Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Pengembara Yang Jatuh Ke Sumur

Kisah Pengembaran Yang Jatuh Ke Sumur

بسم الله الرحمن الرحيم
الله لا اله الا هو الحي القيوم


" Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. " (Ali Imran: 2)
ان الدين عند الله الإسلام
" Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah ke hanyalah Islam. " (Ali Imran: 19)

Jika engkau ingin memahami apa itu dunia dan peran jiwa manusia di dalamnya ; apa itu agama dan nilainya bagi manusia, serta bagaimana tanpa agama yang benar, dunia akan menjadi penjara besar bagi seluruh manusia ; bahwa manusia ateis merupakan makhluk paling malang ; bahwa yang bisa memecahkan kunci rahasia alam raya dan mampu menyelamatkan jiwa manusia dari kegelapan, hanya Dia, Allah, tiada Tuhan sela Dia. Maka, jika engkau igin memahami semua itu maka renungkan dan dengarkan cerita perumpamaan berikut ini.

Suatu ketika, dua orang bersaudara berjalan bersama dalam satu pengembaraan yang panjang. Mereka terus berjalan hingga sampai di sebuah persimpangan jalan, di mana mereka berjumpa seorang lelaki yang penuh wibawa.

Mereka bertanya, " Jalan manakah yang baik ? " Lelaki itu menjawab, " Jalan sebelah kanan sarat peraturan dan undang-undang. Namun, dalam beban dan kewajiban tersebut terdapat keselamatan dan kebahagiaan. Sedangkan jalan sebelah kiri merupakan jalan bebas. Namun, di balik kebebasan itu terdapat bahaya dan derita. Sekarang, terserah kalian mau memilih yang mana.

Setelah mendengar keterangannya, saudara yang berakhlak mulia mengucapkan, " Tawakkaltu ' ala Allah " (Aku bertawakal kepada Allah), " lalu pergi melewati jalan kanan dengan mengikuti rambu rambu dan peraturannya. Sedangkan saudaranya yang tidak berakhlak dan suka berfoya-foya, telah memilih jalan kiri semata-mata demi mengikuti keinginannya untuk bebas merdeka.

Sekarang, marilah kita mengikuti orang yang tidak berakhlak dan ingin bersenang-senang ini. ia pergi dengan hati ringan secara lahiriah, namun be la pe secara batin.

Orang ini berjalan melalui lembah dan bukit kemudian memasuki padang pasir tandus. Tiba-tiba dia mendengar suara yang amat menakutkan. Dia melihat seekor singa sangat buas keluar dari rimba dan berlari hendak menerkamnya. Dia melarikan diri. Dalam keadaan panik seperti itu bertemu sebuah sumur kering sedalam enam puluh hasta. Karena ketakutan, dia terjun ke dalamnya.

Setelah jatuh sampai separuh sumur, tangannya memegang sebatang pohon, lalu dia berpaut padanya. Pohon yang tumbuh pada dinding sumur itu memiliki dua akar. Ada dua ekor tikus, putih, seekor lagi hitam, menggigit dua akar itu untuk memotongnya. Ketika orang itu mendongak ke atas dia melihat singa yang mengejarnya masih menunggu di bibir sumur.

Dan ketika dia memandang ke bawah dia melihat seekor naga yang amat menakutkan berada di dasar sumur. Naga itu telah mengangkat kepalanya setinggi tigapuluh hasta dan mendekati kaki orang itu. Mulutnya seluas mulut sumur.
 
Ketika dia melihat ke dinding sumur. Dia mendapati serangga-serangga berbisa telah berkerumun di sekitarnya. Kemudian ketika dia memandang ke bagian atas pohon tempat dia bergelantung, dia mendapati pohon itu sejenis pohon tin. Tetapi anehnya, di tangkainya tumbuh buah-buahan dari berbagai jenis pohon, mulai dari jenis kacang-kacangan hingga delima.

Namun demikian, karena kesalahpahaman dan tidak berfikir dengan baik, orang itu tetap saja tidak menyadari bahwa semua peristiwa ini tidak lumrah. Tidak mungkin semua itu terjadi secara kebetulan. Dalam peristiwa seajaib itu pasti di baliknya tersimpan rahasia besar. Dia tidak menyadari akan peran Sang Maha Pencipta yang sangat besar di balik semua ini. Sekarang, walaupun hati, jiwa dan akalnya merintih dan menjerit secara sembunyi, namun nafsu amarahnya itu pura-pura tidak sadar. Ia lalu menutup telinganya untuk tidak mendengar tangisan jiwa dan hatinya. Lantas sambil menipu diri sendiri, dia mulai memakan buah-buahan pohon tersebut seolah-olah dia sedang berada di sebuah taman, sedangkan sebagiannya beracun dan membahayakan.

Dalam sebuah Hadis Qudsi, Allah berfirman,:
أنا عند ظن عبدي بي
"Maksudnya: " Aku memperlakukan hamba-Ku sebagaimana ia berprtasangka kepada-Ku”

Demikianlah orang yang malang ini, melalui prasangka dan kebodohannya, menerima apa yang dilihatnya sebagai peristiwa biasa. Begitu pula ke kelak balasan yang telah, sedang dan akan dialaminya. Dia tidak mati agar selamat, dan tidak juga hidup dengan selamat. Dalam keadaan beginilah dia merasakan azab tiada henti.

Sementara kita biarkan si malang tadi menderita azab, marilah kita memahami keadaan saudaranya tan yang lain. Orang yang diberkahi dan bijaksana itupun pun berjalan. Tetapi dia tidak mengalami kesusahan seperti saudaranya. Jiwanya yang baik dan akhlaknya yang mulia menjadikannya senantiasa memikirkan perkara-perkara yang baik dan mengkhayalkan perkara-perkara indah. Dia senantiasa menenangkan dirinya sendiri. Karena itu, dia tidak merasakan kesusahan dan kesulitan seperti yang dialami saudaranya. Dia mengetahui peraturan dan mengikutinya, sehingga ia mendapat kemudahan. Dia bepergian deng selamat dan aman.

Demikianlah dia berjalan, sampai dia bertemu sebuah taman. Di dalamnya terdapat bunga-bunga indah dan buah-buahan nikmat. Karena taman itu tidak terpelihara, terdapat pula di sana-sini beberapa hal buruk. Saudaranya yang jahil sebelumnya juga telah memasuki taman yang sama. Tetapi karena sibuk memperhatikan keburukan itu, perutnya terasa mual. Dia langsung keluar dan pergi tanpa sedikit pun menikmati isi taman.

Saudara yang yang baik dan bijaksana juga berjalan di tempat sama. Namun ia senantiasa melihat sisi baik dari seluruh perkara. Ia sama sekali tidak mau melihat keburukan-keburukan yang terdapat di taman itu. Dia mengambil manfaat yang baik dari hal-hal yang baik. Dia meninggalkannya setelah beristirahat secukupnya di sana.

Kemudian, lama-kelamaan, seperti saudaranya yang terdahulu, dia juga memasuki padang pasir yang luas. Tiba-tiba, terdengar auman seekor singa yang sedang menerkam. Dia ketakutan, tetapi dia tidak takut seperti saudaranya. Karena dengan sangkaannya yang baik dan fikirannya yang jernih, dia menganggap, " Di padang pasir ini ada pemerintahnya, dan mungkin saja singa itu pembantu di bawah perintahnya, " sehingga dirinya merasa tenang. Namun demikian, dia tetap melarikan diri sehingga berjumpa sumur sedalam enampuluh hasta dan terjun ke dalamnya. Seperti saudarany dia juga bergelantung pada pohon di tengah sumur.

Dia juga melihat dua ekor hewan sedang memotong dua akar pohon itu. Ketika mendorong ke atas dia melihat seekor singa dan bila ia memandang ke bawah dia melihat seekor naga. Seperti saudaranya dia melihat sesuatu yang ganjil. Dia juga merasa sangat takut, tapi seribu kali lebih ringan ketimbang ketakutan saudaranya. Hatinya yang baik membekalinya dengan pikiran yang jernih. Pikiran jernih menunjukkan kepadanya sisi baik setiap sesuatu.

Justeru itu, dia berpikir begini " Peristiwa-peristiwa aneh ini berkait antara satu sama lain. Bahkan semuanya kelihatan seperti bergerak di bawah satu perintah. Pasti ada satu rahasia di balik semua ini. Ya, semua ini bergerak di bawah perintah seorang Penguasa yang tidak kelihatan. Saya pasti sedang tidak sendirian. Penguasa yang tidak kelihatan itu sedang memandangku. Dia sedang mengujiku, mengarahkan dan mengundangku ke suatu tempat untuk satu tujuan. "

Ketakutan demikian telah mengusik hatinya dan menerbitkan rasa ingin tahu tentang Sang Penguasa yang mengatur semua peristiwa. Sehingga dia berkata, " Siapakah Penguasa yang sedang mengujiku dan ingin memperkenalkan dirinya kepadaku ? Sungguh dia telah mengarahkanku dan mengundangku ke tempat ini dengan cara yang menakjubkan. " Kemudian, dari rasa ingin tahu itu lahirlah rasa cinta kepada Penguasa yang memiliki rahasia tersebut. Dan dari cinta itu, lahirlah keinginan untuk membuka rahasia itu.Kemudian dari keinginan itu muncul gairah untuk mencapai kedudukan terbaik yang diridhai oleh Pemilik rahasia tersebut.

Kemudian dia memandang ke bagian atas pohon itu, dan tampak bahwa itu pohon Tin. Tetapi di tangkainya terdapat buah-buahan dari beribu-ribu jenis pohon. Kala itu, ketakutannya telah hilang sama-sekali karena dia telah memahami dengan yakin bahwa pohon Tin ini adalah pertanda dan pameran kekuasaan. Barangkali pemerintah gaib itu sengaja menaruh pada pohon itu sebagai contoh mengenai buah-buahan yang terdapat di kebun dan tamannya dengan satu rahasia dan mukjizat. Dia menghias pohon itu. Masing-masing sebagai isyarat mengenai makanan yang telah disediakan bagi tetamunya. Jika tidak, sebatang pohon tidak mungkin mengeluarkan buah-buahan dari ribuan da jenis pohon.

Kemudian dia mulai memohon kepada Penguasa kunci rahasia itu diilhamkan kepadanya. Maka dia telah berkata, " Wahai Penguasa tempat ini ! Aku telah jatuh ke dalam takdir-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dan pelayan-Mu. Aku menginginkan keridhaan-Mu dan aku mencari-Mu. "

Setelah permohonan itu, tiba-tiba dinding sumur terbelah, lalu terbukalah pintu ke sebuah taman yang sangat bersih dan indah. Bahkan, mulut naga itu tiba-tiba berubah menjadi pintu. Singa dan naga menjadi pelayan mempersilakannya masuk ke dalam. Dan akhirnya singa itu pun berubah menjadi seekor kuda yang jinak.

Justru, wahai nafsuku yang malas ! Wahai sahabat khayalanku ! Marilah kita bandingkan keadaan kedua saudara ini, supaya kita bisa melihat dan mengetahui kebaikan membawa kebaikan, dan bagaimana keburukan membawa keburukan.
 
Lihatlah ! Pengembara jalan kiri yang malang menunggu waktu masuk ke mulut naga dengan diliputi perasaan takut dan cemas. Sedangkan pengembara jalan kanan yang bijaksana, telah diundang ke sebuah taman subur berbuah indah. Pengembara yang malang itu hatinya hancur dalam rasa takut luar biasa. Sedangkan pengembara yang bijaksana memandang peristiwa-peristiwa aneh itu sebagai iktibar indah, rasa takut menyenangkan, dan makrifat penuh cinta.

Si malang itu merasa sangat tersiksa dalam ketakutan, putus asa dan kesepian ; sementara orang yang bahagia itu pun sedang merasa nyaman dengan rasa harap dan rindunya. Si malang melihat dirinya seperti tahanan yang akan dijadikan umpan bagi binatang buas, sementara si beruntung menikmati keberadaannya sebagai tamu mulia. Dia bersenang-senang dengan para pelayan Tuan Rumah Mulia yang telah mengundangnya bertamu.
Si malang itu mempercepat siksanya dengan memakan buah-buahan yang lahirnya lezat namun secara maknawi beracun. Ini karena buah-buah itu manyalah contoh. Ia hanya boleh dicicipi supaya mengetahui hakekat dan menjadi Konsumennya. Jika tidak, mustahil dibolehkan melahapnya seperti hewan. Adapun orang yang Deruntung dan mulia, dia mencicipi buah-buah cersebut lantas memahami maksudnya. Dia menangguhkan makan dan merasa enak dalam penantian.

Si malang telah menzalimi dirinya sendiri. Dengan tanpa basirah (matahati), dia mengubah hakikat yang indah dan terang-benderang menjadi dugaan dan neraka yang gelap bagi dirinya sendiri, tidak layak mendapat simpati dan tidak mengeluh kepada siapa pun.

Perumpamaan seperti seseorang yang memabukkan diri dengan arak busuk dan mengkhayalkan dirinya berada di musim dingin yang getir bersama binatang-binatang buas dalam keadaan lapar dan tidak berpakaian. Kemudian dia mulai menjerit dan menangis karena tidak panik. Padahal semua itu hanya terjadi dalam khayalannya saja.

Sedangkan pada hakikatnya dia sedang berada dalam suasana pesta jamuan yang enak di dalam taman yang indah bersama teman-temannya, di tengah musim bunga. Patutkah orang seperti ini mendapatkan belas kasihan ? Dia telah menzalimi diri sendiri dan memandang sahabat-sahabatnya seperti binatang buas dan menghina mereka. Demikianlah haki eng perjalanan hidup pengembara yang malang tadi.

Pengembara yang bijaksana pun senantiasa melihat hakikat. Baginya, hakikat segala sesuatu itu indah. Dengan memahami keindahan hakikat,dia menghormati kesempurnaan Pemilik Hakikat. Maka, dia layak menerima rahmat-Nya. Justru sini berlakulah rahasia hukum al-Quran, yaitu: "Ketahuilah, keburukan berasal dari dirimu sendiri sementara kebaikan berasal dari Allah. "

Jika engkau mengkaji lebih banyak lagi perbedaan seperti ini, engkau akan memahami bahwa: Nafsu amarah orang yang pertama akan senantiasa menyeretnya ke dalam sebuah neraka maknawi. Sementara niat baik, prasangka baik, sikap baik dan fikiran baik yang ada pada orang kedua, telah menjadikannya layak mendapat ihsan kebahagiaan yang besar, serta keunggulan dalam limpahan yang bercahaya.

Wahai jiwaku dan wahai orang yang mendengar hikayat ini bersamaku ! Jika engkau tidak mau menjadi saudara yang malang itu dan mau menjadi saudara yang beruntung, dengarlah al-Quran dan patuhilah hukumnya. Berpegang eratlah padanya dan beramallah dengan hukum-hukumnya. Jika engkau telah memahami hakikat-hakikat dalam hikayat perumpamaan di atas tadi, maka engkau mampu melaksanakan hakikat agama, dunia, ihsan dan iman dengan berkaca padanya. Saya hanya akan memberitahu hal yang penting-penting. Engkau sendirilah yang akan menerangkan perinciannya.

Maka lihatlah ! Sesungguhnya dua saudara itu, satunya adalah jiwa orang mukmin dan hati orang saleh. Sedangkan yang lainnya adalah jiwa orang kafir dan hati orang fasiq. Jalan kanan di antara kedua jalan itu adalah jalan al-Quran dan iman.
 
Sementara jalan yang kiri adalah kedurhakaan dan kekufuran. Taman di jalan itu adalah kehidupan sosial di kalangan manusia. situlah perkara-perkara yang baik dan buruk, indah dan jelek, yang bersih dan kotor, didapat bersama-sama. Orang bijak adalah orang yang senantiasa beramal dengan kaidah خذ ما صفا دع ما كذر (" Ambillah yang jernih dan tinggalkan keruh "), lalu pergi dengan hati tenang.

Selanjutnya padang pasir itu adalah dunia ini. Singa itu adalah kematian dan ajal. Sumur itu adalah tubuh manusia dan usia kehidupan. Kedalaman enampuluh hasta itu adalah petunju tentang umur manusia pada umumnya. Pohon itu adalah batas umur dan materi kehidupan. Dua ekor tikus hitam dan putih itu adalah siang dan malam. Naga itu adalah jalan barzakh dan pintu menunggu akhirat yang mana mulutnya adala kubur.

Tetapi bagi seorang mukmin, mulut itu adalah pintu yang terbuka menuju ke taman yang indah. Serangga-serangga yang membahayakan it adalah musibah-musibah duniawi. Tetapi, bagi seorang mukmin ia merupakan tegur sapa Ilahi yang manis dan peringatan dari ar-Rahman agar seorang hamba tidak tenggelam dalam kelalaian. Buah-buahan yang terdapat pada pohon itu adalah nikmat-nikmat duniawi yang mana Zat al-Karimu Mutlaq telah menjadikan buah-buah itu sebagai pengingat serta contoh nikmat Akhirat yang membawa para pembelinya kelak menuju buah buahan syurga.
 
Berbuahnya pohon itu dengan buah-buah yang bermacam-macam walaupun hanya sebatang merupakan isyarat akan rangkaian kuasa ilahi, juga sebagai stempel rububiyah ilahiyah, karena ia menjadikan beragam benda berasal dari hanya satu benda. " Artinya menumbuhkan semua tumbuhani tu dan buah-buahan dari tanah, mencipta semua benda hidup dari air dan mencipta semua anggota benda hidup dari satu makanan.

Sementara itu pada sisi yang berbeda, Dia juga Maha kuasa untuk " menjadikan beragam benda itu yang berlainan menjadi sebuah materi saja. " Lihatlah bagaimana Dia telah mengubah berbagai jenis makanan yang berbeda menjadi sebuah sel daging atau sel kulit yang sama. Bukankah ini merupakan satu tanda kekuasaan khusus Zat al Ahadus Samad yang merupakan Sultan Azali Abadi.

Stempel khusus kuasa dan ciptaan-Nya a tidak dapat ditiru. Ya, menjadikan satu benda berubah menjadi berbagai benda, atau menjadikan berbagai jenis benda menjadi satu benda, merupakan lambang dan pertanda khusus dalam kekuasaan al-Khaliq yang bersifat al-Qadiru Kulli Syai ' (Maha Kuasa Atas segala sesuatu).

Rahasia alam raya adalah rahasia hikmah penciptaan yang hanya dapat dibuka dengan kunci iman. Dan kunci iman itu adalah Kalimat syahadat.

Kemudian, perubahan mulut naga itu menjadi pintu taman berarti isyarat bagi orang sesat bahwa kubur merupakan pintu menuju kesusahan dan kesempitan seperti perut seekor naga. Namun, bagi ahli al-Quran dan iman, ia merupakan pintu terbuka dari penjara dunia menuju ke bustan (taman) abadi, dari medan ujian ke Raudhah Jannah dan dari kesulitan hidup menuju Rahma ar-Rahman.
 
Sedangkan perubahan singa ganas menjadi pelayan dan kuda jinak yang siap melayaninya, juga merupakan isyarat bahwa, bagi orang sesat kematian merupakan perpisahan abadi yang menyakitkan, berpisah dari semua kekasih, serta proses keluar dari syurga dunia yang menipu. Dan maut bagi mereka adalah memasuki sebuah kurungan dan penjara kesengsaraan yang dipenuh ketakutan tanpa ujung.

Namun bagi ahli hidayah dan ahli al-Quran, maut merupakan wasilah untu berjumpa dengan sahabat-sahabat lama dan orang orang tersayang yang telah pergi ke alam lain Maut juga merupakan cara untuk masuk ke tanah air hakiki dan ke maqam kebahagiaan abadi. Ia juga undangan dari penjara dunia ke taman syurga ; penantian giliran untuk mendapatkan ganjaran_sebagai_balasan karunia ar-Rahman ar Rahim. Ia menjadi upacara pelepasan beratnya tugas kehidupan, penutup latihan dan segala bentuk ubudiyah di dunia.

Dari semuanya kita dapat menyimpulkan: Jika seorang menjadikan kehidupan yang fana ini sebagai tujuan utama, walaupun secara lahir dia berada di dalam syurga, namun secara maknawi dia berada dalam neraka. Namun jika seorang manusia benar-benar ingin mencapai kehidupan yang baka, maka dia akan mendapat " Sa'adatud Darain " (kebahagiaan dunia dan akhirat).

Sesukar dan sesusah apa pun dunianya, dia tetap akan melihatnya bagaikan terminal menuju syurga. Dia akan tetap melihatnya indah, akan terus tabah dan akan senantiasa bersyukur dalam kesabaran.

Ya Allah jadikan kami termasuk mereka yang mendapatkan kebahagiaan, keselamatan, Al Qur'an, dan iman. Amin. Ya Allah, sampaikan selawat dan salam kami kepada junjungan kami, Muhammad s.a.w, serta kepada keluarga dan sahabatnya, sebanyak huruf yang terbentuk pada seluruh kata yang dengan izin Allah terwujud pada cermin gelombang udara di saat membaca setiap kata Al-Qur'an yang keluar dari mulut pembaca, dari awal turun hingga akhir zaman. Kasihi kami, orang tua kami, serta kaum mukmin dan mukminah sebanyak itu pula lewat rahmat-Mu wahai Dzat Yang Maha Pengasih. Amin. Alhamdulillahi Rabbil alamin.