Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bahasa Arab Sebagai Bahasa Ilmu Pengetahuan

Bahasa Arab Sebagai Bahasa Ilmu Pengetahuan

Ada ungkapan yang menyebutkan "Ketika ilmu pengetahuan berbahasa Arab, maka ilmuwan pun berbahasa Arab". itulah keunggulan bahasa Arab pada saat jayanya peradaban Islam karena para ilmuawan sangat bangga menggunakan bahasa Arab Sebagai bahasa ilmiah yang mendunia pada saat itu.
Bahasa Arab klasik selalu mengiringi pergerakan kebangkitan ilmiah dan tumbuh serta berkembang secara bersamaan dengan penyebaran Islam di seluruh penjuru dunia. Al-Qur'an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab sebagai komunikasinya. Untuk memuliakan dan meninggikannya di atas bahasa yang lain. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah, "Kami menjadikan Al-Qur 'an dalam bahasa Arab agar kamu mengerti." (Az-Zukhruf: 3)

Dalam pemerintahan Bani Abbasiyah terdapat sekelompok pakar bahasa yang sangat menguasai bahasa Arab dan juga bahasa daerah mereka. Karena itu, maka memudahkan mereka menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penduduk bumi dan menyebarkan prinsip-prinsip dan ajaran agama suci ini kepada seluruh bangsa dengan Keragaman bahasa mereka. 

Musa bin Sayyar Al-Aswari -misalnya- dianggap sebagai keajabaian dunia karena popularitas dan kesenangannya dalam berkomunikasi dengan bahasa Arab dan bahasa Persia; dimana orang-orang Arab terbiasa duduk di sebelah kanan sedangkannya orang-orang Persia duduk di sebelah kirinya seraya membaca Al-Qur'an lalu menjelaskannya dengan menggunakan bahasa Arab kepada masyarakat Arab dan kemudian menjelaskannya dengan menggunakan bahasa Persia hingga tidak ada lagi dari kedua bahasa itu yang menjadi unggulan dalam penguasaannya.

Tidak berapa lama negara-negara dan daerah yang berhasil ditaklukkan oleh kaumMuslimin. Maka bangsa tersebut meninggalkan bahasa daerah masing-masing dan menggantikannya dengan menggunakan bahasa Arab dengan baik sebagai bahasa komunikasi kesehariannya. Bahasa Arab kemudian menjelma sebagai bahasa internasional berkat keutamaan Al-Qur'an yang menjamin keterjagaan, dan kemurnian bahasanya. Dan juga menjaga pengertian - pengertian yang terkandung di dalam ayat-ayat Al-Qur’an tersebut. Konsekwensi logis dari semua itu adalah bahwasanya bahasa Arab mampu membuka kunci-kunci rahasia warisan budaya yang ditinggalkan orang-orang zaman dahulu dan menjaganya. Kaum intelektual muslim dari kalangan bekas sahaya lebih senang menuliskan buku-buku karya mereka dengan menggunakan bahasa Arab tersebut. 

Bahkan ada seorang ulama besar dan pakar bahasa yaitu Abu Ar-Raihan Al-Bairuni. Beliau adalah seorang Ulama dan ahli dalam menguasai beberapa bahasa asing. Beliau juga menulis sebagian besar karya tulisnya yang menyimpulkan lebih dari seratus buku dengan menggunakan bahasa Arab yang fasih. Dalam hal ini, Al-Bairuni berkata, "Sesungguhnya sindiran dengan menggunakan bahasa Arab lebih aku suka dibandingkan pujian dengan bahasa Persia." 

Sebagian orang menyebut bahwa bukunya At-Tafhim li Awa'il Shina'ah At-Tanjim, memiliki gaya bahasa yang lembut dan halus, serta bersih dari pembengkokan struktur bahasa. Sehinga para pembaca mendapatkan dua kekayaan sekaligus: Sastra dan ilmiah. Di samping itu, pembacanya juga dapat merasakan dua kenyamanan sekaligus, yaitu kenyamanan dengan gaya ilmiahnya dan kenyamanan atau kecerdasan materi ilmiah.

Sebagian juga memuji gaya bahasa Al-Khawarizmi dalam Al-Jabr wa Al-Muqabalah dan mereka menyebutnya sebagai gaya bahasa yang menarik, dan kaya dengan nilai ilmiah, dan mudah dipahami, yang tumbuh dari sastra dan pengendalian yang tinggi dan teliti. Berbagai studi analisis dan penelitian terhadap bahasa ilmiah bahwa perjalanan ilmiah ilmiah dalam sejarah bahasa Arab berhutang budi kepada upaya keras Hunain bin Ishaq, Abu Bakar Ar-Razi, Abu Abdullah Al-Khawarizmi, Maha Guru Ibnu Sina, dan para cendekiawan lainnya. 

Semua itu berkat berbagai karya ilmiah yang berhasil mereka persembahkan dengan menggunakan bahasa Arab sebagai media komunikasinya dan mendobrak ilmu-ilmu antropologi ketika itu dengan berbagai Keragaman sumbernya, mulai dari India hingga Suryani, Yunani, dan Persia.

Di samping itu, bahasa Arab memiliki keistimewaan tertentu bagi orang-orang asing yang mentranspormasikan ilmu-ilmu Arab dan menerjemahkannya. Mereka menyatakan kemudahan dalam mempelajari dan berkomunikasi dengannya, serta membaca karya tulis tokoh-tokoh intelektualnya.

Roger Bacon, yang dianggap sebagai tokoh terkemuka di antara mereka yang mempelajari ilmu-ilmu Arab dan mentransformasikannya kepada generasi muda Eropa, merasa heran terhadap orang yang belajar filsafat bahkan tidak memahami bahasa Arab. Di samping itu, ia juga mengakui bahwa buku-buku Arab-Islam merupakan sumber dan referensi utama bagi ilmu pada masanya dan memonopoli atau mendominasi karya-karya tulis ilmiah sebagai bahasa internasional. Karena itu, hampir tidak ada buku yang diterbitkan kecuali dengan menggunakan bahasa Arab.

 la juga mengakui bahwa karya-karya tulis Aristoteles tidak dapat dijangkau dan tidak diterima dengan gegap gempita di Barat hingga dijelaskan oleh buku-buku yang ditulis Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, dan Al-Kindi, serta yang lainnya. Pengaruh bahasa Arab juga berdampak pada bahasa lain, dimana kamus bahasa Inggris Webster -misalnya- memiliki ratusan kata dan berbagai istilah yang dikutip dari bahasa Arab. Bagi pembaca yang mengetahui pengaruh bahasa Arab dan bahasa lainnya, maka dapat menelusuri petilasan di Spanyol, Portugal, Prancis, bahasa-bahasa germainic asli seperti Belanda dan Skotlandia di Eropa Utara, Rusia, Polandia, bahasa Ash -Shaqaliyyah, dan Italia.

Di samping itu, penemuan para arkeolog di Eropa Utara menemukan percetakan mata uang Arab-Islam bekas peninggalan para saudagar muslim yang pernah singgah di daerah tersebut. Hingga periode setelah penerjemahan ilmu-ilmu Arab ke dalam bahasa Latin, sebagian ilmuwan Barat masih mengajarkan bahasa Arab untuk mempelajari berbagai buku referensi utamanya yang berbahasa Arab. Mereka tidak hanya mempelajarinya dengan bahasa Latin setelah penerjemahannya. Prof.G.A. Russel adalah seorang yang berasal dari Institute Welcome, Fakultas Sejarah dan Kedokteran di London, dalam buku Mu'jam Li Tarikh Al-Ulum, 1981 M mencatat petunjuk-petunjuk penting tentang esksistensi ilmu Arab Islam. 

Kemudian ia berkata, "Bahasa Arab ketika itu merupakan perangkat utama dalam aktifitas ilmiah ini secara keseluruhan, ketika bahasa Arab menjadi bahasa Al-Qur'an, maka ia memiliki posisi tersendiri dalam Islam. Di samping pada dasarnya bahasa Arab itu sendiri memiliki peran vital; fleksibilitasnya yang luar biasa memungkinkan para penerjemah menampilkan kosakata-kosakata yang cermat dan akurat bagi beberapa istilah ilmiah dan teknik, ataupun inovasinya. Beginilah bahasa syair, menjadi ilmu pengetahuan dan peradaban internasional."

Pernyataan Russel berkaitan dengan universalitas bahasa ilmu mengarah pada pandangan kita pada keutamaan bahasa Arab. Pernyataan ini dipertegas para sejarah ilmu pengetahuan dan peneliti, pakar tetapi banyak diabaikan orang. Beginilah realitanya, hingga benarlah sebuah ungkapan yang menyatakan, "Ketika ilmu pengetahuan berbahasa Arab, maka ilmuwan pun berbahasa Arab.

" Sungguh tepatlah orang yang menyatakan demikian, yang sekarang menyadari keunggulan ilmiah berkat bahasa Arab; Bahasa yang memberikan pengaruh universal terhadap peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi kontemporer."

Sumber:
Buku Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia oleh Ahmad Fuad Basya