Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Pedangan Emas yang Mengilaukan Emas Lama Dan Memamerkannya Seolah Baru

Kisah Pedangan Emas



Syaikh bertanya,”Ammar, bagaimana pendapatmu kalau kita masuk ke toko”Al-Adhwa Jewelry”di depan ? Ini karena aku ingin membeli cincin untuk putriku, Ar-Rumaisha, karena berhasil menghafal Alquran.”
“Terserah Syaikh,”jawab Ammar Syaikh dan muridnya kemudian masuk ke toko”Al-Adhwa Jewelry”, dan ketika sedang memutar-mutar pandangannya pada berbagai tipe yang dipamerkan, agar Syaikh dapat mengambil tipe yang bagus, tiba-tiba Syaikh melihat pemilik toko yang sedang meletakkan setumpuk emas lama di sebuah ruangan kecil di dalam toko. Rupanya pemilik toko akan mengilaukan emas lama itu dengan memasukkannya ke tempat khusus untuk mengilaukan. Pemilik kios itu bersama anaknya yang mengambil emas yang sudah disepuh, kemudian memamerkannya untuk kedua kalinya.


Syaikh bertanya,”Apa yang kamu lakukan ?”

“Mengilaukan emas lama dan memamerkannya untuk kedua kalinya di tempat pameran agar dapat dijual seperti baru,”jawab anak itu.

”Aneh, sama dengan harga emas yang baru ?”tanya Syaikh sambil keheranan.

”Ya, emas itu telah dikilaukan dengan sangat baik, persis seperti baru. Sehingga, tidak ada beda antara emas lama dengan emas baru,”jawab anak itu, kembali.

Syaikh mengajukan pertanyaan kepada pemilik tempat,”Apa ini benar Pak ?”Si pemilik toko bangkit dari tempatnya dan keluar dari toko untuk kemudian menyalami Syaikh dan berkata kepadanya,”Apa ada masalah ya Syaikh ?”

“Ini penipuan dan pengkhianat. Sementara Rasulullah bersabda: Barang siapa yang menipu kami, maka ia bukanlah dari golongan) kami, tipu muslibat dan pengkhianatan itu di neraka, kata Syaikh, menjelaskan.

”Cukup, berhenti sampai di sini,”kata pemilik toko, memotong.

”Baik,”kata Syaikh.

”Ketika mengilaukan emas lama itu, aku mengilaukannya dengan pengilauan yang baik. Sehingga aku pun yang mengilaukannya, jika tidak memperhatikan dengan baik, niscaya akan keliru terhadap emas lama yang dikilaukan dengan yang baru. Di tempat ini, sejak tiga puluh tahun yang lalu aku bekerja untuk ini. Namun tak seorang konsumen pun yang mengeluh. Bahkan, pada setiap momen mereka selalu datang untuk membeli dariku,”kata pemilik toko.

”Jangan main-main, dengarkan,”kata Syaikh.

”Ya,”jawabnya.

”Pembeli yang datang padamu untuk membeli emas, apakah ia datang untuk membeli emas lama ataukah emas baru,”tanya Syaikh.”Tentu membeli emas baru dan bukan emas lama yang dikilaukan,”jawabnya.

Syaikh berkata,”Apakah kamu telah menerangkan itu padanya, dan mengatakan bahwa ini emas lama yang dikilaukan dan bukan emas baru ?”tanya Syaikh, kembali.

”Tidak, aku tidak menjelaskan itu padanya. Sebab penjelasan ini sama sekali tidak dibutuhkan. Pasalnya tidak ada perbedaan antara emas lama dengan emas baru,”jawab pemilik toko itu.

”Ini cukup menjadi penipuan, pengkhianatan, dan kezaliman kepada kaum muslimin. Sementara Rasulullah telah bersabda: Muslim itu saudara muslim yang lain), dan tidak balal bagi seorang muslim (untuk) menjual barang kepada saudaranya yang padanya terdapat cacat, kecuali menjelaskan cacat itu kepadanya.”Adalah cacat terbesar bila ada seorang lelaki yang datang kepadamu untuk membeli emas baru, kemudian kamu menipunya dan menjual emas lama yang sudah dikilaukan.”

“Ya Syaikh, aku katakan padamu bahwa aku mengilaukannya dengan pengilauan yang sempurna. Tak seorang pun yang mengeluh tentang hal itu,”jawab si pemilik toko.

Apakah lelaki yang datang padamu untuk membeli emas untuk mempelainya, seandainya kamu berkata kepadanya bahwa emas ini bukan baru tapi emas lama yang disepuh, apakah dia akan membelinya ? Dengan harga yang sama dengan emas baru lagi ?”tanya Syaikh, memberi penger. tian.

”Tentu tidak. Bahkan, ia sama sekali tidak akan membeli,”jawabnya.

Syaikh berkata,”Takutlah engkau kepada Allah. Sungguh jiwamu telah merusakmu, dan ini merupakan pengkhianatan terburuk. Sedangkan Rasulullah telah bersabda: Bagi setiap pengkhianat itu ada bendera pada duburnya pada hari kiamat.”Berapa banyak kosumen yang telah kau tipu sejak tiga puluh tahun yang lalu, sedangkan mereka tidak pernah berburuk sangka kepadamu.

Pada hari kiamat nanti, di duburmu akan ditancapkan bendera yang bertuliskan nama-nama mereka yang kamu khianati.”

“Jadi, ini haram ya Syaikh ?”tanya pemilik toko.

”Ini sangat jelas dan keharamannya tidak membutuhkan penjelasan yang lebih,”jawab Syaikh.

”Maaf Syaikh, perkenankan aku, cincin yang ada di tanganmu, yang sekarang ingin Anda beli bukanlah emas baru, melainkan emas lama yang dikilaukan,”kata si pemilik toko.

”Berapa harga ini dan itu ?”tanya Syaikh.”Yang baru 35 pound per gram, sedangkan yang lama 30 pound per gram. Maafkan aku, aku telah terjerembab dalam maksiat ini sejak tiga puluh tahun yang lalu. Sejak saat ini, aku bertaubat dari hal itu, insya Allah,”kata si pemilik toko.

”Sepanjang kamu telah benar-benar bertaubat kepada Allah, aku tidak akan mengurangi harga emas yang baru sedikit pun. Aku akan membeli cincin ini dengan harga emas baru. Sebab, kamu telah menjelaskan cacatnya kepadaku, dan jujur kepada diri sendiri dan kepada Allah Ketahuilah bahwa:


ومن يتق الله تجعل له مخرجا

Barang siapa yang bertakwa kepada Allab niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dengan penuh keterharuan dan tangis, pedagang itu berkata,”Apa yang harus aku lakukan untuk perbuatan yang telah lalu ya Syaikh ?”

“Jika kamu mengenal orang-orang yang telah kamu tipu, kembalikanlah haknya kepada mereka. Yakni, bedakanlah harganya. Tetapi, jika kamu tidak mengetahui mereka, sedekahkanlah selisih harga itu sebagai pengganti dari mereka,”kata Syaikh, menerangkan.

”Bagaimana mungkin, sementara aku melakukan perbuatan itu sejak tiga puluh tahun yang lalu. Bahkan aku pun tidak tahu jumlah mereka yang telah aku tipu,”kata pemilik toko, terus terang.

”Lakukan sedekah itu sesuai dengan dugaan kuatmu,”kata Syaikh.

Ammar berkata,”Semoga Allah memberkati kalian berdua dalam jual beli kalian, dan memberikan kepada kalian rezeki yang luas dan halal, berharap taubatmu wahai pedagang yang terhormat. Sesungguhnya Nabi bersabda:


البيعان بالخيار مالم يتفرقا ، فإن صدقا وبينا بورك لهما في بيعهما ، وإن كذبا وكتما محقت بركة بيعهما
Penjual dan pembeli itu memiliki khiyar (pilihan) sepanjang keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menerangkan, maka diberkati bagi keduanya dalam jual belinya. Dan jika keduanya menyembunyikan dan berdusta, maka dihapus keberkahan jual belinya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sebenarnya musibah ini tersebar di banyak kalangan penjual emas, kecuali mereka yang dirahmati oleh Allah.”

“Tolong ambilkan kami jus,”kata pemilik toko kepada salah seorang pegawainya.

”Semoga Allah melindungimu. Kami sudah minum di tempat sebelah. Kita tidak lagi dapat meminum apa pun,”kata Syaikh, menampik dengan halus.

”Sabar ya Syaikh, permasalahan ini panjang. Kita harus minum sesuatu yang telah aku niatkan untukmu,”kata pemilik toko.

Karena si pemilik toko bersikeras, akhirnya Syaikh dan muridnya duduk sambil meminum jus. Keduanya kemudian berkenalan dengan pemilik toko itu.

“Bersamamu, saudaramu Salim,”kata si pemilik toko.

”Selamat datang saudara Salim, aku saudaramu Shalih dan Ammar,”kata Syaikh memperkenalkan diri.

”Selamat datang. Kalian telah membahagiakanku dan menasihatiku. Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan,”kata Salim.