Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mantera Berharga Seorang Mukmin

Mantera Berharga Seorang Mukmin

Jika engkau ingin memahami bahwa: Kalimat " امنت بالله و باليوم الآخر " (Aku beriman kepada Allah dan hari akhirat). kalimat itu adalah dua mantera berharga untuk mengurai kesulitan dan mampu membuka kunci-kunci misteri alam raya. Ia juga mampu membuka pintu kebahagiaan bagi jiwa manusia. Bertawakal dan berlindung kepada Tuhan Mah Pencipta dengan sepenuh kesabaran, serta berdoa dan memohon kepada Tuhan Pemberi rezek dengan sepenuh kesyukuran, merupakan dua obat mujarab seperti penawar yang sangat bermanfaat.


Menyimak ayat al-Quran dan mematuhi hukumnya serta mendirikan shalat, hukumnya meninggalkan dosa-dosa besar, merupakan tiket dan bekal menuju akhirat, serta penerang kubur yang amat penting dalam perjalanan abadi ini.

Maka renungkan dan dengarkanlah cerita perumpamaan pendek berikut: Suatu ketika, di medan perang, ketika untung-rugi dipertaruhkan silih berganti, seorang prajurit berada dalam dilema dan kondisi sangat sulit. Dia ditimpa dua luka parah yang dalam di sisi kanan dan kiri tubuhnya. Sementara di belakangnya muncul seekor singa besar yang siap menerkamnya.

Dan di depannya pula berdiri tiang dengan tali gantungan yang telah lebih dahulu membinasakan semua teman seperjuangannya, juga menantikannya. Padahal, perjalanannya masih sangat panjang yang mesti dilaluinya.

Ketika prajurit malang itu sedang memikirkan seluruh perkara ini dalam perasaan cemas dan putus asa, muncul seorang lelaki yang wajahnya memancarkan cahaya, laksana Nabi Khidhir a.s, di sebelah kanannya, seraya berkata, " Jangan putus asa, saya akan mengajarkan kamu dua mantera. Kalau kamu menggunakannya dengan baik, singa itu akan berubah menjadi seekor kuda yang patuh padamu.

Tali gantungan itu pun akan bertukar menjadi sebuah ayunan yang dapat engkau nikmati. Saya juga akan memberikan kepadamu dua obat. Kalau kamu menggunakannya dengan baik, dua lukamu yang busuk itu akan berubah menjadi dua kuntum bunga indah yang harum semerbak, yaitu ' Mawar Muhammad ' S.a.w. Saya juga akan membekalimu tiket perjalanan, yang dapat kau pakai untuk menempuh jarak satu tahun perjalanan hanya dalam satu hari seolah-olah engkau terbang. Jika engkau tidak percaya, lakukanlah sedikit percobaan supaya kamu tahu bahwa saya benar. "

Kemudian si prajurit tadi sedikit mencobanya, dan mengakui ternyata lelaki itu benar. Ya, seperti prajurit panik tadi, saya -- Said Nursi -- juga percaya padanya, karena saya telah mencoba sedikit dan menemukan kebenaran.

Kemudian, tiba-tiba muncullah seorang lelaki licik pemabuk dan penipu seperti setan, yang datang dari sebelah kirinya, membawa perhiasan mewal tampilan memikat, mainan yang melalaikan dan minuman yang memabukkan. Dia berdiri hadapannya seraya berkata, " Ke sini kawan, Kemarilah agar kita bisa mabuk dan bergembir bersama. Mari kita lihat gambar-gambar wanita-cantik ini. Kita dengarkan beragam lagu yang menghibur itu sambil makan makanan yang ena ini.

Namun, kawan ! Apakah yang kamu baca mengapa mulutmu komat-kamit terus ? "

" Ini mantera. "

" Tinggalkan saja. Jangan rusak kesenangan kita Lalu, apa yang kau pegang itu ? "

" Ini obat. "

" Buang saja obat itu ! Engkau sehat. Apa masalahmu ? Sekarang waktu kita bersenang senang. Lalu kertas apa yang memiliki lima tand itu ? "

Ini tiket, akta untuk para pegawai spesialis. "

" Robek saja semua ! Kita tak perlu melakukan perjalanan di musim semi seperti ini ? " katanya lagi. Dia berusaha meyakinkannya dengan segena usaha. Akhirnya prajurit maling tadi mulai sediki terpengaruh.

Ya, manusia memang sering terpedaya. (Saya juga pernah tertipu orang seperti itu.) Tiba-tiba seperti gemuruh dari sini memberikan peringatan, " Jangan terpedaya ! Katakanlah kepada penipu itu, jika engkau bisa membunuh singa di belakangku, menghilangkan tiang gantungan yang berada di hadapanku, mengobati dua luka yang ada di kanan dan kiriku, dan menyelesaikan perjalanan yang terbentang di depanku, ayo lakukan dan tunjukkan supaya dapat kulihat.

Setelah itu, engkau boleh mengajakku bermain dan bersenang-senang. Jika tidak, diamlah wahai penipu, agar orang samawi seperti Nabi Khidhir a.s ini saja yang berbicara. " Wahai jiwa yang telah sering tertawa di mudanya, dan kini meratapi ketawanya itu, ketahuilah bahwa si prajurit yang malang itu adalah engkau ; manusia. Sementara singa itulah ajal. Lalu tiang gantungan itulah perpisahan di mana setiap sahabat mengucapkan selamat tinggal, lalu lenyap dalam putaran siang dan malam.

Adapun kedua luka itu, yang pertama adalah kelemahan manusia yang tak terbatas, dan yang kedua adalah kefakiran manusia yang sangat menyedihkan dan tak bertepi. Adapun pengasingan dan perjalanan panjangnya itu adalah pengembaraan hidup berupa rangkaian ujian panjang yang dimulai dari alam arwah, rahin ibu, masa kecil, masa tua, dunia, kubur, barzakh padang mahsyar dan titian shirat.

Kemudian kedua manteranya itu berupa keimanan kepada Allah dan hari akhirat. Ya, dengan dibacakan mantera, kematian berubah menjadi kuda dan buraq jinak yang membawa manusia beriman dari penjara dunia menuju taman syurga dan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih.

Karena itulah, orang-orang yang mencapai kesempurnaan memahami hakikat kematian dan mencintai mati. Bahkan sebelum kematian tiba mereka telah mengharapkannya. Lebih dari itu, dengan hakikat keimanan, rasa kehilangan dan perpisahan, mati dan wafat, serta peredaran waktu yang disimbolkan dengan tiang gantungan, akan berubah menjadi sarana untuk melihat hal-hal baru dengan terbaruinya segala sesuatu.

Bahkan ia menjadi sumber harapan dalamberagam bentuk mukjizat kreasi Sang Pencipta kodrat-Nya yang luar biasa, dan penjelmaan rahmat-Nya. Itu sama seperti keindahan yang dihasilkan dari perubahan cermin yang memancatulkan warna-warni cahaya matahari dan perubahan gambar pada layar teater sehinga menghadirkan pemandangan yang indah da ke ta menarik. Mengenai kedua obat itu, yang pertama berupa tawakkal dengan sabar dan bersandar hanya kepada qudrat al-Khaliq dan bergantung hanya kepada hikmah-Nya. Benarkah begitu ?

Ya, masih adakah tersisa ketakutan pada orang yang dengan seluruh kelemahannya, menyandarkan diri kepada Penguasa alam yang memiliki perintah " kun fayakun " ? Ketika menghadapi musibah paling menakutkan dia mengucap, " Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un ", seraya bergantung sepenuhnya kepada Tuhan Maha Penyayang agar memberinya ketenangan hati.

Ya, orang yang mengenal Allah akan menikmati ketidakberdayaan dan rasa takutnya pada Allah. Ya, sesungguhnya dalam rasa takutnya terhadap Allah terdapat kenikmatan. Seandainya seorang bayi berumur setahun bisa berbicara lalu ditanya, " Apakah yang paling indah dan paling nikmat bagimu ? ", pasti dia akan berkata, " Ketika aku berlindung dalam dekapan ibuku yang penyayang sewaktu aku merasa lemah dan takut akan tamparannya. "

Padahal, seperti kita ketahui, setiap kasih sayang ibu tak lain merupakan kilau cahaya yang membersitkan rahmat Tuhan. Karena itulah, orang orang yang mencapai kesempurnaan merasakan kenikmatan dalam ketidakberdayaan dan rasa takutnya kepada Allah. Bahkan mereka berlepas diri dari seluruh daya upaya dan kekuatan sendiri lalu berlindung kepada Allah lewat rasa papa mereka. Mereka menjadikan ketidakbedayaan rasa takut itu sebagai sarana syafaat bagi mereka.

Adapun obat yang kedua adalah doa, perminta syukur dan qanaah, serta bergantung pada rahmat Allah Maha Pemberi rezeki dan Maha Penyayang (ar-Razzaqur Rahim). Adakah begitu ? bagaimana mungkin kefakiran dan kemiskinan tetap menjadi sesuatu yang menyakitkan dan beban bagi para tamu undangan al-Jawwadul Karim (Allah Maha Pemberi dan Maha Mulia) ?

Bukan hanya Zatnya yang mampu menjadikan selu muka bumi sebagai satu hidangan penuh nik musim bunga sebagai jambangan kembang meletakkannya di tepi hidangan tersebut = menaburkan bunga-bunga itu ke atasnya ? dengan demikian kefakiran dan kemiskinan seorang hamba akan berubah menjadi satu gairah segar.

Dia akan berusaha semakin menambal kefakirannya seperti dia menambahkan gairah Karena itulah orang-orang pencapai kesempurnaan berbangga dengan kefakiran. Tapi, jangan salah paham ! Yang dimaksud degan kefakiran di sini adalah bersungkur di hadapan Allah dan merasa amat memerlukan pertolongan-Nya. Bukan menunjukkan kefakiran kepada orang lain dan dan meminta-minta.

Adapun selembar tiket dan surat tugas itu adalah menunaikan amalan fardhu, terutama shalat dan meninggalkan dosa-dosa besar. Benarkah begitu.??

Ya, menurut kesepakatan semua ahli ikhtisas, musyahadah, zauq dan kasyaf, bahwa pencapaian bekal dan perbendaharaan, cahaya dan buraq, di jalan abadi yang panjang dan gelap, itu hanya dapat diperoleh dengan menjunjung perintah al Quran dan menjauhi larangannya. Bukan yang lainnya.

Jika tidak, di jalan itu, sains dan falsafah, seni dan hikmah tidak akan bernilai walau satu rupiah pun. Kemilau cahaya dunia ini akan berakhir di dekat pintu kubur.

Wahai jiwa yang malas ! Sekiranya engkau mempunyai akal dan sama sekali belum rusak, engkau akan memahami bahwa mendirikan shalat lima waktu dan meninggalkan tujuh dosa besar itu amat menyenangkan dan meringankan hatimu.

Namun buah dan faedahnya amat banyak, penting dan besar. Engkau boleh berkata kepada setan dan para penipu yang melakukan kefasikan dan kejahatan itu, " Kalau kamu punya cara untuk membunuh kematian dan menghapuskan perpisahan dari dunia, menghilangkan kelemahan dan kemiskinan manusia dan menutup pintu kubur, silahkan beritahu ! Kami mendengar. Jika tidak, diam ! Al-Quran sedang dibaca di dalam masjid besar alam semesta. Mari kita dengarkan. Marilah kita mencahayakan diri kita dengan nur itu. Marilah kita beramal dengan hidayahnya dan 1 menjadikannya wirid lidah kita.

Ya, sesungguhnya al-Quran itulah kalam. Al Quran benar, datang dari Tuhan Maha Benar, lalu dan memperlihatkan menyatakan kebenaran kebenaran, serta menyebarkan hikmah yang bercahaya.

Ya Allah, terangi kalbu kami dengan cahaya iman dan Al-Qur'an. Ya Allah, cukupkan kami dengan rasa butuh pada-Mu_dan merasa cukup dengan-Mu. Kami berlepas dari daya dan kekuatan kami dengan menyerah dan pasrah pada daya dan kekuatan-Mu. Maka, jadikan kami sebagai orang yang bertawakkal kepada-Mu. Jangan serahkan kami pada diri kami. Jagalah kami dengan penjagaan-Mu. Kasihi kami serta kasihi seluruh kaum mukmin dan mukminah.

Selawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kami, Muhammad, hamba-Mu, nabi-Mu, pilihan-Mu, kekasih-Mu, keindahan milik-Mu, kreasi utama-Mu, pusat perhatian-Mu, mentari petunjuk-Mu, lisan cinta-Mu, contoh rahmat-Mu, cahaya penciptaan-Mu, kehormatan entitas-Mu, lentera keesaan-Mu di tengah banyak makhluk Mu, penyingkap misteri alam-Mu, penunjuk kekuasaan rububiyah-Mu, penyampai ridha-Mu, pengenal perbendaharaan nama-Mu, pengajar hamba-Mu, penafsir ayat-Mu, cermin keindahan rububiyah-Mu, sumbu penyaksian dan persaksian Mu, kecintaan-Mu, dan rasul-Mu yang telah Kau utus sebagai rahmat bagi semesta alam. Juga kepada keluarga, seluruh sahabat, dan saudara beliau dari kalangan Nabi dan Rasul. Serta kepada para malaikat yang dekat dengan-Mu dan kepada parahamba-Mu yang saleh. Amin.



kutipan dari Tulisan Baiuzzaman Said Nursi Dalam Risalah An-Nuur