Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hal-hal Yang Harus diperhatikan Dalam Menuntut Ilmu

Hal-hal Yang Harus diperhatikan Dalam Menuntut Ilmu

DALAM menuntut ilmu itu ada cara dan adab yang aku himpun dalam kaidah-kaidah berikut:


1. Semangat untuk menuntut ilmu, akan menjadikan yang sulit mudah, menjadikan siksa nikmat, jiwa akan memancar laksana api yang berkobar dan berlalu laksana awan.

2. Senantiasa menyibukkan diri dengannya siang malam, baik diam-diam atau secara terang-terangan dan selalu bersabahat dengannya.

3. Mengulang-ulang dan mempelajarinya pagi dan petang. Membahasnya dengan para ahli ilmu baik yang tua maupun yang muda. Bertanya pada mereka untuk lebih memperdalam.

4. Selalu melihat kualitas dan bukan kwantitas. Memulainya dengan yang paling penting lalu yang penting. Mempelajari dengan sebaik-baiknya hingga tamat. Memiliki disiplin ilmu yang paling berfaedah dan paling umum.

5. Mempelajari yang panjang-panjang karena banyak faedah dan manfaat, memuaskan otak dengan bahasan panjang dan mengokohkan ilmu dengan cara mengulang-ulanginya.

6. Menjauhi matan-matan (teks) yang terlalu ringkas laksana teka-teki. Sebab dia hanya melelahkan otak dan pikiran dan menyia nyiakan waktu.

7. Memilih disiplin ilmu yang disukai jiwa. Sebab dia akan merasuk ke kedalamannya. Dengan kecenderungan itu, ketidakjelasan akan menjadi sima. Pemahaman akan semakin mendalam karena seringnya belajar.

8. Tidak tenggelam dalam sarana-sarana dengan mengabaikan tujuan dan maksud. Jangan sekali-kali berpaling dari ilmu walaupun hambatannya besar. Hendaknya senantiasa mengingat keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah, dan bahwa orang yang menuntut ilmu itu sama dengan mujahid.

9. Perbanyaklah membaca istighfar, agar awan-awan mencurahkan air laksana hujan yang deras. Dan setiap kali melakukan dosa, maka segeralah, segeralah bertaubat.

10. Keyakian bahwa sesungguhnya ilmu itu adalah kekayaan paling berharga, teman duduk paling mulia, dan teman berjalan paling manis. Dia adalah pedang jika terjadi perang, dan dia adalah simpanan saat kantong kempis.

11. Keindahan ilmu itu adalah memberikan perlindungan dan buahnya adalah mantapnya agama. Mahkotanya adalah amanah, dan mengamalkannya adalah seagung-agung bantuan. Sementara maksiat akan tunduk dan luluh di hadapannya.

12. Ilmu tidak akan kokoh mengakar kecuali dengan diajarkan, dan tidak akan mengendap dan meresap kecuali dengan pemahaman, tidak akan bermanfaat kecuali dengan pelurusan terus menerus. Barangsiapa yang tidak mengagungkannya, maka dia tidak akan mendapat penghargaan.

13. Maksud dari ilmu adalah untuk taat kepada Sang Maha Rahman. Penyakitnya adalah lupa. Kegetirannya, iri para teman dan kegelapannya adalah kebohongan dan kedustaan.

14. Buku-buku orang-orang terdahulu lebih bermanfaat, dan buku-buku yang bahasanya gampang akan lebih menancap dalam pemahaman. Karya-karya para imam lebih inovatif, tulisan-tulisan mengenai syariah lebih indah, lebih tinggi dan lebih konprehensif.

15. Buku-buku filsafat jelimet, orang yang pintar tentangnya tidak bisa memberi manfat. Filsafat tidak memberi manfaat pada orang-orang bodoh. Dia ditulis oleh orang-orang yang mengada-ada. Semuanya asing dan jauh dari wahyu.

16. Ambillah dari tafsir, kitab yang menerangkan makna dan maksud ayat, memperjelas kalimat-kalimat yang sulit dan menunjukkan isyarat yang terdapat di dalamnya.

17. Wajib bagi anda untuk mempelajari hadits Sang Mushtafa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, sebab dia akan mengantarkan anda pada keselamatan. Dia menjadi tujuan orang-orang yang memenuhi janji, menjadi impian orang-orang yang bersih suci. Di dalamnya ada obat, ada kesenangan dan kesembuhan jiwa.

18. Buku fikih yang paling baik adalah buku fikih yang dikuatkan dengan dalil, jauh dari perkataan omong kosong, selamat dari pendapat yang terlalu berat dan ditulis dengan kalimat-kalimat yang indah.

19. Kebanyakan buku Ushul Fikih penuh dengan sesuatu yang membosankan dan menjenuhkan. Untuk itu, ambillah buku A'lam Al- Muwaqgi'in, Al-Muwafaqaat dan Ar-Risalah, karena pembahasannya meski mendalam namun gampang, jelas dan lengkap.

20. Para penuntut ilmu itu akan menemukan demikian banyak disiplin ilmu. Dan ilmu hadits memiliki ujian kepedihannya sendiri. Jika seseorang yang menuntutnya tidak memiliki pengertian kecuali pengertian umum dari kandungan isinya, maka akan tercela tatkala ditanya mengenai disiplin ilmu yang lain, lalu ia mengatakan, "Usirlah dan janganlah kalian berbicara mengenainya!"

21. Jika seorang penuntut ilmu telah merasa pantas untuk menulis, maka hendaknya ia berhati-hati dalam tulisannya, dengan memilih lafazh yang lembut dan makna yang mulia. Jangan terlalu mengambang. antara banyak dan sedikit.

22. Perbanyaklah berteman dengan kitab. Janganlah makanan dan minuman menyibukkannya, tidak juga keluarga dan sahabat-sahabat. Dengan itu, dia akan memetik buah ilmu yang indah dan lezat. Jangan lupa, infakkanlah sebagian harta untuk membeli kitab.

23. Jangan tenggelam dalam mendalami sebuah disiplin ilmu yang yang tidak memberi banyak manfaat, seperti seseorang yang menghabiskan umurnya untuk mendalami ilmu Nahwu yang berat, atau limu Anudh- nya Al-Khalil, atau syair yang kotor, atau kisah-kisah yang tidak memiliki sumber dan dasar.

24. Ketahuilah bahwa keunggulan itu ada pada akal yang sehat, hafalan nan indah, lisan yang fasih. Pemahaman tanpa hafalan laksana wajah yang terluka, hafalan tanpa pemahaman laksana orang yang pincang Sedangkan hafalan dan pemahaman tanpa fashahah, laksana jasad yang dilempar.



Sumber:

Buku "Hadaa'iq Dzatu Bahjah" yang di tulis oleh 'Aidh Abdullah Al-Qarni