Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nilai setiap seorang Pada Perbuatan Baiknya

Nilai setiap seorang Pada Perbuatan Baiknya

KALIMAT ini dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib : Nilai setiap seorang itu adalah perbuatan baiknya. Dagingnya tidak ada nilainya. Tidak darah dan tidak juga pakaiannya. Di sana ada mutiara lain dan makna kedua yang dengannya nilai itu ditimbang dan sesuatu itu diukur.

Sesungguhnya nilai manusia itu adalah perbuatan baiknya, inovasinya dan keunggulannya. Nilainya ada pada ilmunya, pada kedermawanannya, pada kelembutan sikapnya, pada imannya. Nilainya ada dalam jihadnya, dalam sopan santunnya, dalam kemuliannya, dan lain sebagainya dari sifat dan gelar yang baik-baik.

Lalu kenapa manusia tidak mau menambah nilainya ?

Kenapa dia tidak mempermahal harga dirinya ?

Sehingga dia bisa meningkatkan daya upayanya untuk mendapatkan tambahan. Wajib bagi seseorang yang berilmu untuk memahatkan ilmunya dalam tulisan, bercengkrama dengan karya-karya besar, berkompetisi dengan para ulama, senantiasa berada di depan buku tulis, tenggelam dalam kedalaman kalimat.

Seorang ahli ibadah senantiasa harus menjaga waktu dan kesempatannya, senantiasa mempergunakan detik-detiknya, untuk selalu berbakti.

Seorang profesional senantiasa harus mempelajari rahasia-rahasia profesinya, selalu melihat ruang-ruangnya menelitikan masalah masalahnya. Dengan terus bergulimya malam dan siang, dia harus memberikan kontribusi, tambahan pengetahuan dan keuntungan.

Sesungguhnya kehidupan ini tidak pernah mengakui orang-orang yang hanya diam di tempat-tempat mereka, yang berkubang ditangsi-tangsi mereka. Kehidupan ini terus naik, naik dan naik. Menanjak dan menanjak hingga bisa menuaikan risalahnya, menjawab pertanyaan Sang Pencipta, memenuhi maksud penciptaan pertama dan tuntutan Sang Maha Haq,

"Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja tanpa petanggungan jawaban ) ?" (Al-Qiyamah: 36).

Lihatlah pada semesta yang saling berbenturan, apakah dia sama dengan orang yang pasif dan menganggur yang berselimutkan kebodohannya, rela dengan kondisi yang tak berubah, tenggelam dalam kelalaiannya ? Tidak !! Tidak !!




Sumber:

Buku "Hadaa'iq Dzatu Bahjah" yang di tulis oleh 'Aidh Abdullah Al-Qarni