Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Shalat Itu Lebih Baik dari Tidur

Shalat Itu Lebih Baik dari Tidur

KEBANYAKAN orang, seperti yang kau lihat di dunia ini, tenggelam dalam tidur. Mereka terlihat makan, minum, tertawa dan bersenang senang, namun kenyataannya mereka berada di kasur kelalaian. Dan di sana, ada kebangkitan lain yang tidak sama dengan bangun dari tidur, yaitu kebangkitan hati atau tersadamya hati yang setelahnya tidak akan pemah tidur untuk selamanya. Andaikata kebanyakan orang yang kau lihat hatinya ' bangun ', demi Allah pasti mereka akan serius menapak jalan hidup mereka, akan semangat mencari dan menuntut kepentingan mereka. Lihat saja, tidak pernah anda lihat seorang alim kecuali dia senantiasa semangat, selalu melakukan penelitian dan banyak membaca.


Tidak pernah anda lihat seorang ahli ibadah kecuali dia senantiasa ruku ', bertasbih, bertahmid. Tidak pernah anda lihat seorang pekerja kecuali dia senantiasa tenggelam dalam kerjanya, mati-matian melakukan tugasya. Namun disayangkan yang demikian itu terlalu sangat sedikit ! Sangat sedikit !! Betapa banyak orang yang semangat untuk mencari penghidupannya dan bersungguh sungguh berusaha demi memenuhi kebutuhan perutnya, namun mereka gagal memberikan hak-hak ruh dan jiwanya yang wajib mereka penuhi.

Ruh kita demikian lapar untuk mendapatkan bekal ruhani dan maknawi. Dia akan senantiasa berjalan di atas manhaj yang hak dan rabbani, sambil berseru. " Maka sempurnakanlah sukatan untuk kami, dan bershadaqahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bershadaqah. " ( Yusuf : 88 ) Mushaf Al-Qur'an terjejer di rak, sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam disimpan di dalam laci, hati larut dalam kehidupan dan usaha duniawi.

Dihadirkan pada kita risalah yang segar namun adakah yang mendekapnya ?
Ditundukkan pada kita tangkai-tangkai hikmah, namun adakah pemetik buahnya yang ranum ?

Jika anda seorang muslim, maka bacalah apa yang telah ditulis orang, Matahari tenggelam meninggalkan anda, namun anda tidak menyempatkan diri merenungi ayat-ayat Allah, tidak juga mentadabburi sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Lalu apa yang pantas dikatakan untuk orang yang kerjanya hanya demikian ?
Tafsir apa yang bisa kita lakukan untuk seseorang yang memiliki sifat demikian ?

Seorang yang lalai terbius tak lagi memiliki rasa, kecuali sekadar tahu bahwa dirinya masih terikat oleh hidup ini. Kerja keras untuk memenuhi kebutuhan perut, keberanian hanya demi mendapatkan sekerat roti, dirham dan rumah, andaikata semua daya upaya dan kerja keras ini dipergunakan untuk memperoleh bekal akhirat, pasti akan banyak dari mereka yang memperoleh tempat-tempat terhormat di surga, laksana bintang yang bercahaya, atau seperti mutiara dimana banyak manusia melihat padanya. Selamat wahai orang-orang yang gigih dan berani !!



Sumber:

Buku "Hadaa'iq Dzatu Bahjah" yang di tulis oleh 'Aidh Abdullah Al-Qarni