Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ali Hasjmy Sosok Gubernur Aceh Yang Cendikia

Ali Hasjmy Sosok Gubernur Aceh Yang Cendikia

Sastrawan Angkatan Pujangga Baru Pemimpin Umum Divisi Rencong Gurubesar Ilmu Dakwah Pembina Kota Mahasiswa Darussalam

Prof. A. Hasjmy, pengarang buku ini, yang menjadi Ketua Umum Majelis Umum Indonesia Daerah Istimewa Aceh dan Rektor Universitas Muhammadiyah Aceh, telah mengarang lebih dari 50 judul buku, yang diterbitkan di Jakarta, Bandung. Surabaya, Medan, Banda Aceh, Singapura dan Malaysia. Sebagian besar dari buku karangannya diterbitkan oleh Penerbit Bulan Bintang, Jakarta.

A. Hasjmy yang lahir tanggal 28 Maret 1914 ( 1 Jumadil Awal 1332 Hijriah ), nama kecilnya Muhammad Ali Hasjmy. Dalam tahun tigapuluhan dan empatpuluhan sering memakai beberapa nama samaran dalam karangan-karangan puisi dan cerita pendek, yaitu Al Hariry, Aria Hadiningsun dan Asmara Hakiki.

Pendidikan yang telah ditempuhnya, yaitu Governement Inlandsche School Montasie, Banda Aceh; Thawalib School Tingkat Menengah, Padang Panjang, Al Jami'ah Al Islamiyah Qism Adaabul Lughah wa Taarikh al Islamiyah ( Perguruan Tinggi Islam, Jurusan Sastra dan Kebudayaan Islam ) di Padang, dan dalam tahun limapuluhan mengikuti kuliah pada Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatra Utara, Medan.

Menikah pada 14 Agustus 1941, dengan Zuriah Aziz ( lahir Agustus 1926 ), dan mempunyai tujuh orang anak, enam laki-laki ( satu telah meninggal ) dan seorang perempuan, yaitu :

  1. Mahdi A. Hasjmy, 15 Desember 1942, Sarjana Ekonomi lulusan Departemen of Commerce Hitotsubasi University Tokyo. Sekarang mewakili PERTAMINA di Tokyo pada Kantor Pusat JIOC, Ltd ( Japan Indonesia Oil Co. Ltd ) sebagai Managing Director. Telah punya anak lima orang.
  2. Surya A Hasjmy, 11 Februari 1945 Sarjana Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sekarang Kepala Proyek Pembinaan Jalan Tapaktuan-perbatasan Sumatra Utara ( karyawan Bina Marga PU ), telah punya dua anak
  3. Darma A. Hasjmy, 9 Juni 1947, Sarjana Teknik lulusan Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sekarang bekerja pada Dinas Tatakota DKI Jakarta, telah punya tiga anak.
  4. Gunawan A. Hasjmy, lahir pada tanggal 5 September 1949 ( meninggal 12 September 1949 ).
  5. Mulya A. Hasjmy, 23 Maret 1951. Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, Medan. Setelah melakukan tugas " Inpres " selama tiga tahun di Kairatu, Seram ( Maluku ), mulai Januari 1983 telah belajar lagi mengambil spesialisasi bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, Medan. Sekarang telah jadi Ahli Bedah dan ditempatkan di Kota Industri Lhokseumawe, Aceh Utara, telah mempunyai dua orang anak.
  6. Dahlia A. Hasjmy, 14 Mei 1953. Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh, tidak tamat; menikah dengan Ikramullah ( Sarjana Teknik dari Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta ), telah punya tiga orang anak.
  7. Kamal A. Hasjmy, 21 Juni 1955, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Jayabaya, Jakarta. Sudah kawin.
Pengalaman pergerakan

Sejak muda A. Hasjmy telah aktif bergerak dalam berbagai pergerakan, di antaranya tahun 1932 s.d. 1935 menjadi anggota Perhimpunan Pemuda Islam Indone sia ( HPI ) dan dari tahun 1933-1935 menjadi Sekretaris HPII Cabang Padang Panjang, HPII merupakan onderbow dari partai politik Persatuan Muslimin Indonesia ( PERMI ), suatu partai yang radikal yang menganut sistem nonkooperasi terhadap pemerintah Hindia Belanda.

Akibatnya, tahun 1934 dipenjarakan empat bulan di Padang Panjang dengan tuduhan melanggar undang-undang larangan rapat. Tahun 1935 bersama-sama beberapa pemuda yang baru kembali dari Padang Panjang mendirikan Serikat Pemuda Islam Aceh ( SEPIA ) dan kemudian terpilih menjadi Sekretaris Umum Pengurus Besar SEPIA.

Setelah SEPIA diubah menjadi Pergerakan Angkatan Muda Islam Indonesia ( PERAMIINDO ), menjadi salah seorang anggota Pengurus Besar. PERAMIINDO merupakan suatu gerakan pemuda yang radikal yang giat melakukan gerakan politik menentang penjajahan Belanda Sejak tahun 1939 menjadi anggota Pengurus Pemuda PUSA ( Persatuan Ulama Seluruh Aceh ), Aceh Besar, serta menjadi Wakil Kwartir Kepanduan Kasysyafatul Islam, Aceh Besar. PUSA meskipun bukan partai politik, tetapi kegiatannya me rupakan gerakan politik menentang penjajahan Belanda. 

Kemudian tahun 1941 bersama beberapa orang teman dari beberapa Pemuda PUSA mendirikan suatu gerakan gerakan bawah tanah dengan nama " Gerakan Fajar ", dengan tujuan mengorganisir pemberontakan terhadap kekuasaan Belanda Gerakan ini dengan cepat menjalar ke seluruh daerah Aceh. Sejak awal tahun 1942 gerakan ini aktif melakukan sabotase di seluruh Aceh sampai meningkat kepada perlawanan fisik, di antaranya minggu ketiga Februari 1942 sejumlah pemuda Kasysyafatul Islam yang terlatih menyerbu kota Seulimeum dan membunuh Controleur Tiggelmen dan terjadi pula pertempuran di Keumire.

Selanjutnya pertempuran segera menjalar ke seluruh daerah Aceh Karena A. Hasjmy memimpin pemberontakan itu pula, ayahnya Teungku Hasjim ditangkap Belanda dan baru bebas setelah Belanda lari dari Aceh Pada awal tahun 1945 bersama-sama sejumlah pemuda yang bekerja pada Kantor Aceh Shimbun dan Domai mendirikan satu gerakan rahasia Ikatan Pemuda Indonesia ( IPI ) yang bertujuan mengadakan persiapan perlawanan terhadap kekuasaan Belanda kalau Belanda kembali setelah kalahnya Jepang yang waktu itu memang telah diperkirakan kekalahannya.

IPI bergerak aktif secara terang-terangan Setelah Jepang menyerah pada tanggal 14 Agustus 1945, dan juga aktif setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. IPI menggerakkan kekuatan rakyat terutama pemuda untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

IPI kemudian berubah menjadi Barisan Pemuda Indonesia ( BPI ), berubah lagi menjadi Pemuda Republik Indonesia ( PRI ) dan akhirnya menjadi Kesatria Divisi Rencong. Sejak dari IPI sampai kepada Divisi Rencong, di bawah pimpinan Ali Hasjmy. Divisi Rencong, bersama-sama dengan Divisi Gajah ( kemudian menjadi Divisi X ) dan Divisi Tgk. Cik Di Tiro berjuang dengan heroik mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Demikinlah secara kontinu dan terus menerus aktif dalam setiap kegiatan baik sebelum kemerdekaan maupun sesudahnya. Pada awal September 1945 dengan menghadapi ancaman Jepang yang masih berkuasa di Aceh, dalam suatu upacara yang penuh khidmat dinaikkanlah Sang Saka Merah Putih di depan kantor IPI yang disaksikan oleh ribuan pemuda dan masyarakat umum. Inilah berbendera Merah Putih yang pertama dikibarkan di angkasa Banda Aceh yang kemudiannya baru disusul oleh tempat-tempat lain.

Pengalaman kepegawaian

Setelah Indonesia merdeka, aktif sebagai pegawai negeri, dan menduduki berbagai jabatan, diantaranya, menjadi Kepala Jawatan Sosial Daerah Aceh. Kutaraja ( 1946-1947 ); menjadi Kepala Jawatan Sosial Keresidenan Aceh dengan pangkat Bupati ( 1949 ), Wakil Kepala Jawatan Sosial Sumatra Utara ( 1949 ); menjadi Inspektur Kepala Jawatan Sosial Propinsi Aceh ( 1950 ), Kepala Bagian Umum pada Jawatan Bimbingan dan Perbaikan Sosial dari Kementerian Sosial di Jakarta ( 1955 ), diangkat menjadi Gubernur Kepala Daerah Propinsi Aceh ( 1957 ); diangkat menjadi Gubernur Kepala Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh ( 1960-1964 ), dan dipensiunkan sebagai pegawai negeri atas permintaan sendiri ( 1966 ), diangkat menjadi Dekan Fakultas Dakwah Publisistik IAIN Ar Raniry Banda Aceh ( 1968 ), diangkat dan dikukuhkan sebagai Guru Besar ( Profesor ) dalam Ilmu Dakwah ( 1976 ), dan kemudian diangkat menjadi Rektor IAIN Jamiah Ar Raniry Darussalam, Banda Aceh ( 1977 s.d. Novem ber 1982 )

Selain aktif sebagai pegawai negeri juga bergerak dalam berbagai bidang kegiatan kemasyarakatan, di antaranya menjadi Anggota Badan Pekerja Dewan Perwakilan Rakyat Aceh ( 1946-1947 ); Anggota Staf Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo ( 1947 ); Anggota Komite Nasional Pusat ( 1949 ); Pimpinan Kursus Karang Mengarang di Kutaraja dan menjadi Staf Pengajar ( 1947-1948 dan 1950-1951 ); menjadi Ketua II Panitia Persiapan Universitas Sumatra Utara ( USU ) Medan ( 1957 ); Wakil Ketua Umum Panitia Persiapan Fakultas Ekonomi Negeri Kutaraja ( 1958 ); Ketua Umum Panitia Persiapan Pendirian Fakultas Agama Islam Negeri Kutaraja ( 1959 ); Anggota Pengurus Besar Front Nasional ( 1960 ); Ketua Umum Panitia Persiapan Fakultas Tarbiyah IAIN Ar Raniry ( 1960 ); Ketua Umum Panitia Persiapan Universitas Syiah Kuala ( 1960 ); Ketua DPR-GR Daerah Istimewa Aceh ( 1961 ); Ketua Dewan Kurator Universitas Negeri Syiah Kuala ( 1962-1964 ); Pejabat Rektor IAIN Ar Raniry ( 1963 ); Pimpinan Umum Harian Nusa Putra dan Staf Redaksi Harian Karya Bhakti di Jakarta ( 1964-1965 ); Anggota MPRS Golongan B ( Wakil Daerah Istimewa Aceh ) tahun 1967; Kemudian dipilih menjadi Wakil Ketua Majelis Umum Propinsi Daerah Istimewa Aceh sejak tahun 1969, akhir tahun 1982 dipilih menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Propinsi Daerah Istimewa Aceh dan sejak berdirinya terus menjadi anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Pusat Jakarta.

Khususnya dengan Daerah Istimewa Aceh dan Kota Pelajar dan Mahasiswa ( Kopelma ) Darussalam, A. Hasjmy mempunyai andil yang cukup besar. Pengangkatannya sebagai Gubernur Aceh tidak terlepas dari usaha pemulihan keamanan Daerah Aceh yang sedang diamuk Perang saudara sehingga Daerah Aceh bisa berubah dari Darul Harb menjadi Darussalam.

Demikian pula dalam rangka mengejar ketinggalan Daerah Aceh dari daerah daerah lainnya akibat perang yang terus menerus, sejak diangkat menjadi Gubernur Aceh, A. Hasjmy bersama beberapa orang kawan seperjuangan lainnya mulai me mikirkan dan memusatkan pikiranya untuk membangun pusat-pusat pendidikan di seluruh Daerah Aceh.

Sebagai hasilnya, kini telah dapat kita saksikan Kota Pelajar dan Mahasiswa Darussalam dengan dua perguruan tinggi di dalamnya, IAIN Ar Raniry, dan Universitas Syiah Kuala. Kopelma Darussalam merupakan ( pusat pendidikan untuk tingkat propinsi ). Di samping itu telah berdiri pula beberapa perkampungan pelajar di beberapa kabupaten dan beberapa taman pelajar pada beberapa kecamatan di seluruh daerah Aceh.

Akhirnya dapat dijelaskan bahwa A. Hasjmy telah dua kali menunaikan ibadah haji, beberapa kali melaksanakan ibadah umrah dan telah beberapa kali melakukan perlawanan ke Timur Tengah ( Mesir, Saudi Arabia, Kuwait, Bahrain ). Pakistan. Muangthai, Singapura, Malaysia, Philipina, Hongkong, Taiwan, Jepang dan Korea Selatan.

Perlawatan ke luar negeri yang pernah dilakukan oleh Ali Hasjmy, antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Tahun 1949 menjalankan tugas negara RI sebagai Anggota Misi Haji RI II ke Saudi Arabia dan Mesir, selama tiga bulan. 
  2. Dalam tahun enampuluhan beberapa kali ke Malaysia dan Singapura untuk menyertai berbagai seminar dan pertemuan sastra. 
  3. Dalam tahun 1979 berkunjung ke Sabah, memenuhi undangan Kerajaan Negara Bagian dan Yayasan Sabah, untuk memberi serangkaian dakwah Islamiah dan menghadiri beberapa diskusi tentang Islam. 
  4. Dalam tahun 1979 juga berkunjung ke Ipoh dan Kuala Lumpur, untuk Hari Sastra Malaysia, dan memberi sebuah prasaran yang berjudul " Bahasa dan Sastra Melayu di Aceh ". 
  5. Dalam tahun 1979, bersama Menteri Agama RI mengunjungi Bahrain, Saudi Arabia dan Kuwait. 
  6. Dalam tahun 1980 berkunjung ke Korea Selatan, memenuhi undangan untuk meninjau pembangunan masyarakat desa dan pembangunan pendidikan. Dalam perjalanan pulang singgah di Tokyo, Taiwan, Hongkong, dan Singapura. 
  7. Selain dari itu, juga pernah berkunjung ke Thailand, India dan Pakistan. 
  8. Dalam tahun 1981; berkunjung ke Jepang ( Tokyo, Kyoto, Osaka, Kobe, Hiroshima, dan lain-lain ) memenuhi undangan untuk mempelajari adat istiadat dan kebudayaan Jepang. 
  9. Dalam tahun 1981, berkunjung lagi ke Philipina memenuhi undangan Imam Besar Masjid Jami ' Maharlika Manila. 
  10. Dalam tahun 1981, juga mengunjungi Penang, Kuala Lumpur, Trengganu dan Kelantan, memenuhi undangan. 
  11. Akhir tahun 1982, berkunjung ke Thailand ( Muangthai ) atas undangan organi sasi Islam di sana, menyampaikan makalah dalam simposium internasional tentang Kesusasteraan Melayu Tradisional di Kuala Lumur. 
  12. Dalam tahun 1985, 1986 dan 1987, mengunjungi kota-kota-kota di Malaysia, untuk menyampaikan makalah dalam berbagai seminar yang diadakan.
Buku-buku yang telah dikarang 

Sejak umur 20 tahun sampai sekarag sudah lebih 50 buah buku yang telah dikarang dalam berbagai disiplin ilmu, sejarah dan kebudayaan, agama, pendidikan moral dan sebagainya dan telah diterbitkan oleh berbagai penerbit baik dalam maupun Luar Negeri, yaitu : 

  1. Kisah Seorang Pengembara ( kumpulan sajak ), Pustaka Islam, Medan, 1936, 
  2. Sayap Terkudai ( roman perjuangan ), 1938, tidak terbit, naskahnya hilang di Balai Pustaka waktu pendudukan Jepang. 
  3. Dewan Sajak ( kumpulan puisi ), Centrale Courant, Medan, 1938. 
  4. Bermandi Cahaya Bulan ( roman pergerakan ). Indische Drukrij. Medan, 1939, ( edisi Jakarta diterbitkan oleh Bulan Bintang, 1978 ). 
  5. Melalui Jalan Raya Dunia ( roman masyarakat ), Indische Drukrij, Medan, 1939 ( edisi Jakarta diterbitkan oleh Bulan Bintang, 1978 ). 
  6. Suara Azan dan Lonceng Gereja ( roman antar agama ), NV. Syarikat Tapanuli, Medan, 1940; edisi Jakarta diterbikan oleh Bulan Bintang, 1978, edisi Singa pura diterbitkan oleh Pustaka Nasional, 1982. 
  7. Cinta Mendaki ( roman filsafat / perjuangan ), naskahnya hilang pada Balai Pus taka Jakarta waktu pendudukan Jepang. 
  8. Dewt Fajar ( roman politik ), diterbitkan oleh Aceh Shimbun, Banda Aceh 1943. 
  9. Kerajaan Saudi Arabia ( riwayat perjalanan ), Bulan Bintang, Jakarta, 1957. 
  10. Pahlawan-pahlawan Islam yang Gugur ( saduran dari bahasa Arab ). Bulan Bintang, Jakarta, 1956, cetakan ke-2, 1971; cetakan ke-3, 1974; cetakan ke-4, 1981. Edisi Singapura oleh Pustaka Nasional, 1971; cetakan ke-2, 1982. 
  11. Rindu Bahagia ( kumpulan sajak dan cerpen ), Pustaka Putro Cande, Banda Aceh, 1963. 
  12. Jalan Kembali ( sajak bernafaskan Islam ), Pustaka Putro Cande, Banda Aceh, 1963. 242 
  13. Semangat Kemerdekaan dalam Sajak Indonesia Baru ( analisa sastra ), Pustaka Putro Canden, Banda Aceh, 1963. 
  14. Di Mana Letaknya Negara Islam ( karya ilmiah tentang ketatanegaraan Islam ). Pustaka Nasional, Singapura, 197, Raniry, Banda Aceh, 1969. 
  15. Sejarah Kebudayaan dan Tamaddun Islam, Lembaga Penerbit IAIN Jamiah Ar 
  16. Yahudi Bangsa Terkutuk, Pustaka Faraby, Banda Aceh, 1970. 1970. 
  17. Sejarah Hukum Islam, Majelis Ulama Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh, Banda Aceh, 1971. 
  18. Hikayat Prang Sabi Menjiwai Perang Aceh Lawan Belanda, Pustaka Faraby, Mama Aceh
  19. Biograft simplest Prof Wass Ale Wassmy 18 hiam dan Ilmu Pengetahuan Moderen ( terjemahan dari bahasa Arab ), Pustaka Nasional, Singapura, 1972. 
  20. Pemimpin dan Akhlaknya, Majelis Ulama Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh, 1973. 
  21. Rubai Hamzah Fansury Karya Sastra Sufl Abad XVII, Dewan Bahasa 
  22. Dustur Dakwah Menurut Al-Quran, Bulan Bintang, Jakarta, 1974 
  23. Sejarah Kebudayaan Islam, Bulan Bintang, Jakarta 1975, cetakan ke-4, 1987. 
  24. Cahaya Kebenaran ( terjemahan Al-Quran Juz Amma ). Bulan Bintang, Jakarta, 1979. 
  25. Iskandar Muda Meukuta Alam ( sejarah hidup Sultan Iskandar Muda, Sulthan Aceh terbesar ), Bulan Bintang, Jakarta, 1977. 
  26. Tanah Merah ( roman perjuangan ). Bulan Bintang, Jakarta, 1977. 
  27. Meurah Johan ( roman sejarah Islam di Aceh ), Bulan Bintang, Jakarta, 1950. 
  28. Risalah Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta, 1977. 
  29. Surat-surat dari Penjara ( catatan waktu dalam penjara tahun 1953-1954 ), Bulan Bintang, Jakarta, 1978. 
  30. Peranan Islam dalam Perang Aceh, Bulan Bintang, Jakarta, 1978.
  31. 59 Tahun Aceh Merdeka di bawah Pemerintahan Ratu, Bulan Bintang, Jakarta, 1978. 
  32. Apa Sebab Rakyat Aceh Sanggup Berperang Puluhan Tahun Melawan Agresi Belanda ( berasal dari buku Hikayat Perang Sabi Menjiwai Perang Aceh Lawan Belanda, setelah ditambah dan disempurnakan ), Bulan Bintang, Jakarta, 1979. 
  33. Bunga Rampai Revolusi dari Tanah Aceh, Bulan Bintang, Jakarta 1980. 
  34. Langit dan Para Penghuninya ( terjemahan dari bahasa Arab ), Bulan Bintang. Jakarta, 1978. 
  35. Apa Sebab Al-Quran Tidak Bertentangan dengan Akal ( terjemahan dari bahasa Arab ), Bulan Bintang, Jakarta, 1978. 
  36. Mengapa Ibadah Puasa Diwajibkan ( terjemahan dari bahasa Arab ), Bulan Bintang, Jakarta, 1978. 
  37. Mengapa Ummat Islam Mempertahankan Pendidikan Agama dalam Sistem Pendidikan Nasional, Bulan Bintang, Jakarta, 1979. 
  38. Nabi Muhammad Sebagai Panglima Perang, Mutiara, Jakarta, 1978. 
  39. Dakwah Islamiyah dan Kaitannya dengan Pembangunan Manusia, Mutiara, Jakarta, 1978. 
  40. Sastra dan Agama, BHA Majelis Ulama Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh, 1980. 
  41. Perang Gerilya dan Pergerakan Polink di Aceh untuk Merebut Kemerdekaan Kemball, Majelis Ulama Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh, 1980, 
  42. Pokok Pikiran Sekitar Dakwah Islamiyah, Majelis Ulama Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh, 1981. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Al-Maarif, Bandung. 1981.
  43. Mengenang Kembali Perjuangan Misi Haji RI ke-2, Al-Maarif, Bandung. 1983. 
  44. Syiah dan Ahlussunnah Saling Rebut Pengaruh di Nusantara, Bina Ilmu, Surabaya, 1984. 
  45. Benarkah Dakwah Islamiyah Bertugas Membangun Manusia, Al-Maarif, Ban dụng 1983 
  46. Apa Tugasnya Sastrawan Sebagai Khalifah Allah, Bina Ilmu, Surabaya, 1984. 
  47. Kebudayaan Aceh dalam Sejarah, Penerbit Beuna, Jakarta, 1983.
  48. Hikayat Pocut Muhammad dalam Analisa, Penerbit Beuna, Jakarta, 1983. 
  49. Sejarah Kesusastraan Islam / Arab, masih naskah. 
  50. Publisistik dalam Islam, Penerbit Beuna, Jakarta, 1983. 
  51. Beberapa naskah terjemahan lagi yang sudah dan sedang disiapkan. 
  52. Mengarang dalam beberapa majalah dan harian yang terbit di Jawa, Sumatra dan Singapura / Malaysia. Panji Islam ( Medan ); Pedoman Masyarakat ( Medan ); Gubahan Maya ( Medan ); Suluh Islam ( Medan ); Fajar Islam ( Singapura ); Miami ( Medan ); Matahari Islam, Pemimpin Redaksi, Padang Setelah Perang Dunia II : Dharma ( Banda Aceh ); Pahlawan ( Banda Aceh ); Wijaya ( Banda Aceh ); Bebas ( Banda Aceh ); Sinar Darussalam, Pemimpin Umum, ( Banda Aceh ); Nusa Putera ( Jakarta ); Karya Bakti ( Jakarta ); Majalah Amanah ( Jakarta ); Panji Masyarakat ( Jakarta ); Harmonis ( Jakarta ); Mimbar Ulama ( Jakarta ); Majalah Puwan ( Banda Aceh ); Gema Ar Raniry ( Banda Aceh ); Hari Waspada ( Medan )
  53. Dan Tulisan Beliau yang lainnya 
Demikianlah riwayat hidup singkat Prof. Haji Muhammad Ali Hasjmy, yang menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Ketua Dewan Mesjid Indonesia Propinsi Daerah Istimewa Aceh dan Ketua Umum Lembaga Adat dan Kebudayaan Aceh ( LAKA ). Beliau wafat pada tanggal 18 Januari 1998 di Banda Aceh