Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Komunitas Ilmiah Di Masa Keemasan Peradaban

Komunitas Ilmiah Di Masa Keemasan Peradaban

Zaman peradaban peradaban Islam memiliki keistimewaan dengan banyak khalifah dan pemimpin pemerintahan yang mendukung dan mencanangkan ilmiah, dengan menciptakan situasi dan kondisi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi para ilmuwannya. Karena itu, mereka membangun berbagai lembaga pendidikan, perpustakaan, pusat-pusat kajian ilmu pengetahuan, dan melakukan pencarian terhadap buku-buku dan berbagai manuskrip ilmiah serta mendapatkan dari berbagai sumber. Dalam penelitian ilmiah dan penulisan buku, mereka adalah orang yang paling rakus dan berlomba-lomba dalam memuliakan ilmu pengetahuan. Di sampin dari pada itu juga ilmu pengetahuan ilmiah tersebut juga menarik perhatian para ulama Islam.

Di samping itu, kemakmuran hidup ketika itu memerintah Islam sangat mendukung para penguasa dan pemimpin negara serta hartawan untuk membelanjakan benda mereka dengan senang hati; baik karena kecintaan mereka terhadap ilmu pengetahuan ataupun untuk forum-forum pertemuan mereka dengan para ilmuwan. Misalnya, khalifah Al-Makmun memberikan hadiah kepada Hunain bin Ishaq berupa emas seberat buku-buku yang berhasil ia terjemahkan, dan bahwasanya Sultan Mas'ud Al-Ghaznawi mengirimkan tiga ekor unta lengkap dengan barang bawaannya dan perak sebagai kompensasi atas Al-Qanun Al- Mas 'udi. Akan tetapi Ulama dan cendikiawan yang bernama Al-Bairuni ini enggan menerima hadiah-hadiah tersebut. beliau memiliki keyakinannya bahwa umat islam itu mengabdi dan menggapai ilmu pengetahuan yang tinggi dan bukan menjadi hamba harta.

Di antara faktor-faktor yang memdukung tercapainya kebangkitan ilmiah pada masa kejayaan peradaban Islam, maka kita dapat mengembangkan perpustakaan perpustakaan besar yang bermunculan pada masa Bani Abbasiyah. Para khalifah dan walikota berlomba-lomba untuk membangun perpustakaan. mereka juga berlomba-lomba untuk melengkapi perpustakaan mereka dengan semua karya tulis yang berhasil dipersembahkan para ilmuwan. baik dalam bidang keagamaan secara khusus maupun dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan secara umum. Kita dapat mengenali dalam sejarah islam banyak sekali peninggalan Perpustakaan di dunia Islam. 

Seperti perpustakaan Al-Aziz Billah Al-Fathimi di Cairo yang memiliki koleksi buku sebanyak satu juta enam ratus jilid lengkap dengan daftar koleksinya. Begitu juga dengan perpustakaan Darul Hikmah yang ada dikota di Cairo. Perpustakaan ini memiliki koleksi sebanyak seratus ribu jilid buku dalam berbagai bidang ilmu. Enam ribu buku di antaranya adalah berupa manuskrip dalam bidang ilmu eksakta yaitu matematika dan juga dalambidang ilmu astronomi. Hal yang sama juga terjadi di perpustakaan Darul Kutub di cordova. Perpuskaan ini memiliki koleksi buku sebanyak empat ratus ribu jilid. dimana daftar yang memuat bukunya saja mencapai empat puluh empat jilid buku, sungguh merupakan suatu hal yang sangat luar biasa pada zaman tersebut.

Ash-Shahib bin Abbad adalah salah seorang ulama dan cendikiawan yang hebat. Beliau merupakan seorang yang memiliki perpustakaan pribadi yang besar. Koleksi Bukunya juga sangat banyak. Sehingga Sultan tertarik dengan perpustakaan pribadinya. Maka Sang Sultan memintanya untuk memintanya sebagai untuk menjadi salah satu menterinya, maka Beliaupun tidak mau menerima permintaan tersebut dan meminta maaf. itu dibebabkan beliau sangat sibuk terutama beliau harus menjaga dan merawat buku-buku ilmiah yang tidak mampu dibawa oleh empat ratus unta pada saat itu. Daftar bukunya saja mencapai sepuluh jilid.

Kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan rindu terhadap buku-bukunya tidaklah terbatas pada para khalifah dan walikotanya atau bahkan terbatas pada segelintir ilmuwan saja, melainkan juga menjadi hobi masyarakatnya dengan Keragaman jenis mereka.

Salah seorang orientalis menyebutkan bahwa perpustakaan pribadi masyarakat Arab pada masa keemasan islam sangat luar biasa. Perpustakaan yang berukuran sedang saja pada abad kesepuluh Masehi itu memiliki koleksi buku lebih besar apabila dibandingkan koleksi buku perpustakaan-perpustakaan Barat secara keseluruhannya.

Situasi dan kondisi ini tentunya berbanding terbalik dengan kondisi bangsa Eropa pada abad pertengahan, yang membuktikan sejauh mana ketertinggalannya dengan dunia Arab-Islam. Hal tersebut dipertegas dengan pernyataan para pakar sejarah tentang sikap dan gaya hidup mereka yang tenggelam dalam kegelapanya kesialan, sihir, dan mistis.


Berbagai perpustakaan besar tersebar di seluruh negara Islam. Semusa masjid raya dilengkapi dengan sebuah perpustakaan besar, yang menjadi referensi dan tujuan utama para pelamar ilmu dari segala penjuru negeri. Para ulama dan pelajar dari perpustakaan-perpustakaan ini sering mengadakan pertemuan untuk memperdebatkan berbagai isu dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan.

Kita dapat melihat dan merasakan sejauh mana penderitaan yang mereka hadapi dalam membangun dan membangun perpustakaan- perpustakaan sebesar ini pada suatu masa yang belum mengenal percetakan dan distribusi. Yang ada di sana hanyalah para penulis, orang-orang yang menyalin dan pembaca. Kaum hartawan meminta kepada para penyalin untuk mengkopi buku-buku yang mereka keherndaki. Sedangkan kaum fakir hanya memanfaatkan untuk diri mereka sendiri. Bahkan seorang ulama besar dan cendikiawan pada masa tersebut yang bernama Al-Hasan bin Al-Haitsam mengandalkan sumber penghidupannya dan mata pencahariannya sebagai seorang penulis. Kerjanya adalah melakukan penyalinan buku-buku ilmiah pada saat itu dan kemudian menjualnya. Begitulah pekerjaannnya sepanjang hidupnya dalammencari nafkah.

Para ilmuwan menikmati perlindungan dan kebebasan dalam komunitas masyarakat muslim tanpa terpengaruh oleh konflik politik dan sektarian. Keamanan merupakan yang dirasakan para ulama dalam beraktivitas salah satu fenomena terpenting dalam pergerakan ilmiah pada masa kejayaan peradaban Islam. Pada suatu Ketika seorang ulama besar yaitu Al-Hasan bin Al-Haitsam bermigrasi dari tempat tinggalnya di Al-Bashrah di bawah pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Beliau menuju kedaerah kerajaan pesaingnya yaitu yang dipimpin Al-Hakim Biamrillah yang berasal dari Dinasti Al-Fathimiyah, maka Beliau juga mendapatkan penghormatan dan perlindungan dari kedua pemerintahan tersebut. Meskipun kedua pemerintahan itu terjadi konflik politik dan sektarian. akan tetapi mereka memberikan kebebasan dan perlindungan kepada Ulama dalam berkarya.

Di samping itu, para ilmuwan, Yahudi, dan Saba serta lainnya juga mendapatkan penghormatan dari para pemimpin dan masyarakat di mana dan kapan saja mereka berada.

Sangatlah wajar pada masa kejayaan islam memberikan situasi serta kondisi yang sangat kondusif untuk dunia ilmiah, dan juga menjadi lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan moderen pada saat itu. perdaban islam tersebut menambah kerinduan kita terhadapnya. karena pada masa itu menjadi masa yang subur bagi banyak para penuntut ilmu.

Para penuntut ilmu berkelana ke daerah-daerah Arab-Islam yang memiliki peradaban maju demi mendalami ilmu pengetahuan. Ketika mereka bermalam di suatu wilayah asing, maka mereka pun mendapatkan tempat berlindung, makanan, dan ilmu pengetahuan, yang dapat mereka peroleh secara gratis dari para ilmuwan dan ulama terkemuka.

Masjid Raya Al-Azhar di kota Cairo, Masjid Raya Al-Manshur di Baghdad, dan Masjid Raya Al-Qairawan di Maroko, serta Masjid Raya Cordova di Andalusia merupakan salah satu dari beberapa masjid raya yang menjadi tujuan para pelajar dan kaum intelektual dari berbagai penjuru negeri jauh. Dalam lingkungan ilmiah yang luar biasa muncullah ratusan ilmuwan yang mampu menggoreskan nama-nama mereka untuk cakrawala peradaban Islam dengan tinta emas.

Jika negara-negara maju sekarang ini membanggakan eksistensinya karena telah mencapai kejayaan peradabannya karena para ilmuwan yang mampu menjelaskan tentang anatomi atom dan biji-bijian, penjelajahan transportasi dan informasi, menjelajahi ruang angkasa dengan harapan dapat membangun peradaban di planet-planet lainnya sebagaimana yang mereka bangun di permukaan planet bumi; jika ilmuwan yang berperadaban sekarang ini bersenandung gembira karena kemampuan mereka menguasai dan mengendalikan fenomena-fenomena alam serta mendalami hukum-hukum alam, maka pengelola ini tidak serta menjadikan kita menutup mata atas keterbelakangan mereka dalam bidang etika dan menjauh dari nilai dan prinsip- prinsip yang dianggap sebagai sendi-sendi utama bagi kebangkitan peradaban.

Nilai-nilai yang ada pada masa sekarang tercermin dalam para ulama dan ilmuwan Arab-Muslim, di mana mereka mengemban tugas dan bertanggung jawab untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban pada masa kebangkitan peradaban Islam. Agar nilai-nilai idealisme yang kita tempatkan di depan mata kita dan keteladanan yang baik yang kita upayakan untuk mengemukakan gambaran singkat tentang tanda-tanda ilmu pengetahuan dan menikmati nilai-nilai peradaban pada masa kejayaan peradaban Islam. Hal itu kita lakukan agar generasi kita dapat memanfaatkannya demi kemajuan mereka. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Dan katakanlah, "Wahai Tuhanku, tambahkanlah ilmuku”.