Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ali bin Abi Thalib Khalifah Istimewa

Ali bin Abi Thalib Khalifah Istimewa

RAHASIA sosok ini adalah dia demikian mencintai Sang Maha Rahman, dan dicintai Sang Maha Rahman.

”Pujian ini yang tidak diungkap dalam kata

Di sana, di depan pintu semua kemulian berjejer.”

Lelaki ini, adalah lelaki pemberani yang demikian ahli dalam memutus kepala-kepala berhala dengan cara-cara islami. Jika dia mengayunkan pedang, maka semuanya bergetar berguguran, sebab di dalam kepala manusia-manusia kala itu ada paku-paku Lata dan’ Uzza.”

Dengan pedangmu kebenaran menjadi tinggi

Juga Allahu Akbar !

Anak sapi betina kemungkaran Disembelih

Dan kebohongan dikurbankan.”

Dia masuk Islam saat masih kanak-kanak, ikut terjun di perang Badar saat masih sangat remaja, menjadi imam saat sudah dewasa, dan dibunuh kala sudah tua. Maka keselamatan baginya saat dilahirkan, saat meninggal dan kala dibangkitkan untuk dihidupkan.

Kalimat-kalimat memikat dan ibarat ibarat yang penuh ibrah, membawa kata-kata yang terang dan bersinar. Tidak seorang pun yang mencintainya kecuali dia seorang mukmin, dan tidaklah membencinya kecuali seorang munafik. Tidaklah memberontak padanya kecuali orang yang melampaui batas dan tidaklah sekali-kali mencercanya kecuali seorang durjana. Dia penggal kepada Walid pada saat perang Badar.

Dia rekahkan ubun-ubun’ Amru pada saat perang Handaq. Dia bunuh Al-' Ash bin Wail pada hari Furqan. Dia hancurkan panji-panji kebatilan pada saat perang Uhud, dan dia luluh lalahkan benteng musuh pada perang Khaibar. Ali berada di antara orang yang menolak dan yang mengakuinya. Orang-orang Rafidhah ( salah satu kelompok dalam Syiah ) terlalu berlebihan menyikapi Ali, dan mengatakan sesuatu tentangnya dengan cara yang bodoh.

Padahal Allah menjadikan Ali tidak butuh terhadap apa yang mereka katakan. Penyucian Allah atasnya jauh lebih baik dari sikap mereka yang berlebihan. Orang yang menolak Ali menisbatkan kejelekan-kejelakan atasnya dan menguburkan semua kebaikannya. Mereka tidak mampu lagi melihatnya sebagaimana adanya. Oleh sebab itulah Ahli Sunnah menolak apa yang dikatakan kalangan Rafidhah dan memanjangkan tiang keadilan di depan mata orang-orang yang menyatakan penolakan kepada Ali. Ali dalam pandangan ahli hak, selalu bersinar bintangnya dan selalu naik pamornya.

Dia ditusuk tombak pendek saat berada di mihrab. Maka dia pun bersujud dengan sujud sangat panjang kepada Allah dan dia tidak mengangkat kepalanya setelah itu untuk selamanya. Lidahnya fasih, semua Hasan ! yang ada padanya adalah hasan. Semoga kau selalu hidup wahai Abul Hasan

Apa yang pantas kita katakan tentangnya ? Dia adalah anak paman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang pedangnya selalu terhunus. Suami dari anaknya yang suci. Anak-anaknya adalah tuan anak-anak lainnya. Dan pamannya adalah penghulu para syuhada’.

”Kau dalam kemuliaan memiliki kedaulatan dan kekuasaan

Dan di atasmu dari bekas-bekasnya ada cahaya.”

Dia luluhkan ubun-ubun kaum musyrikin. Dia sobek kulit orang orang Yahudi. Dia bungkam mulut-mulut para pembangkang. Dengan pedang dia keluarkan penyakit kaum Khawarij. Dia hancur leburkan pecahan-pecahan fitnah dalam kekuatan jamaah dan dia gabungkan pecahan umat yang terlanda fitnah. Dia sambung jembatan agama dan dia hancurkan tombak orang-orang yang membangkang.

Dalam dunia kepahlawanan dia memiliki seni-seni sendiri. Umat memiliki hutang padanya. Dia di sisi Rasulullah sama dengan posisi Harun di sisi Musa. Dia memberikan semua semangatnya untuk agama. Dia tidur di kasur Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam saat akan hijrah. Barangsiapa yang mencintai Muhammad, maka dia pasti akan mencintai Ali, dan barangsiapa yang mencintai Ali pasti dia mencintai Muhammad.

Baju besinya dihancurkan dan dengan baju besi itu ia menikahi Fathimah. Pedangnya dihancurkan, maka pedangnya pun diganti dengan pedang Dzul Fiqar. Bajunya dicabik-cabik, maka digantilah ia dengan mahkota”Allah dan Rasul mencintainya.”Dia meminta syahadah ( mati syahid ) pada saat Badar, maka dikatakan padanya bahwa itu mungkin dicapai di Uhud. Dia pun mencarinya di sana. Kemudian diserukan padanya di Hunain. Maka dia pun berangkat ke sana. Mereka pun mengatakan bahwa mungkin ini bisa dicapai di Khaibar. Maka dia sampai di sana. Lalu mereka berkata,”Ternyata janji itu masih lambat.”Maka dia pun berkata,”Alangkah indahnya jika aku terbunuh di dalam masjid.”

Mereka membunuhnya, dan Allah akan membunuh mereka. Tidakkah mereka menanyakan padanya tentang ilmu. Karena sesungguhnya obat kebodohan itu adalah bertanya.

”Kau lihat orang-orang yang mencintainya di rumah mereka

Cinta itu kadang kala dibunuh tanpa tuntutan darah.”

Kecerdikannya lebih cepat dari cahaya, lebih cepat dari pembawa kabar gembira, lebih cerah dari sinar fajar. Dia seorang alim yang jika menyelam ke kedalaman ilmu, maka dia akan menyelam dengan tukikan. Jika dia diminta hujjah, maka dia dengan gampang akan menghadirkan nya, sebab dia adalah sosok yang khusus.

Dia jauhkan dirinya dari merninta dunia. Perabot rumahnya adalah tikar, bejana dari kulit, selimut dan mangkuk besar. Jiwanya demikian rindu pada surga, yang dia lakukan dengan bekal iman, hijrah, jihad dan syahadah

”Napak tilas hidupnya laksana gemintang malam yang tampak

Yang dihiasi agama, etika dan kemuliaan akhlak.”

Dia tidak pernah melarikan diri dalam perang mana pun, dan tidaklah dia sama sekali menebaskan pedangnya pada seorang kafir kecuali pasti memenggal. Manusia dalam memandangnya terbagi dua. Ada yang ekstrim, ada pula yang moderat. Ada yang memujinya hingga mengklaim bahwa dia memiliki sifat makshum.

Ada juga yang membencinya hingga meragukan ke-sahabat-nya. Namun dia bukan ini dan bukan pula itu !! Dia adalah anak paman Nabi yang ummi yang bersinar cemerlang. Dia adalah seorang alim mujtahid yang tercerahkan.

Dia adalah Amirul Mukminin bagi kaum mukminin. Dia sangat pantas memiliki nilai-nilai keutamaan. Dia adalah sahabat yang paling berani saat menghadapi musuh. Orang yang paling takut pada Tuhannya saat menangis. Dia adalah orang yang paling benar tatkala dia bicara dan orang yang paling ceria kala tertawa. Di antara orang-orang yang paling pemberani yang menjadi kebanggaan semua, Ali adalah orangnya. Dari tanda kehinaan dunia adalah Ali tidak mencintainya.

Di antara keterpujian mimbar adalah Ali salah satu singanya. Dan di antara ciri khas kesyahidan adalah Ali pernah meminangnya. Akan terasa sangat murah dunia bagi kita jika kita mengingat Ali. Kita akan demikian rindu syahid jika kita mengingat Ali. Kebatilan akan marah tatkala kita mencintainya, dan kebenaran akan marah besar jika kita membuatnya marah. Ali adalah sosok agung.

Sebuah kisah yang demikian indah. Dia adalah sesuatu yang lain. Jika dia bicara, maka dia adalah kalimat-kalimat yang menggebu dan benar. Jika dia mengayunkan senjatanya, maka pukulannya membunuh dan mematikan. Jika dia menangis, maka yang keluar adalah air mata yang hangat yang mereflesikan nasehat. Jika dia tertawa, maka tawanya adalah senyuman yang menarik sekali. Dia adalah zahid tatkala hamparan harta terbentang. Dia demikian kokoh jika dihadapkan pada ujian-ujian.

Dia adalah bukti keberanian jika pasukan telah hadir. Dan dia adalah pionir kefasihan kala berada di tengah kumpulan orang-orang. Dia adalah Ali pada peristiwa-peristiwa, Abul Hasan kala meng hadapi ujian, Abu Turab kala berada dalam krisis. Aku mencintaimu wahai Ali, dan aku mencintai orang yang mencintaimu wahai Abul Hasan. Aku demikian tinggi mencintaimu, sebagaimana kau inginkan cinta mencintaimu. Kau demikian memenuhi janji sebagaimana janji akan memenuhi janjinya. Kau adalah seorang yang jujur, sebagaimana kau ingin kejujuran itu.

Namun aku mencintaimu wahai Ali dan aku rasa cukup. Tidakkah cukup jika engkau berada dalam jiwaku. Dia pergi kepada Allah setelah dia mentalak tiga dunia. Tidak ada rujuk baginya, dan dia tidak akan melakukan tahlil. Sebab dialah yang meriwayatkan hadits,”Allah melaknat muhallil dan muhallallahu. (1. Muhallil adalah orang yang menikahi seorang wanita dengan niatan agar wanita itu dihalalkan kembali pada suami yang pertama, Penj., 2. Muhallallahu adalah seorang lelaki yang meminta muhallil untuk melakukan pernikahan tersebut, Penj)”. Ali memakai pakaian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan dia memakai selendangnya.

”Andaikata selimut Rasulullah kau pakai

Maka ia akan menyangka bahwa engkau adalah pemiliknya

Dia berkata aku telah berikan dan pakaikan padanya

Alangkah baiknya mantel juga pundaknya.”

Semoga Allah mengekang Ibnu Muljam dengan kekangan api neraka sebab dia telah menghancurkan pedang yang demikian tajam ( Ali ).

”Andaikata aku bisa tebus Umar dengan seorang Khawarij

Niscaya aku tebus Ali dengan siapa pun dari manusia.”

Kutipan Dari Buku Hadaa'iq Dzatu Bahjah yang ditulis oleh Dr. 'Aidh Abdullah Al-Qarni