungan baik dengan manusia, ingin dihargai sesama manusia, ingin dicintai, ingin diperhatikan dan lain sebagainya maka perbaikilah hubunganmu dengan Allah.
Karena salah satu kunci untuk mendapatkan kebahagian didunia adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah dan berhubungan dengan baik kepada nya.

Sebagaimana Abu Sufyan bin ‘Uyainah pernah berkata,

وَمَنْ أَصْلَحَ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ أَصْلَحَ اللَّهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ
“Barangsiapa yang memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia.”

Banyak cara memperbaiki hubungan dengan Allah sebagaimana yang dilakukan oleh para ulama salaf terdahulu. Dan itu menjadi Wasiat mereka yang sangat penting ketika mereka bertemu:

Yang pertama,
وَمَنْ عَمِلَ لِآخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ أَمْرَ دُنْيَاهُ
“Siapa yang ia lebih fokus terhadap kehidupan akhiratnya (yang ia beramal untuk kehidupan akhiratnya), maka Allah akan cukupkan urusan dunianya”

Artinya hatinya hanya mengharapkan kehidupan akhirat untuk. Bahkan ketika ia melaksanakan aktivitas dunia pun yang ia harapkan adalah akhirat berupa pahala di sisi Allah. 

Di hatinya ia mengharapkan pahala dari setiap aktivitas-aktivitasnya. Ia berusaha untuk mengejar akhiratnya karena ia tahu dunia hanyalah perkara yang hina dan fana, tidak akan kekal selamanya. Rasulullah bersabda dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam At-Tirmidzi:

مَنْ كَانَ هَمُّهُ الْآخِرَةَ ؛ جَـمَعَ اللهُ شَمْلَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِـيْ قَلْبِه ِ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ،
“Siapa yang keinginan dia hanyalah kehidupan akhirat saja, Allah akan kokohkan urusannya, dan Allah akan jadikan kekayaan itu ada di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina dimatanya.” (HR. Tirmidzi)

Orang yang menginginkan dan di hatinya keinginan yang terbesar adalah kehidupan akhirat, Allah berikan tiga perkara kepadanya;

  1. Allah kokohkan urusan dia. Artinya ia akan bisa istiqomah, ia akan bisa tegar dalam menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan dalam kehidupan dunia ini. Sehingga aa kuat dalam menghadapi itu semuanya.
  2. Allah jadikan hatinya kaya. Ia penuh qana’ah, ia merasa cukup dengan yang ada, ia menjadi orang-orang yang zuhud dalam kehidupan dunia.
  3. Allah akan jadikan dunia mendatanginya dalam keadaan dunia itu hina di matanya.

Adapun yang Kedua dari cara kita memperbaiki hubungan dengan Allah dengan memperbaiki batin sebagaiman kata para ulama:

مَنْ أَصْلَحَ سَرِيرَتَهُ أَصْلَحَ اللَّهُ عَلَانِيَتَهُ
“Siapa yang memperbaiki batinnya, Allah akan perbaiki lahirnya.”

Orang yang memperbaiki batinnya dengan Allah, pasti Allah akan perbaiki lahirnya. Dimana ia berusaha berpikir bagaimana membeningkan hatinya dari berbagai macam perkara yang bisa menghancurkan agamanya.

Ia bersihkan dari kesyirikan, ia bersihkan dari mengagungkan selain Allah, ia bersihkan hatinya dari penyakit-penyakit yang bisa merusak; penyakit syahwat, penyakit syubhat, penyakit dengki dan kesombongan, penyakit-penyakit yang lainnya yang tentunya mengakibatkan ia tidak selamat dalam kehidupan akhiratnya.

Maka ia berusaha memperhatikan tentang kebaikan dan kebeningan hatinya. Karena itulah perkara yang akan bisa bermanfaat nanti pada hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨﴾ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّـهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿٨٩﴾
“Pada hari kiamat tidak akan bermanfaat harta dan anak-anak, kecuali orang yang datang kepada Allah membawa hati yang selamat.” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 88-89)

Hati yang selamat dari pada cinta dunia yang berlebihan, hati yang selamat dari mengagungkan selain Allah, hati yang selamat dari pada mengikuti syahwat dan hawa nafsu. Merekalah yang akan selamat nanti pada hari kiamat. Karena keselamatan kita di hari kiamat tergantung keselamatan hati kita.

Maka siapa yang memperbaiki rahasianya, hatinya, batinnya, maka Allah akan perbaiki lahirnya. Ia akan terlihat dari matanya menunjukkan rasa takut ia kepada Allah, akan terlihat dari lisannya tak berucap kecuali apa yang diridhai oleh Allah, dari perbuatannya tidaklah berbuat kecuali apa yang Allah ridhai untuknya. Karena ia tahu bahwa Allah mengetahui setiap gerak-geriknya. Sehingga akhirnya rasa takut pun tumbuh di hatinya.

Maka berusahalah sibuk memperbaiki hati kita, niscaya Allah akan perbaiki amalan kita. Berusahalah kita untuk memperbaiki rahasia kita disaat kita sendirian, disaat tidak ada manusia yang mengetahui, disaat kita sendirian di kamar kita, kita pun kemudian menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menjadikan kita baik di hadapan manusia.

Adapun yang Ketiga sebagaimana kata para ulama:

وَمَنْ أَصْلَحَ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ أَصْلَحَ اللَّهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ
“Siapa yang memperbaiki hubungan ia dengan Allah, Allah akan perbaiki hubungan ia dengan manusia.”

Memperbaiki hubungan dengan Allah yaitu dengan cara memperbaiki ibadah kita kepada Allah, memperbaiki kekhusyuan dalam shalat kita, memperbaiki lurusnya ibadah kita. Kita berusaha supaya hati kita selalu mengingat Allah.

Orang yang memperbaiki dzikirnya, pasti Allah akan selalu ingat kepadanya, sebagaimana Allah berfirman:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ ﴿١٥٢
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah[2]: 152)

Apabila Allah ingat kepada kita, pasti Allah akan berikan kepada kepada kita berbagai macam bantuan dan pertolonganNya. Maka siapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, Allah akan perbaiki hubunganNya dengan manusia.

Memperbaiki hubungan dengan Allah dengan menumbuhkan rasa cinta kita kepada Allah, kita mencintai apa yang Allah cintai, kita mencintai Allah melebihi segala-galanya, menumbuhkan rasa takut kita kepada Allah, Allah sangat kita takuti bahkan ketika kita sendiri kita takut untuk memaksiati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Memperbaiki hubungan kita dengan Allah dengan cara kita bertawakal kepada Allah, menyerahkan seluruh urusan kita kepada Allah, kita hanya berdo’a kepadaNya, kita hanya berharap kepada Allah, kita tidak berharap kepada manusia.

Kita perbaiki hubungan kita dengan Allah dengan cara kita banyak bertobat dan istighfar kepadaNya, memohon ampunan akan dosa-dosa kita. Karena manusia pasti tak lepas dari dosa. Ia perbaiki hubungannya dengan Allah.

Maka siapa yang memperbaiki hubungan dia dengan Allah, Allah akan perbaiki hubungannya dengan manusia. Dijadikan hati-hati manusia mencintainya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, apabila Allah mencintai seorang hamba, Allah akan memanggil Jibril dan Allah berfirman, “Wahai Jibril, sesungguhnya aku mencintai si Fulan, maka cintailah ia.” Lalu Jibril pun mengumumkan di seluruh makhluk yang ada di langit sana, “Wahai penduduk langit, sesungguhnya si Fulan dicintai oleh Allah, maka cintailah ia” lalu kemudian diterimalah penerimaan di muka bumi ini.

Tidak perlu kita memikirkan cinta manusia kepada kita. Karena manusia hatinya berbeda-beda. Hari ini dia bisa cinta kepada kita, entah besok dia akan benci kepada kita. Sedangkan apabila Allah cinta kepada kita, Allah mampu menjadikan hati manusia mencintai kita.

Maka perbaikilah hubungan kita dengan Allah, perbaikilah hubungan kita dengan Yang Maha Kuasa dengan cara ibadah kepadaNya. Maka itulah kebaikan.

Cara menjalin hubungan baik dengan Allah adalah sebagai berikut:

Yang Pertama yaitu dengan bertaubat Kepada Allah

“Allah memberikan kehidupan yang enak, semua tercukupi. Tetapi ketia Nabi Adam melanggar aturan Allah, maka langsung seluruh kenikmatan yang dirasakan dicabut oleh Allah.”

Orang yang banyak dosa itu, lanjutnya, kebanyakan karena menjauhi Allah. Cara mendekatnya adalah taubat. Ia mengatakan, dari sekian waktu yang diperintahkan Allah untuk bertaubat yakni dengan banyak istighfar sebelum Subuh. Sebagaimana Allah jelaskan dalam surat Ali Imaran ayat 17 Wa Ta'ala,

dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum fajar.”
Pada ayat tersebut ada kata walmustaghfiriina. Allah di ayat itu menggunakan isim fail. “Isim itu tidak terikat waktu, apa besok, sekarang atau nanti, melainkan dikerjakan secara terus- menerus.”
Jika kita ingin dekat dengan Allah maka banyak istighfar sebelum Subuh. Di ayat itu, Allah tidak menjelaskan secara khusus waktu Subuh, tapi pada waktu sahur. “Dan sahur itu dikerjakan sebelum Subuh.

Kita harus dapat memperbanyak istighfar dan meminta ampun kepada Allah, seperti dicontohkan Rasulullah. “Demi Allah, sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali sebagaimana hadits riwayat Bukhari.

Garansi Taubat dan Istighfar

Barangsiapa yang mau bertobat dan terus- menerus beristighfar, maka di setiap kesulitan akan diberi jalan. Diceritakan, Nabi Yunus telah melakukan kesalahan meninggalkan kaumnya, merasa putus asa selama 30 tahun berdakwah namun tidak satu pun mengikutinya.
Kisah Nabi Yunus itu, lanjutnya, diabadikan dalam surat Al Anbiya ayat 87. “Dan ingatlah Dzum Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan gelap, laa ilaaha illan anta subhanaka innii kuntu minadzoolimin. Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang dzalim.”

Garansi istighfar berikutnya, jika bersedih oleh Allah akan diganti dengan kegembiraan. Dikisahkan, hal itu seperti Nabi Adam AS saat ditinggal istri tercinta. Kisah ini diabadikan dalam surat Al A’raf ayat 23. “Keduanya berkata, Ya Tuhan kami, kami telah mendzalimi diri sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”

Garansi berikutnya dari orang yang bertaubat adalah diberi Allah rizki di luar jatah. “Jika orang yang bekerja setiap bulan ada jatah gaji, ini rezeki di luar gaji, sebagai contoh.

Cara Yang Kedua adalah dengan banyak bersabar

Setiap orang hidup itu pasti tidak mulus. Ada masalah-masalah yang membuat kita harus sabar. Ada sabar yang komplit yakni sabar menjalankan perintah karena semua bentuk perintah Allah harus dengan kesabaraan. “Misalnya perintah orang laki-laki shalatnya di masjid dan bisa istiqamah. Jika tidak sabar maka akan sulit dikerjakan.”

Sabar menjauhi larangan Allah dan menghadapi musibah. Ia menyampaikan, jika kita sabar dan ridha dengan musibah yang diberikan, maka musibah itu akan dikurangi.

Jika diberi musibah tidak sabar dan mengumpat, itu akan menjadi dua musibah, yakni hilangnya pahala dan menyia-nyiakan ujian kesabaran dari Allah. Padahal, orang diberi musibah itu dimudahkan masuk surga dan mendapat derajat yang paling mulia di sisi Allah.
“Innamaa yuaffashoobiruna bighoiri hisaab. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas,” sebagaimana yang Allah jelaskan dalam surat Az Zumar ayat 10.

Cara Yang Ketiga Yaitu dengan Bersyukur

Syarat untuk menjalin hubungan terbaik dengan Allah berikutnya adalah dengan bersyukur. Bersyukur itu memikirkan nikmatnya Allah, jangan tidak enaknya.

Rumus hidup itu, adalah apa yang kita cintai belum tentu baik dan apa yang kita benci belum tentu jelek. Untuk bisa bersyukur, jika urusan dunia maka lihatlah yang ada di bawah kita, ada yang diuji sama seperti kita dan bahkan ada yang diuji melebihi ujian kita.

“Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat dzalim dan sangat mengingkari nikmat Allah. Sebagaimana yang Allah jelaskan dalam al-Quran Surat Ibrahim ayat 34.

Cara Yang Keempat Yaitu Dengan Istiqamah

Jika kita ingin dicintai Allah, maka istiqamahlah. Dikisahkan, dari Aisyiah ra berkata, Nabi pernah ditanya, manakah amal yang paling baik dicintai Allah? “Beliau bersabda, yang dilakukan secara terus menerus meskipun sedikit. Beliau bersabda lagi, dan lakukanlah amal-amal itu, sekadar kalian sanggup melakukannya,” sebagaimana hadits riwayat Bukhari.

Orang Islam itu terkadang berbuat baik namun tidak terprogram, semua kadang-kadang. Misalnya, apa kamu shalat malam? Iya pernah kadang-kadang. “Padahal amal yang dicintai Allah itu tidak banyak, namun yang dikerjakan secara berkesinambungan, terus-menerus,” kata dia.

Nabi Muhammad pernah diperdengarkan oleh Allah suara sandal Bilal bin Rabbah di surga. Setelan dicek oleh Nabi Muhammad amalan apa yang membuatnya menjadi ahli surga, ternyata Bilal selalu shalat setelah wudlu, entah shalat wajib maupun shalat sunnah.
Yang kedua selalu witir sebelum tidur. Dan yang ketiga selalu shalat Dhuha minimal dua rakaat dan keempat selalu puasa minimal sebulan tiga kali. Empat amalan itu, kata Abdul Majid, yang dijaga dan dikerjakan oleh Bilal bin Rabbah.

Syarat Istiqamah

Istiqamah itu berat dan harus mujahadah, yaitu berjuang dengan sungguh-sungguh. Berbuat baik itu harus dipaksa, jika ingin istiqamah shalat malam harus bisa mengalahkan kantuk. “Jika tidak segera berdoa, wudhu’, dan segera shalat, alamat bablas syetan lebih kuat.”

Selain mujahadah, diperlukan juga muraqabah, selalu terus-menerus merasa diawasi. Hal itu harus dimunculkan pada diri sendiri bahwa Allah selalu mengawasi dan kita tidak bisa sembunyi dariNya.

“Tidaklah engkau perhatikan, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia di antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tidak ada lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tidak ada yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia pasti ada bersama mereka di mana pun mereka berada. 

Kemudian Allah akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, sebagaimana yang Allah jelaskan dalam al-Quran Surat Al Mujadillah ayat 7.