Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Ibnu Hazm

Kisah Ibnu Hazm

DIA telah membuat 'kaku' beberapa masalah dalam cabang syariah yang sebenarnya bisa dibuat 'longgar'. Sebaliknya dia telah membuat "longgar' beberapa masalah pokok dalam syariah yang sehanusnya sudah baku. Dia melempar para imam dengan 'manjaniq' (lembing-lembing), sehingga buku-bukunya dibakar. Dia memusuhi orang-orang Timur (ulama Timur, Baghdad, Mesir dan sebagainya. Lalu dibalas oleh orang-orang Maghrib (wilayah muslim bagian Barat, daerah Afrika Utara dan Andalusia di Spanyol).

Dia keluar dari kekayaan pada kefakiran untuk menuntut ilmu dan masuk dari pintu cita-cita ke rumah penguasa. Dia demikian unggul dalam pemahaman, namun sangat kaku. Dia menjauhi qiyas sehingga ditinggalkan manusia. Dia memiliki ilmu dalam hadits dan memiliki sedikit pengetahuan tentang atsar. Dia menulis Al- Majalla, lalu berkata, "Saya Ibnu Jala.

Dia menulis Al-Muhalla dan berpalinglah orangyang berpaling darinya." Pemikirannya luas dalam mengambil kesimpulan, namun sempit dalam pemahaman yang paling mendasar. Dia marah atas zamannya, lalu ia taburkan debu pada teman-temannya. Dia lepaskan anak panah dari lisannya, dan dia lepaskan tali kekang kudanya.

Menurut dirinya, dia paham, namun orang-orang tidak memahami apa yang ia paham. Dia mengerti, namun selain dirinya tidak mengerti. Dia mengintai para imam dengan kisah-kisah, padahal warna putih jika terlalu banyak akan menjadi supak.

Ibnu Hazm, dia adalah matahari, namun terbit dari Barat. Dia adalah bintang namun sayang, ia terbit di siang hari. Jika dikatakan, "Wahai Imam berhentilah menghujat para imam yang terkenal." Maka, dia berkata, "Barangsiapa yang bertaubat dan kembali kepada Allah, maka dia tidak akan dicela. Ibnu Hazm laksana aliran deras. Jika dia sedikit tenang, akan bermanfaat.

Namun jika mengalir kencang, akan menghancurkan dan mencabut. Diskusi dengannya selalu panas. Jika dia berdebat, dia sangat membatu. Dalam sekejap dia bisa menjual 'muka kecintaan' dan dalam sesaat dia bisa membelinya untuk menentang jama'ah. Namun demikian, dia bernasab pada (pemahaman) Islam yang benar, sifat yang mulia dan tempat berkembangyang baik. "Tidak" yang selalu keluar darinya sebelum mengucapkan "Ya". "Sekali-kali tidak" yang muncul darinya sebelum keluar "Pasti". Dia memiliki ghirah keagamaan yang tinggi dan kehangatan iman.

Dengan keduanya, otaknya mendidih. Dia gagalkan semua usaha kaum Yahudi dan dia kalahkan orang-orang Nashrani. Jika dia tidak dalam keadaan marah, dia akan mengambil kertas (mengarang). Namun, jika marahnya memuncak, dia akan menyeru, "Senjata-senjata!" Dia adalah pedang buatan India, sehingga namanya tersebar dari Andalusia hingga lndia. Mereka menenggelamkan buku-bukunya di lautan, namun pikiran-pikirannya muncul di daratan.

Buku-bukunya dibakar di pedalaman, namun gemanya muncul di kota-kota. Murid-muridnya memandangnya laksana lautan yang luas. Kalangan Hanafi menganggapnya sedikit bodoh. Kalangan Maliki beranggapan seorang pelaut yang 'muntah', Sementara kalangan Asy-Syafi'i menganggapnya terlalu kasar dan kalangan ahli hadits menyebutnya sebagai orang yang lurus tetapi sedikit bengkok. Bagaimanapun, dia adalah seorang alim.

Bukankah air jika telah mencapai dua kulah, ia tidak lagi najis. "Engkau telah lewati jembatan itu Maka, biarkan orang dengki melemparkan kotorannya." Dia adalah benteng di depan orang-orang kafir. Mereka tidak bisa mendakinya dan tidak bisa pula melobanginya. Semua jihadnya tidak batal, sebab jumlah sepuluhnya telah melampaui satuannya.

Ibnu Hazm: Azm (semangat), Hazm (tekad), Jazm (tidak pernah ragu). Jauhkan dari buku-bukunya celaan, karena dia penuh isi. Buang dari karya-karyanya cercaan, agar dia memiliki nilai. Lihatlah dengan penuh hati-hati dan bacalah dengan sangat teliti dan jangan ganggu orang yang membacanya. Ucapannya dalam hujah laksana pedang Hajaj. Musuh-musuhnya adalah orang-orang terhormat. Semoga saja dia tidak tercela. Dia telah bekerja sesuai yang ditunjukkan dan ke hadapan Raja Yang Paling Mulia dia akan dihadapkan.

Tulisan ini kutipan dari kitab Hadaa'iq Dzatu Bahjah yang ditulis oleh Dr. 'Aidh Abdullah Al-Qarni