Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Arti Penting Dari Kehidupan

Arti Penting Dari Kehidupan

‘AIDH ABDULLAH AL-QARNI mengunjungi desa bernama Maz'al di distrik Quway'iyah, hingga sampai di desa Dhuha. Di desa tersebut, ‘Aidh Abdullah Al-Qarni dapatkan orang-orang sibuk dengan pekerjaannya. Mereka tenggelam dengan tugasnya masing masing. Ada yang sibuk dengan usaha mereka, ada juga yang sibuk dengan pertanian mereka. Lalu ‘Aidh Abdullah Al-Qarni memasuki masjid di desa itu-yang terbuat dari tanah dengan maksud menemui seorang ahli ibadah. Usianya sudah sangat tua. ‘Aidh Abdullah Al-Qarni dapatkan dia sedang duduk menghadap kiblat sambil membuka Al-Qur'an dan membacanya.

Dia sepertinya sedang memisahkan diri dari dunia, sedang tidak berminat dengan semua perhiasaannya, tak peduli dengan manusia yang mencintainya, dan berpaling dari semua berita-berita tentangnya. Dia sedang berkonsentrasi penuh dengan akhirat. Dia tidak ingin mendengarkan kabar-kabar manusia, tidak juga ocehan dan peristiwa-peristiwa yang menimpa mereka. Lalu ‘Aidh Abdullah Al-Qarni pun mengucapkan salam, lantas duduk. Saat itu, sepertinya ‘Aidh Abdullah Al-Qarni datang dari dunia, sedangkan dia berada di akhirat. Kemudian ‘Aidh Abdullah Al-Qarni pun duduk-duduk dan berbincang dengannya.

Perbincangan itu, meskipun hanya beberapa saat, namun cukup memberi arti kepada ‘Aidh Abdullah Al-Qarni tentang nilai kehidupan ini, tentang harta, kedudukan dan keindahannya !! Dari pertemuan itu, ‘Aidh Abdullah Al-Qarni menyimpulkan bahwa makna kehidupan adalah persiapan untuk sebuah perjalanan panjang, sebuah kesiagaan untuk sebuah kepindahan ke alam akhirat, sebuah perjalanan cepat untuk sebuah perkara dan menjauhkan diri dari semua kejahatan perjalanan, menjaga waktu, selamat dari dosa, berpikir tentang akhir.

Kemudian ‘Aidh Abdullah Al-Qarni kembali ke Riyadh. Yang ‘Aidh Abdullah Al-Qarni dapatkan di sana istana istana megah, rumah-rumah yang indah Manusia saling berkompetisi dalam suasana panas untuk mengumpulkan harta benda, semua saling menjegal untuk mendapatkan reruntuhan dunia. Mereka sibuk mengejar kelezatan-kelezatan dunia, tenggelam dalam main-main, senda gurau, tipu daya, kesombongan, berbangga diri, riya, membusungkan dada, membuang waktu terpencar-pencarnya persoalan, fenomena tipu menipu.

Kematian nampaknya tidak pernah ada dalam pikiran mereka. Juga Akhirat, tidak masuk pasaran mereka. Tidak ada yang memburunya-kecuali orang yang dirahmati Allah Bahkan banyak di antara mereka yang melakukan sihir Harut dan Marut. Di sisi lain, kekosongan waktu telah melupakan sebagian mereka untuk bekerja atau mencari harta, dan berlomba untuk sekedar mengumpulkan reruntuhan dunia tanpa memiliki rasa takut kepada Allah, hati mereka telah keras, mereka bersemedi di kuburan dan memperbanyak dosa. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:


قل بفضل الله وبرحمته فبذلك فليفرحوا هو خير مما يجمعون » [ یونس : 58 ]
" Katakanlah, " Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. " ( Yunus : 58 )

Perasaan-perasaan telah mandul, simpati tak lagi muncul, pemikiran menjadi minim, orang yang tidur tak lagi merasa, yang lalai tak sadar, orang-orang yang tenggelam dalam mabuknya kenikmatan dunia tak lagi mengerti.

"Cukuplah kesedihan bagi kami
Kala tak ada lagi hidup yang membuat kami bahagia
Tak ada amal saleh yang membuat Allah ridha"


Sumber:

Buku "Hadaa'iq Dzatu Bahjah" yang di tulis oleh 'Aidh Abdullah Al-Qarni