Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Setiap Umat Ada Kiblatnya Tersendiri

Setiap Umat Ada Kiblatnya Tersendiri

Dan Bagi Setiap Umat Ada Kiblatnya (Sendiri) yang Ia Menghadap Kepadanya. " (Al-Baqarah ayat yang ke-148)

Dari keumuman ayat ini bisa dipahami perbedaan potensi yang ada pada manusia, kapabilitas dan spesifikasi mereka. Setiap orang memiliki kiblat, yakni kecenderungannya sendiri. Dengannya dia berkreasi, berkarya, berkembang dan berproduksi setelah semuanya terkumpul pada kaidah kebaikan, keadilan dan kebenaran. Sampai-sampai para Rasul Allah memiliki sisi-sisi yang membedakan antara satu dengan lainnya dalam beberapa dimensi. Nabi Dawud Alaihissalam misalnya dikenal sebagai ahli ibadah. Nabi Sulaiman Alaihissalam dikenal dengan pemahaman yang tajam. Nabi Ayyub Alaihissalam dengan kesabarannya yang tiada tanding, Nabi Isa Alaihissalam dengan kezuhudannya dan Nabi Musa Alaihissalam dengan keberaniannya.

Para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga memiliki perbedaan dalam bakat dan potensi. Dan semuanya berkreasi sesuai dengan apa yang dikaruniakan padanya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

" Sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur " (Al A'raf: 144)

Ubay bin Ka'ab Radhiyallahu Anhu adalah maha gurunya para gari Al-Qur'an Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu Anhu adalah pakar halal dan haram Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu adalah hakim yang paling bijak. Zaid bin Tsabit Radhiyallahu Anhu adalah pakar faraidh atau ilmu tentang warisan. Sementara Hassan dikenal sebagai penyair paling brilian Allah Ta'ala berfirman:

" Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya masing-masing). " (Al-Baqarah: 60)

Tidak akan pernah terlahir orang besar dan tidak akan bersinar orang-orang yang mulia hingga mempelajari dirinya sendiri, mengetahui potensi dan mendalami spesifikasinya. Sebab dengan demikian, dia akan mendapatkan kenikmatan dalam pengorbanannya, merasakan keseriusan dalam pemberiannya, dan akan bersemangat dalam jiwanya.

SibawaIh pernah mempelajari hadits, lalu dia cenderung pada nahwu (gramatika bahasa Arab). Lewat nahwulah, kemudian dia datang dengan sebuah kejutan dan keajaiban Dia mengarang buku dalam nahwu yang menjadi rujukan bagi orang-orang yang bertanya. Andaikata dia tetap bersikeras mempelajari hadits pastilah dia akan menjadi seperti ratusan orang yang belajar hadits yang tidak pernah muncul ke permukaan. Al-Khalil bin Ahmad mahir dalam bahasa dan dia mengerahkan segala upayanya untuk mendalami ilmu bahasa. Dia kerahkan seluruh waktunya untuk mempelajari seluk beluk bahasa, sehingga dapat menghadirkan maha karya agung dan indah.

Al-Ashmu'i, potensinya ada dalam periwayatan sastera dan mencari serta mengumpulkan berita, sehingga jadilah dia bintang di bidangnya. Aj-Jahizh dikenal brilian dalam bidang tulis menulis sastera dan merangkai kata, maka jadilah dia mutiara zamannya yang tidak ada tandingannya Imam Asy-Syafi'i menumpahkan seluruh perhatiannya pada maksud maksud syariah dan rahasia rahasianya, maka jadilah dia sebagai imam dalam ilmunya, dan menjadi buah kata dalam bidangnya.

Al-Bukhari menenggelamkan diri dalam ilmu hadits siang dan malam, maka dia pun meninggalkan warisan ilmu hadits yang penuh berkah dan mulia. Dan masih banyak lagi sosok-sosok cemerlang yang memiliki nilai-nilai utama dalam kebaikan dan mereka berlomba mengejar kesempurnaan.

Dengan demikian, seseorang tidak akan pernah sukses hingga dia mampu meningkatkan potensi yang dimilikinya, mengerjakan aktivitas yang sesuai dengan dirinya berusaha sesuai dengan kecenderungannya. Adapun jika seseorang menyimpangkan jiwa, memiringkan diri dari potensinya, dijamin dia tidak akan mendatangkan apa-apa.

Anda inginkan seorang faqih menjadi seorang sasterawan, anda inginkan seorang sejarawan menjadi seorang ahli hadits, seorang dokter menjadi seorang insinyur, seorang yang jago berkhutbah anda inginkan menjadi seorang tukang jahit. Sungguh tak mungkin !!

" Meletakkan parfum di tempat di sarung pedang
Sama bahayanya dengan menyimpan pedang di tempat parfum. "


Lihatlah pada pekerjaan yang sesuai dengan anda, sebab Allah telah membukakan celah untuk anda di sana. Tekunilah, bergiatlah, dan seriuslah dalam melakukannya Kerahkan segala potensi yang ada untuk mencapainya. Sebab di sinilah bagian dan nasibmu. Namun hendaklah semua itu dibarengi dengan keimanan kepada Tuhanmu dan ketakwaaan kepada-Nya. Jika anda merasa bahwa jiwa anda telah jenuh dan bosan dalam suatu perbuatan atau ilmu tertentu dan anda berpaling darinya, maka pekerjaan anda tidak akan pernah mendatangkan pengaruh apa pun, dan tidak akan ada kreasi yang menonjol.

Memang anda bisa melakukan ilmu atau pekerjaan itu, namun sebatas bisa dan tidak memiliki kelebihan apa-apa. Jika anda mau berbeda dengan yang lainnya dan menonjol serta berpengaruh, hal itu tidak akan terjadi kecuali jika anda melakukan sesuatu yang memang menjadi kecenderungan anda dan anda merasa enjoy melakukannya. Sebab anda menuangkan semua waktu anda, mengorbankan tidur anda, mencurahkan air mata dan mengucurkan darah anda untuk pekerjaan itu. Dari sinilah muncul inovasi dan kreasi. Kala itulah muncul kecemerlangan, dan muncul kemajuan serta akan ada kemuliaan.

Sesungguhnya kekuatan Ahmad bin Hanbal ada dalam sunnah, kecemerlangan Abu Hanifah ada dalam fikih potensi Ibnu Khaldun ada dalam sejarah, kemampuan Al-Mutanabbi adalah syair, kekuatan Ibnul Jauzi ada dalam pemberian nasehat. Mahasuci Sang Khalik tatkala Dia berfirman:

" Dan bagi setiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang la menghadap kepadanya, (Al-Baqarah: 148)


Sumber:
Buku "Hadaa'iq Dzatu Bahjah" yang di tulis oleh 'Aidh Abdullah Al-Qarni