Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bahaya Ekstrimisme

Bahaya Ekstrimisme

EKSTRIMISME adalah condong dari kebenaran, jauh dari manhaj dan menyimpang dari jalan lurus (as-shirat al-mustaqim). la menolak sikap moderat. Bahkan, ia meninggalkan kebenaran yang demikian jelas dan bergantung pada hasil ramalan.

Aturan- aturannya bersandarkan pada prasangka, khayal, ghuluw (berlebihan) dalam menghormati syaikh, menyembah pendeta dan para rahib. Dia adalah tindakan merampas hak-hak uluhiyyah dari Allah Yang Maha Esa, Tempat segala makhluk bergantung pada-Nya dan menyentuhkan hidung ke tanah untuk menyembah para taghut (syetan).

Ekstrimisme dalam ibadah adalah ketidakberaturan dalam pelaksanaanya, baik terlalu berlebihan atau sama sekali tidak melakukan. Ibadahnya tidak mengikuti Sang Makshum. Dia tidak tunduk pada keterangan yang jelas. Ekstrimisme dalam hukum adalah menjadikan sesuatu yang sunnah itu wajib, yang makruh menjadi haram, hukum ta'zir menjadi hukuman had.

Baca juga: Bahaya Orang Yang Hasud

Ekstrimisme adalah membesarkan-besarkan masalah, dzat dan hakekat sesuatu. Pijakannya adalah keluar dari sikap pertengahan dan keseimbangan. Padahal Allah telah menjadikan segala sesuatu dengan kadamya. Dia telah menurunkan Al-Qur'an sebagai mizan  dan selalu berada di atas jalan yang lurus.

Allah berfiman, "Katakanlah wahai Ahli Kitab, janganlah kalian berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agama kalian," (Al- Maa'idah: 77), "Dan mereka mengada adakan rahbaniyah padahal Kami tidak mewajibkan kepada mereka." (Al-Hadid: 27). Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri selalu mengambil jalan tengah, menghakimi dengan adil, selalu menegakkan keadilan. 

Yaitu, umat terbaik dan adil yang senantiasa bertumpu pada nilai-nilai keadilan. Yang menjadi saksi atas manusia, yang berbicara dengan kebenaran, pembawa amanah, pemberi hidayah, yang menunjukkan pada kebaikan, memerintah pada yang makruf dan mencegah yang mungkar. Umat yang menjauhi kesia-siaan, perpecahan, sikap berlebihan dan sikap jelimet yang dibuat-buat. Umat yang menjauhi bid'ah dan kekakuan.


Islam Tanpa Darwisy

ALLAH itu adalah Tuhan yang Maha indah. Allah sangat cinta dengan keindahan. Dia menciptakan taman-taman yang indah. Dia menciptakan korma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun. Allah mencintai penampilan dan kabar yang indah. Allah tidak mengakui sikap hidup para darwisy yang serba kumuh yang mengeyampingkan keindahan penampilan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam demikian indah dipandang, elok dan rupawan. Baunya wangi. Emosinya hidup dan sensitif. Perasaannya peka. Beliau datang untuk mendukung fitrah. Mengajarkan manusia tentang makna kehidupan.

Allah tidak suka kecemberutan dan sikap saling cemberut. Sebagian manusia ada yang mengira bahwa ibadah itu adalah dengan memakai pakaian yang sobek- sobek, jenggot yang terurai panjang tak beraturan, meninggalkan wewangian, tidak memperhatikan kebersihan raga, berjalan dengan pelan- pelan, menundukkan kepala sebagaimana para rahib dan pendeta.  Jika berkata, dia akan membuat pembicaraannya gampang di dengar. Dan jika memukul, maka pukulan- nya demikian menyakitkan.

Hendaklah Islam itu ditampilkan dengan tampilannya yang penuh pesona dan indah. Suci dalam dirinya, menjaga karakter dan sehat fisiknya. Umat Islam hendaknya memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi. Memiliki tekad yang kuat. Islam adalah gambaran kebersihan hati dari kedengkian, dari kebencian, dari syirik, dan dari sifat munafik.

Islam adalah kejemihan prinsip dari kesesatan dan penyimpangan. Dia adalah mandi dan wudhu', siwak dan wewangian. Makan makanan yang baik disertai dengan syukur yang mantap. Memakai pakaian demi keindahahan, disertai perasaan rendah hati. Mempergunakan hidup ini dengan cara yang sesuai dengan tuntunan syariah.

Adapun memadamkan cahaya jiwa, membunuh kemauan, memaksa ruh untuk senantiasa berada dalam kesulitan, membenci dan merasa jijik dengan keindahan dunia, maka itu adalah tipu daya. Dia adalah sikap berlebihan dan tidak memiliki akar yang kuat.

Berkunjunglah Sekali-kali, Maka Ia Akan Menambah Rasa Cinta

KUNJUNGAN akan membawa cinta jika dilakukan dengan jarang- jarang. Sermentara, kunjungan yang terlalu banyakadalah pintu kebosanan yang memberatkan. Sama sekali tidak peduli dan cuek adalah jalan menuju terputusnya tali silaturrahim. Karenanya, sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan. Allah telah menurunkan neraca keadilan. Semesta berjalan dengan adil.

Seorang yang berakal adalah yang mampu membuat perkataannya seimbang dan perbuatannya terukur. Dia mampu memisahkan untuk setiap peristiwa baju tertentu dan untuk setiap kepala sorban tertentu. Dalam kunjungan itu ada adab sopan santunnya dan sunnah- sunnahnya yang telah banyak ditulis dalam buku-buku turats yang tidak akan saya paparkan di sini, sebab mengulang-ulangi yang sudah ada itu adalah sebuah penyakit. Saya hanya akan menyebutkan yang terpenting dan sudah teruji di lapangan.

Wajib bagi setiap orang yang akan berkunjung untuk menjadikan acara kunjungannya itu sebagai usaha mendekatkan diri kepada Allah dan untuk mendapatkan pahala dari-Nya. Dan hendaknya orang yang dikunjungi itu termasuk salah seorang yang memang layak untuk dikunjungi yang di dalamnya mengandung kemaslahatan agama dan dunia.

Karenanya, seseorang sekali-kali jangan berkunjung pada seseorang yang terkenal sering meremehkan dan merendahkan orang yang datang kepadanya dengan segala kesombongan dan kecongkakannya. Sebab, itu sama saja dengan membuat dirinya siap untuk ditimpa bencana. Jangan pemah berharap untuk bertemu musuh. Jangan pula datangkepada orang- orang yang bemoral rendahan, kecuali dia bagian dari keluarganya sendiri.

Jangan pula datang kepada orang-orang durjana dan memberi dukungan kepada mereka, jika tidak bermaksud untuk mengajak mereka pada kebenaran. 

Hendaknya seseorang memilih waktu yang tepat untuk berkunjung. Jangan sekali-kali berziarah pada waktu yang dilarang bagi seseorang untuk menemui orang lain. Yaitu: Sebelum shalat subuh, tatkala ditanggalkannya baju pada siang hari dan setelah shalat Isya'. Jika seorang yang akan berkunjung tahu bahwa selain waktu tersebut di atas adalah waktu untuk istirahat bagi orang yang akan dikunjungi, maka hendaknya ia tidak melakukan kunjungan pada waktu itu. Seperti waktu setelah Ashar. 

Sebabnya, itu adalah waktu tidur bagi mereka yang bekerja penuh di siang hari. Dia juga terlebih dulu harus meminta izin, dan kalau orang yang diziarahi menolak untuk menerimanya karena alasan tertentu, maka ia harus mau menerima alasannya, atau dia hanya diterima di depan pintu rumahnya.

Hendaknya dia mengetuk pintu atau membunyikan belnya sebanyak tiga kali dengan hati-hati dan pelan-pelan dan dijeda beberapa saat. Jangan mengetuk atau menekan bel lebih dari tiga kali. Jangan mengetuk pintu seperti mengetuknya polisi, jangan pula membunyikan bel berturut-turut tanpa jeda sebagaimana dilakukan oleh yang terkena penyakit gila. Hendaknya dia tidak menghadapkan wajahnya pas di depan pintu rumah tuan rumah. Sebab jika tuan rumah membuka pintu dan dia berada dalam kondisi seperti itu, maka dia akan menyingkap isi rumah si tuan rumah. Permintaan ijin itu diberlakukan agar mata tidak jelalatan.

Seseorang yang berkunjung untuk bertamu hendaknya tidak berlama-lama tinggal di rumah tuan rumah sehingga membuat tuan rumah bosan. Kunjungan hendaknya dilakukan sesuai dengan ukuran. Orang merdeka yang berakal, pasti mengerti ukuran dirinya. Jangan melakukan kunjungan berulang-ulang dalam jangka waktu yang berdekatan. Harus ada jeda tertentu agar tuan rumah sendiri merasakan rindu karena telah lama tidak bersua, Barangsiapa yang memperbanyak kunjungan, maka ujungnya adalah kejemuan. Orang- orang awam bilang, "Ringankan pelanamu, maka akan kencang lari kudamu."

Tulisan ini adalah dari buku Hadaa'iq Dzatu Bahjah yang ditulis oleh Dr. 'Aidh Abdullah Al-Qarni