Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pentingnya Menahan Amarah

Menahan Amarah dan Memberi Maaf kepada Orang Lain
Di antara faktor kesuksesan seorang laki-laki dalam berinteraksi dengan orang lain dan menyebabkan dirinya mendapatkan cinta mereka adalah dengan menahan amarah dan memberi maaf kepada mereka, dengan kesadaran bahwa setiap orang pasti akan melakukan kesalahan kepada orang lain. 

Karena, sebagaimana ia suka mendapatkan maaf dari orang lain jika melakukan kesalahan terhadap mereka, maka dia pun harus memberi maaf kepada orang yang melakukan kesalahan terhadapnya. 

Yang demikian itu termasuk akhlak dan perbuatan yang baik sekaligus bagian dari sifat yang terpuji yang selalu dijadikan hiasan oleh orang-orang yang bertakwa dan suka berbuat baik kepada orang lain, yang dicintai dan diberikan pujian oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui firman-Nya, " ( yaitu ) orang-orang yang menafkahkan ( hartanya ), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan ( kesalahan ) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." 

Mereka itu akan mendapatkan balasan seperti yang telah diberitahukan Allah Ta'ala, "Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang orang yang beramal.

Dalam ayat lain Allah Ta'ala berfirman, "Dan pema'afan kamu itu lebih dekat kepada takwa. ( Al-Baqarah : 237 ). 

Selain itu, Allah Ta'ala juga berfirman, Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan ( orang lain ), sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Mahakuasa." 

Memberi maaf, artinya menggugurkan satu hak untuknya dari qishash atau hutang atau kesalahan atau yang semisalnya serta tidak memberi hukuman atas suatu perbuatan dosa. Allah Azza wa Jalla telah mengajurkan sekaligus memerintahkan hamba-Nya supaya saling memberi maaf, dan menjelaskan bahwa memberi maaf itu termasuk amalan yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada Allah Ta'ala sekaligus menghasilkan pahala yang berlimpah untuknya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

 وليعفوا وليصفحوا ألا تحبون أن يغفر الله لكم والله غفور رحيم 

"Dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu ? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." 

Demikianlah, balasan itu sejenis dengan amal yang dilakukan. Sebagaimana anda mau memberi maaf atas kesalahan orang yang berbuat kesalahan kepada anda, maka Allah pun akan memberikan ampunan atas kesalahan dan dosa anda. 

Demikian halnya dengan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dalam sebuah hadits, Beliau telah mengisyaratkan untuk memberi maaf, melupakan kesalahan orang dan tidak menyimpannya di dalam hati. 

Beliau telah bersabda, " Dan jika ada seseorang mencaci dan menghinamu atas suatu hal yang tidak ada padamu, maka janganlah engkau menghinanya kembali atas suatu hal yang memang ada padanya. Biarkan saja dia menjadi seperti dirinya dan kecelakaan itu akan menimpanya, sedang pahalanya untukmu. Dan janganlah sekali kali kamu mencact maki seseorang.

Dalam hadits lainnya beliau juga bersabda, "Barangsiapa menahan amarah padahal dia mampu untuk melampiaskannya, maka Allah Azza wa Jalla akan memanggilnya di hadapan semua makhluk pada Hari Kiamat kelak, sehingga Dia akan menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki, Selain itu, 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda, Tidaklah Allah menambah pada diri seorang hamba atas maaf yang diberikannya melainkan kemuliaan. "Di dalam hadits ini terdapat dua pengertian: salah satunya adalah bahwa barangsiapa memberi maaf, niscaya dia akan menjadi mulia dan semakin lapang hatinya serta akan bertambah pula kemuliaan dan kehormatannya. 

Yang kedua bahwa yang dimaksud dengan pahala dalam hadits di atas adalah pahala dan kemulian di akhirat. Bisa juga yang dimaksud adalah kedua pengertian tersebut, yakni orang itu akan mendapatkan keduanya di dunia dan di akhirat.