Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kontribusi Islam Dalam Penerjemahan dan klasifikasi ilmu pengetahuan

Kontribusi Islam Dalam Penerjemahan dan klasifikasi ilmu pengetahuan

Perhatian umat Islam dalam periode pertama -terutama periode Dinasti Bani Umayyah- hanya terbatas pada ilmu-ilmu agama dan bahasa, yang dikenal dengan Al-Ulum An-Naqliyyah (ilmu-ilmu naqli) untuk membedakannya dengan ilmu-ilmu logika yang fokus perhatian dan aktifitas pemikiran umat Islam pada masa Bani Abbasiyah setelah urusan pemerintahan stabil, peperangan dan berbagai penaklukan berkurang, kekayaan melimpah, aktivitas perdagangan ramai, banyak pelajar yang menuntut ilmu, dan mulai interaksi budaya dengan bangsa-bangsa yang memiliki peradaban klasik.

Sehingga merupakan suatu kewajaran jika terjadi gerakan ilmiah pada masa Islam dengan mentransformasi ilmu-ilmu pengetahuan bangsa-bangsa terdahulu. Karena itu, para ilmuwan pada masa tersebut bersemangat dalam menerjemahkan buku-buku. Terutama buku-buku yang dikarangan bangsa Yunani, Suryani, Mesir, Persia, India, dan lainnya. Ketelitian, kecermatan, dan tanggung jawab ilmiah dalam penerjemahan bertumpu pada kompetensi penerjemah dalam memahami dan menguasai penerjemahan dari bahasa Arab dan profesionalitas mereka memahami bahasa asing yang mereka terjemahkan. 

Di antara yang populer dalam penerjemahan ini adalah Keluarga Masir Jawaih yang beragama Yahudi, keluarga Bouktichua, keluarga Hunain bin Ishaq yang beragama Kristen, dan keluarga Tsabit bin Qurrah yang beragama Ash-Shabi'ah (kaum Saba).

Di antara buku-buku klasik yang paling banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan pengaruh signifikan pada para Ilmuwan Arab- muslim adalah Ushul Al-Handasah, karya Euclides (Euklides), Almajest (Al-Kitab Al-Mijisti, yang berarti Buku Besar), karya Ptolemeus, As-Shindu Hanta atau As-Sind Hind, dan beberapa buku Galinus dan Abucirath dalam bidang kedokteran dan anatomi, serta beberapa manuskrip Aristoteles dalam bidang filsafat dan metafisika. 

Para ilmuwan dan peneliti sangat bersyukur ketika menerima buku-buku terjemahan. Mereka sangat suka cita dan muka yang berseri-seri. Mereka mendalami semua materi yang terkandung di dalamnya. Setelah itu mereka mulai menyeleksi, menertibkan ilmu-ilmu dan pembahasannya, menjelaskan, dan komentarnya, serta membuang materi-materi yang tidak dapat dijangkau oleh akal dan pemikiran mereka. Di samping dari pada itu, mereka juga menambahkan beberapa pengalaman dan pengetahuan mereka di dalamnya.

Di sana terdapat jumlah orang yang mencela penerjemahan bangsa Arab terhadap ilmu-ilmu pengetahuan para ilmuwan klasik dan penting berbagai kontribusi yang mereka tambahkan pada ilmu-ilmu tersebut. Untuk menjawab tuduhan mereka, maka para peneliti perlu menghadirkan penelitian sejarah peradaban-peradaban pada berbagai masa yang berbeda; pada abad kebangkitan bangsa Eropa Modern yang dimulai dari menghidupkan kembali warisan budayanya dan warisan budaya bangsa-bangsa maju yang berinteraksi dengannya. Dan itu adalah jalan yang sama, yang dicapai semua bangsa di dunia yang terus mengumpulkan sejarah ilmu pengetahuan, meneliti, dan menyeleksi warisan budaya bangsa-bangsa terdahulu.

Bukanlah kebijakan yang baik jika di suatu tempat terdapatnya pengetahuan ilmiah, akan tetapi penduduknya tidak akan memanfaatkannya dan bahkan menjauhkan diri darinya. Di samping itu, memperluas dan penerjemahan juga pengalaman untuk menjaga warisan budaya umat manusia. Kalaulah warisan budaya ini tidak ditransformasikan ke dalam bahasa Arab pada masa kejayaan Islam, maka tentulah hilang sama sekali atau manusia akan mengalami kemunduran selama beberapa abad lamanya. Adapun Berbagai macam kontribusi yang ditambahkan para ilmuwan dan Islam memang sangat terbatas jika dibandingkan dengan standar pengetahuan di peradaban Eropa Modern hingga sekarang.

Pernyataan ini benar dan wajar. Akan tetapi kontribusi dan persembahan bangsa Arab dan Islam ini dengan gerakan penerjemahan, penentuan, dan ilmu pengetahuan pada masa-masa kejayaan Islam merupakan kebangkitan besar dalam standar kontemporer pada saat itu dan merupakan sarana yang mempermudah ilmu pengetahuan dibandingkan dengan semua bangsa dan negara-negara di sekitarnya.

Ketika pengaruh dan wilayah kekuasaan negara Islam semakin meningkat karena berbagai penaklukan yang dilancarkan hingga terjadilah hubungan interaksi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa yang mengalami berbagai peradaban yang beragam di sepanjang sejarahnya, maka interaksi tersebut memicu munculnya peradaban Islam yang maju; dimana puncak kejayaannya tercapai pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah terlebih dahulu dan kemudian dilanjutkan masa Dinasti Umayyah di Andalusia.

Gerakan ilmiah pun berubah dari yang sifatnya penerjemahan dan pemahaman atau pendalaman terhadap ilmu-ilmu pengetahuan klasik menjadi penulisan ilmiah, inovasi, melakukan berbagai penelitian dan uji coba, menganalisis hasil-hasil dan hukum-hukum atau rumusan- rumusannya berdasarkan metode eksperimen ilmiah, yang menjadikan ilmu dan teknologi modern dan kontemporer berhutang budi padanya. Sangat sulit membatasi hasil-hasil ilmiah yang melinpah, yang membedakan periode emas peradaban Islam dengan yang lain. 

Di samping itu, juga merupakan objektivitas para ilmuwan pada masa ini untuk melakukan intervensi terhadap terjemahan-terjemahan, kontribusi, ataupun tulisan-tulisan mereka meskipun secara global. Sehingga memungkinkan mereka yang ingin mendapatkan informasi lebih mendetail dapat merujuk pada buku-buku terjemahan mereka yang memenuhi perpustakaan- perpustakaan Arab; Dimana para dokter bisa mendapatkan buku-buku terjemahan yang menjadi referensi mereka, para sastrawan dan pakar bahasa mendapatkan kamus-kamus yang mereka pesan, dan para ulama dan ahli fikih mendapatkan madzhab-madzhab dan biografi mereka.

Di samping klasifikasi ini, di sana juga terdapat klasifikasi lain yang berkaitan dengan periode, seperti Ad-Durar Al-Kaminah fi A'yan Al-Mi ah Ats-Tsaminah, Ad-Dhau' Al-Lami' fi A'yan Al- Qarn At-Tasi', Al- Kawakib As-Sa irah fi Tarajum Ulama Al-Mi ah Al-Asyirah, Khulashah Al-Atsar fi Tarajum Ulama Al-Qarn Al-Hadia Asyar, Salak Ad-Durar fi A'yan Al-Qarn At-Tsani Asyar, dan beberapa karya tulis lainnya.

Di sana juga terdapat buku-buku lainnya yang menampilkan petunjuk- petunjuk ilmiah dan sangat berguna dari para ulama pada masa tersebut, seperti Wafayat Al-A'yan, karya: Ibnu Khakan, Ikhbar Al-Hukama", karya: Al-Qafathi, Uyun Al-Anba, karya: Ibnu Abi Ushaiba'ah, dan Al-Fahrasat, karya: Ibnu An-Nadim, dan lainnya.

Para orientalis mengakui bahwa sejumlah buku intelektual muslim terbilang luar biasa dan mengagumkan dengan jumlah yang banyak dan teliti dengan berbagai materi yang mereka kumpulkan, dan bahwasanya para ilmuwan Barat pada abad pertengahan tidak memiliki karya yang dapat disandingkan atau diperbandingan dengan hasil-hasil ilmu pengetahuan ilmuwan yang hidup sezaman pada periode kebangkitan Islam. 

Terdapat di berbagai perpustakaan dunia dan menjadi tumpuan atau pedoman utama universitas berbagal di Eropa hingga beberapa tahun lalu. Merupakan bukti kongkrit tentang arti penting warisan ilmiah peradaban Ialam dan kontribusi serta pengaruhnya dalam merumuskan prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan modern. Yang dengan itusemuanya dengan kegigihanmerekalah yang kita petik buahnya seperti sekarang ini. Ilmu tersebut pada masa sekarang menjadi tumpuhan harapan masa depan mereka (bangsa Eropa) dengan membangun kebahagiaan, kemakmuran, dan kesejahteraan.

Di antara buku-buku dan artikel ilmiah yang dipersembahkan untuk para Ilmuwan dalam peradaban Islamadalah Al-Hawi, karya: Abu Bakar Ar-Razi, Al-Qanun, karya: Ibnu Sina, Syarh Tasyrih Al-Qanun, karya: Ibnu An-Nafis, Az -Zij Ash-Shabiyy, karya: Al-Battani, Al-Jami' li Shifat Asytat An-Nabat, karya: Al-ldrisi, AI-Jabr ua Al-Muqabalah, karya: Al-Khawarizmi, Al-Qamun Al-Mas' udi, karya: Al-Bairuni, Al-Ifadah wa Al-l'tibar, karya: Al-Baghdadi, Kitab An-Nabat, karya: Dinwari, dan lainnya yang sangat banyak.

Kami akan mengemukakan dan membahas beberapa karya tulis ini dengan lebih mendetail dalam beberapa pasal berikutnya dan menjelaskan metode penulisan ilmiah dan penelitian yang dilakukan para ilmuwan Arab-Muslim.

Adapun klasifikasi bersama transliterasi dan penulisan, maka merupakan fondasi utama pembangunan teori ilmu keislaman; dimana dengan teori tersebut para ilmuwan dan filosof dalam peradaban Islam melakukan berbagai studi dan penelitian yang benar-benar mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru sesuai dengan metode ilmiah yang benar untuk menghasilkan hukum-hukum dan rumusan yang benar dan dipercaya dengan mempertimbangkan realita ilmu pengetahuan yang tumbuh dan berkembang berkembang. 

Di sana muncul berbagai buku berkaitan dengan klasifikasi ilmu pengetahuan dalam warisan budaya Islam, sehingga aktivitas mereka sejak dini ini berimplikasi pada universalitas pemikiran ilmiah demi mengetahui batasan ilmu pengetahuan yang beragam dan keterkaitannya antara satu dengan yang lain dan sebagai ungkapan tentang arah-arah pikiran baru yang dilalui ilmu-ilmu pengetahuan dalam realita yang terus berubah dan berevolusi; mengambil sebagian dari akademi Yunani dan akademi Alexandria dari satu sisi dan dari India, Persia, dan juga lainnya di sisi yang lain. Kesemua akademi dan pergerakan pemikiran tersebut melebur dalam sebuah pergerakan ilmiah yang realita Islam dan yang dicanangkannya.

Dari inilah kenyataan, dapat dikatakan bahwa tiga serangkai ini; transliterasi, penulisan, dan klasifikasi ilmu pengetahuan, menjadi salah satu sisi penting teori ilmu pengetahuan umat Islam secara umum. Ketiganya merupakan perangkat utama pembangunannya kerjasama yang saling membangun antar peradaban. Hal ini berarti, kebudayaan manusia memiliki berbagai sumber daya yang beragam antara Timur dan Barat, saling mendukung dan memperkuat antara yang satu dengan yang lain tanpa ada dinding pemisah yang menghambat hubungan interaksi tersebut dari satu sisi. Dari sisi yang lain, masing-masing budaya dapat menjaga identitas dan karakternya, dan peradaban masing-masing dapat mempertahankan karakter dan sendi-sendi yang membedakannya dengan yang lain.


Sumber:
Buku Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia oleh Ahmad Fuad Basya