Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Beribadahlah Kepada Tuhanmu..!!!

Beribadahlah Kepada Tuhanmu..!!!

بسم الله الرحمن الرحيم "يا أيها الناس اعبدوربكم


" Wahai manusia ! Beribadahlah kepada Tuhanmu " ( Al-Baqarah: 21 )
Jika engkau ingin memahami bagaimana ibadah merupakan perniagaan dan kebahagiaan yang agung, serta kefasikan dan kebodohan merupakan kerugian dan kebinasaan yang nyata, maka renungkan dan dengarkanlah kisah perumpamaan ringkas ini:


Di Suatu hari, dua orang prajurit menerima perintah untuk pergi ke sebuah kota yang jauh. Mereka berjalan bersama-sama hingga sampai persimpangan jalan yang mengharuskan mereka berpisah. Di sana mereka bertemu dengan seorang penunjuk jalan yang berkata pada mereka:

Jalan sebelah kanan ini, selain tidak berbahaya, sembilan dari sepuluh dari orang yang melewatinya senantiasa mendapatkan kelapangan dan keberuntungan besar. Adapun jalan sebelah kiri, di samping cukup berbahaya, sembilan dari sepuluh orang pelintasnya menemukan kerugian besar. "

Kedua jalan tersebut memiliki jarak yang sama, tapi di antara keduanya terdapat satu perbedaan. Yaitu, si penempuh jalan sebelah kiri ini yang tanpa peraturan dan hukum-melewatinya tanpa membawa ransel dan senjata sehingga secara lahirian ia merasakan beban yang ringan dan rasa nyaman yang menipu.

Sebaliknya si penempuh jalan sebelah kanan harus mengikuti peraturan ketentaraan. Dia harus membawa ransel yang dipenuhi bekal makanan seberat empat okka ( 5.1 kilogram ). Dia juga harus membawa senjata resmi yang mampu mengalahkan dan menumpas semua musuh, seberat dua okka ( 2.5 kilogram ). "

Setelah kedua orang tentara mendengar nasehat dari penunjuk jalan tersebut, tentara yang beruntung memilih jalan sebelah kanan. Dia memikul beban seberat satu bathman ( 7.5 kilogram ) di bahu dan punggungnya. Namun hatinya tenang dan jiwanya bebas dari segala beban perasaan dan ketakutan.

Adapun seorang lagi yang malang lebih rela meninggalkan disiplin ketentaraannya. Dia sama sekali tidak mau mengikuti peraturan. Maka dia memilih jalan sebelah kiri. Fisiknya selamat dari beban satu bathman ( 7.5 kilogram ). Tetapi hatinya tertindih beban ribuan kilo berupa rasa khawatir dan ketakutan yang tak terhingga. Sepanjang jalan dia meminta belas kasihan semua orang.

Dia berjalan penuh rasa cemas dan ketakutan menghadapi segala hal dan peristiwa. Akhirnya dia sampai juga ke tempat tujuan yang diperintahkan. Tapi di sana dia menerima hukuman karena telah melanggar disiplin ketentaraan.

Sedangkan tentara yang memilih jalan sebelah kanan, ia mengikuti peraturan keprajuritan dengan senang hati serta tetap menjaga ransel dan senjatanya. Melangkah dengan hati hati tenang dan jiwa lapang tanpa perlu merasa takut dan khawatir terhadap siapa pun. Pada akhirnya dia sampai ke kota tujuan dengan selamat. Di sana dia mendapat hadiah yang setimpal sebagaimana layaknya dengan baik. seorang prajurit yang telah menunaikan tugasnya dengan baik.

Demikianlah wahai nafsu yang durhaka ! Ketahuilah bahwa kedua tentara pengembara itu adalah dua jenis manusia. Seorang mentaati undang-undang Ilahi dan yang lain durhaka dan tunduk pada hawa nafsunya.

Jalan yang ditempuhnya adalah jalan kehidupan yang berawal dari alam arwah, lalu melintasi kubur guna menuju ke alam Akhirat. Ransel dan senjatanya berupa ibadah dan ketakwaan.

Meskipun ibadah tampak mengandung beban lahiriah, tetapi pada hakekatnya ia berisi kelapangan yang hebat tiada tara. Ini karena, orang yang beribadah, dalam shalatnya melafalkan ( أشهد أن لاإله إلاالله ) artinya adalah tidak ada Pencipta ( al-Khaliq ) dan Pemberi Rezeki ( ar-Razzaq ) selain Allah.

Manfaat dan mudarat berada di tangan-Nya. Allah tidak hanya Maha Bijaksana dan tidak berbuat sia-sia, malah Allah juga Maha Pengasih. Ihsan dan kasih sayang-Nya melimpah ruah. Karena berkeyakinan seperti itu, maka orang mukmin menemukan, pada segala sesuatu, pintu yang terbuka menuju khazanah rahmat Ilahi sehingga ia mengetuknya dengan doa.

Dia pun melihat segala sesuatu tunduk pada perintah Rabbnya, sehingga dia senantiasa bernaung pada Nya. Dengan bertawakal, dia bersandar dan berlindung kepada-Nya dalam membentengi diri Kalimat Kalimat Kecil dari setiap musibah. Keimanan telah memberinya Sa rasa aman yang sempurna.

Tentu, sebagaimana sumber keberanian adalah P keimanan dan pengabdian ( ' ibadah ), begitu pula d. sumber seluruh kebaikan hakiki. Sebaliknya, u sebagaimana sumber segala ketakutan adalah P. kesesatan, begitu pula sumber seluruh keburukan.

Ketahuilah, sesungguhnya seorang abid yang hatinya benar-benar bercahaya, seandainya bola Pe bumi ini menjadi bom lalu meledak sekalipun, hal itu tidak akan menggentarkan hatinya. Bahkan bisa Pe saja dari peristiwa itu dia akan menyaksikan Ka dengan penuh kekaguman dan ketakjuban m kekuasaan Allah yang Maha melindungi dan m menjadi sandaran seluruh makhluk.

Sebaliknya, seorang fasiq yang buta mata hatinya, meskipun ia filosof terkenal dengan dan pemikirannya yang hebat, apabila melihat sebuah meteor jatuh di angkasa, dia akan merasa takut dan cemas seraya bertanya-tanya: " Jangan-jangan ber bintang liar itu menghantam bumi kita. " Dia jatuh dalam prasangka. ( Amerika pernah ketakutan har dengan keberadaan meteor yang terlihat di langit, sehingga banyak penduduk meninggalkan rumah di saat malam ).

Sadarilah bahwa, meski kebutuhan manusia terhadap segala sesuatu tak terhingga, namun modal untuk mendapatkannya nyaris tidak dia punya. Walau manusia dihadapkan pada musibah dan bencana yang tiada akhir, kemampuannya untuk menghindarinya juga nyaris tidak berarti. Pasalnya, jangkauan dan upayanya hanya terbatas sejauh yang dapat digapai tangannya.

Sementara wilayah harapan, keinginan, cita-cita, kehendak dan hajat hidupnya, bahkan juga wilayah penderitaan dan musibahnya, teramat sangat luas sejauh mata memandang sejauh jangkauan penglihatan matanya, seluas khayalan hatinya.

Karena itu, setiap orang yang tak buta seluruh mata dan hatinya, pasti dia mampu melihat dan memahami bahwa ibadah, tawakal, tauhid dan penyerahan diri kepada Allah, merupakan suatu keuntungan, kebahagiaan dan nikmat yang terbesar bagi jiwa manusia yang demikian lemah, daif dan fakir hingga sampai pada batasan ini.

Sudah dimaklumi bahwa jalan yang tidak berbahaya tentu harus lebih dipilih ketimbang jalan yang berbahaya, meskipun kemungkinannya hanya sepersepuluh. Terlebih persoalan yang sedang kita bicarakan ini, yakni jalan ibadah, tidak ing hahaya apapun. Justeru kandungan kebahagiaan abadi yang ada padanya sembilan puluh persen.

Sebaliknya, jalan kefasikan dan kebodohan, seperti telah diakui oleh si fasik itu sendiri, tidak memberi manfaat sama sekali. Ia juga menjadi sebab datangnya penderitaan dan kesengsaraan abadi, diakui yang hingga sembilanpuluh persen pada tingkat kesepakatan dan kepastiannya di kalangan ahli ilmu khusus dan musyahadah yang tak terhitung jumlah mereka, juga merupakan kebenaran dan hakekat sesuai informasi dari kalangan ahli perasaan batin ( dzaug ) dan tatapan mata hati ( kasyaf ).

Dari sini dapat disimpulkan bahwa, sebagaimana akhirat, kebahagiaan dunia juga terletak pada ibadah dan menjadi prajurit Allah. Karena itu, hendaklah kita senantiasa mengucapkan:

” الحمد لله على الطاعة والتوفيق "

" Segala puji bagi Allah atas limpahan ketaatan dan taufik-Nya.
Dan kita wajib bersyukur kepada Allah selamanya karena kita menjadi muslim.

Dari tulisan Baidiuzzaman Said Nursi Dalam Risalah An-Nuur