Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Agar Menjadi Orang Terbaik

Agar Menjadi Orang Terbaik

بسم الله الرحمن الرحيم
إن الله مع الذين اتقوا والذين هم محسنون 


Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yar bertakwa dan orang-orang yang memperbaiki amalannya. " ( An-Nahl: 128 )


Jika engkau ingin mengetahui betapa mendirika shalat dan menjauhi dosa besar merupakan tugas manusia yang hakiki serta betapa ia merupakan hasil fitri yang cocok bagi penciptaannya, maka dengar dan renungkan cerita perumpamaan pendek berikut ini:

Saat pengerahan umum menuju medan peperangan, terdapat dua orang prajurit yangg ditugaskan bersama-sama dalam satu pasuka. Yang seorang terlatih dan suka menjalankan tugas sementara yang lain tak berpengalaman dan cenderung bertindak menuruti hawa nafsunya Tentara yang suka menjalankan tugas itu menumpukan kegiatan hariannya pada latihan dan urusan perjuangan.

Dia tidak memikirkan sama sekali nafkah hidup dan persoalan makanannya. Karena dia sadar bahwa yang memberinya makanan, peralatan, perawatan jika sakit, bahkan penyuapan makanan ke mulutnya jika diperlukan, semuanya termasuk tanggungjawab negara.

Sedangkan tugas utamanya hanya berlatih dan berjuang. Meskipun demikian, dia turut melakukan sebagian pekerjaan yang lain seperti menyediakan perbekalan dan peralatan. Dia juga memasak, mencuci dan membersihkan perabot makan. Jika ditanya, " Apa yang kamu kerjakan ? " dia menjawab, " Saya menjalankan tugas negara. " Dia tidak akan berkata, " Saya bekerja untuk mencari nafkah hidup saya. " Adapun prajurit lainnya, yang tak terlatih dan hanya memikirkan perutnya, tidak memperhatikan pelatihan militer dan urusan perang.

Dia menyatakan, " Mengapa harus saya ? Itu kan tugas negara ! " Bahkan sebaliknya dia senantiasa memikirkan urusan nafkah hidupnya hidupnya dan menumpuk harta. Dia tinggalkan pasukan dan pergi ke pasar untuk berjualan. Suatu hari, kawannya yang terlatih itu mengingatkan dia: " Saudara, tugas utamamu berlatih dan berperang. Untuk itulah kamu didatangkan ke sini.

Mengenai urusan serahkan pada penguasa negara. Dia tidak aka membiarkanmu kelaparan, karena hal itu sudah merupakan tugas dan kewajibannya. Lagi pul kamu tidak berdaya dan fakir, Kamu tidak mungkin memenuhi kebutuhanmu di setia tempat. Apalagi sekarang masa berjuang dan berperang. Jika tidak kamu lakukan, mereka aka menganggapmu membangkang sehingga menghukummu. " " Ya, terpampang dua tugas di hadapan kita. Pertama, tugas penguasa, yaitu memberi kita makan.

Sewaktu-waktu kita dapat memberikan pelayanan kepadanya sesuai dengan peranan kita. Yang kedua adalah tugas kita, yaitu berlatih dan berperang. Dan penguasa sesuai dengan perannya akan memberi kita sejumlah fasilitas kemudahan. " Perhatikan, betapa bahayanya keadaan prajurit yang indisipliner itu sekiranya dia tidak mendengar nasehat pejuang yang terlatih tersebut. Engkau akan memahami itu.

Wahai jiwa pemalas: Sesungguhnya medan peran yang bergejolak itu adalah kehidupan dunia yan tidak menentu ini. Pasukan yang terbagi ke sejumlah batalion itu adalah perkumpulan manusia. Batalion itu sendiri adalah jamaah Islam kurun ini.

Adapun kedua prajurit tersebut, yang memahami dan pertama adalah orang muslim bertakwa yang mengamalkan kewajiban kewajiban agamanya. Dia berjuang melawan nafsu dan setan demi menghindari dosa besar dan tidak melakukan dosa kecil.

Sementara prajurit yang lain adalah orang fasiq yang merugi. Dia hanyut dalam mencari nafkah kehidupan sehingga menyalahkan Tuhan Pemberi Rezeki Sebenarnya ( ar-Razzaq al Haqiqi ). Karena itu, ia juga meninggalkan kewajiban agama dan melakukan banyak dosa yang didapatinya selama berusaha mencari sesuap rezeki.

Adapun perintah-perintah dan latihan-latihan, itulah ibadah, dengan shalat sebagai utamanya. Sedangkan peperangan, itulah perjuangan melawan hawa nafsu dan godaan setan yang berbentuk manusia maupun jin, guna menyelamatkan kalbu dan jiwa dari perbuatan dosa, akhlak hina dan kebinasaan abadi. Sementara kedua tugas itu adalah:

Yang pertama, memberikan kehidupan dan makanan ;

yang kedua, beribadah dan memohon kepada Sang Pemberi kehidupan dan rezeki, serta bertawakal, bergantung diri sepenuhnya pada-Nya, dan meyakini-Nya.

Ya, sesungguhnya Dzat yang telah memberi dan menciptakan kehidupan terindah sebagai kreasi paling kokoh menakjubkan dan hikmah rabbani luar biasa, tak lain adalah Dia satu-satunya yang akan melindungi dan mencukupkan kehidupannya dengan rezeki dari-Nya.

Tiada siapa pun selain Dia. Apakah engkau masih perlu bukti ? Perhatikanlah binatang yang paling lemah dan bodoh seperti ulat-ulat dalam buah, juga ikan-ikan di lautan. Mereka diberi Allah makanan dalam keadaan yang paling baik.

Makhluk yang paling lemah dan sensitif seperti anak-anak hewan memakan rezeki yang paling baik. Ya, jika engkau ingin memahami bahwa mendapat rezeki yang halal itu bukan dengan kekuatan dan ikhtiar, bahkan sebaliknya dengan kelemahan dan ketidak-berdayaan, maka bandingkanlah antara ikan dan musang, antara hewan-hewan kecil dan binatang buas, atau antara pepohonan dengan binatang.

Artinya, mereka yang meninggalkan shalat karena alasan sibuk mencari nafkah kehidupan, sama saja seperti prajurit yang meninggalkan pelatihan dan kubunya kemudian meminta-minta medan n di pasar.

Namun, upaya mencari rezeki di tengah dapur Rahmat Tuhan Pemberi Rezeki Yang Maha Mulia agar sesorang tidak menjadi beban bagi orang lain-- setelah menegakkan shalat, itu merupakan usaha yang indah.

Bahkan itu merupakan sikap kesatria dan kejantanan, sekaligus usaha itu sendiri adalah ibadah. Selanjutnya, fitrah manusia serta perangkat maknawi yang dimilikinya menunjukkan bahwa dia diciptakan untuk beribadah.

Sebab, dari segi kerja dan kemampuan yang dibutuhkan untuk memenuhi kehidupannya, kondisi manusia bahkan jauh di bawah burung ( pipit ). Akan tetapi dengan ilmunya, serta dengan ketaatan dan kepapaannya, dilihat dari sisi ibadah dan kepatuhan yang diperlukan bagi kehidupan maknawi dan ukhrawinya, manusia merupakan pemimpin dan panglima bagi seluruh makhluk.

Maka dari itu, wahai jiwa ! Jika engkau menjadikan kehidupan dunia sebagai tujuan dan mengerahkan seluruh upayamu untuk itu, maka engkau tak ubahnya seperti burung yang paling hina Sebaliknya, jika engkau menjadikan kehidupan ukhrawi sebagai tujuan, sementara kehidupan duniawi ini hanya engkau jadikan sebagai ladang dan sarana mencapainya, lalu engkau berupaya untuk itu, maka seketika engkau ibarat panglima tertinggi bagi semua makhluk, sekaligus menjadi hamba yang tunduk dan patuh, juga tamu mulia dan terhormat di sisi Allah S.w.t di dunia ini. ora di

Di hadapanmu kini terbentang dua jalan, pilihlah yang kau suka ! Memohonlah hidayah dan petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Penyayang.

Kutipan Dari Tulisan Badiuzzaman Said Nursi dalam Risalah An-Nuur