Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cukuplah Allah menjadi Penolong

Cukuplah Allah menjadi Penolong

Inilah kaidah-kaidah syariah yang berlaku, yang mengingatkan kaum mukminin dengan Tuhan mereka. Jika mereka ditimpa musibah, dan mereka didera kepedihan hidup, mereka mengerti bahwa apa yang terjadi itu telah Allah tuliskan sebelumnya. Karenanya, tidak ada sikap lain kecuali menyerah kepada takdir dan sesungguhnya pilihan itu ada di tangan Allah.

Tak ada pilihan apa pun bagi mereka kecuali mereka sangat yakin dengan pilihan Allah. Mereka sangat yakin bahwa kemudahan akan datang setelah kesulitan. Mereka sesungguhnya berada di pintu gerbang tunggu. Mereka tahu bahwa sebaik-baik solusi untuk menghadapi ujian berat itu adalah sabar. Mereka berobat dengan beribadah pada-Nya, dan mereka yakin bahwa Allah akan memenuhi permintaan orang yang berdoa, Tangan- tangan mereka terangkat tinggi pada-Nya, Allah cukup bagi mereka tanpa yang lain.

Mereka bertawakal sepenuhnya kepada Allah. Solusi dari musibah itu adalah baik sangka yang tidak terkalahkan oleh keputusaasaan. Percaya sepenuhnya yang tidak tergoyahkan oleh kekhawatiran. Kesabaran tidak terhancurkan oleh guncangan apa pun. Optimisme yang tidak yang bisa terdistorsi oleh pesimisme. Sebuah bentuk penyerahan total yang tidak dirasuki oleh penentangan. Musibah itu menjadi demikian kecil tatkala ingat akan pahalanya, dan membayangkan akibatnya, menunggu hilangnya, dan menantikan gantinya. Dan berkaca pada orang-orang yang mendapat musibah, dan ini adalah hiburan dengan apa yang tersisa dari agama, dan kenikmatan karena ia berasal dari Tuhan semesta alam.

Musibah itu adalah palu yang menumbuk 'Fir'aun' jiwa, pedang yang membunuh 'Namrud' kesombongan, api yang membakar kayu bakar syahwat, agar dengan gejolaknya 'Abu Lahab' keujuban mati. Ujian itu adalah binatang buas. Dia tidak akan pernah memakan bangkai. Dia adalah mahkota yang tidak pernah dipakai oleh para pelayan. Dia adalah pedang yang tidak pernah dijinjing pada pengecut. Dia adalah mimbar yang tidak pemah dinaiki oleh orang-orang lemah dan lembek.

Orang yang paling berhak untuk mendapatkan kemenangan adalah yang banyak menderita dan orang yang paling akan merasa aman adalah orang yang merasa ringan menghadapi tantangan-tantangan. Dan orang yang berhak memperoleh derajat tinggi dan kedudukan terhormat adalah orang yang pemah menelan kesulitan.

Orang yang akan diterima adalah orang yang sabar mengetuk pintu. Segala sesuatu membutuhkan ongkos, dan ongkos mutiara adalah kesulitan menyelam dan tenggelam ke dasar laut. Segala sesuatu memiliki nilai, dan nilai kemenangan itu adalah menerima luka dan perang dalam kehidupan. Dan untuk setiap yang dicinta itu membutuhkan pajak, sedangkan pajak kesuksesan itu adalah air mata hangat, darah yang mengalir, pelupuk mata yang kurang tidur, tubuh lemah, dan hati yang perih.

Ujian itu umurnya lebih pendek daripada nikmat, pahalanya lebih besar dari afiat, pengalamannya jauh lebih agung dari kehidupan itu sendiri, manfaatnya jauh lebih agung dari sehat. Dalam ujian ada pelajaran, ada peringatan dan kesadaran. Dan bersama catatan, ada pujian dan sejarah.




Sumber:

Kuitipan dari Buku "Hadaa'iq Dzatu Bahjah" yang di tulis oleh 'Aidh Abdullah Al-Qarni