Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Lalat dan Sang Raja

kisah lalat

SEORANG ulama pemberi nasehat masuk menemui seorang raja. Tatkala orang-orang sudah berkumpul tiba-tiba ada seekor lalat terbang berputar-putar di hidung sang raja, hingga ia merasa sangat terganggu. Raja itu berkata kepada sang pemberi nasehat dengan tujuan untuk mempermalukannya,

" Wahai fulan, kenapa Allah menciptakan lalat ? "

Orang alim itu pun menjawab: " Untuk merendahkan hidung-hidung orang durjana !! "

Lalat-lalat tidak akan pernah hinggap kecuali di atas luka. Dan, manusia yang suka mencari-cari kesalahan dan menguntit ketergelinciran orang lain, akan senantiasa gembira dengan kesalahannya, dan bangga dengan ketergelincirannya, sebagaimana firman Allah:

" Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. " ( Ali Imran : 120 ).

Dengan lalat yang lemah dan kotor itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala menantang manusia dengan penciptaannya. Dia berfirman:

" Sesungguh nya segala sesuatu yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk mencipta kannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah ( pulalah ) yang disembah " ( Al - Hajj : 73 ) .

Berdasarkan ayat ini , siapa pun yang tidak mampu menciptakan seekor lalat , atau mengembalikan apa yang telah dirampas olehnya , tidak berhak untuk petantang petinting menantang Allah dengan menggunakan selendang uluhiyyah , atau memakai pakaian rububiyah . Bahkan dia seharusnya mau menempelkan hidungnya di atas debu , sujud pada Sang Maha Raja Diraja Hendaknya dia mengetahui kadar kemampuannya , mengakui kelemah annya , selalu merunduk di depan Khaliknya . Inilah posisi hamba yang sebaiknya yang cocok untuk dia lakukan.

Mahasuci Allah Sang Mahakuasa atas semua hamba - Nya . Yang tidak ditanya apa yang Dia lakukan sedangkan mereka akan ditanya .




Sumber:

Buku "Hadaa'iq Dzatu Bahjah" yang di tulis oleh 'Aidh Abdullah Al-Qarni