Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Tokoh Besar dari Turki

Kisah Tokoh Besar dari Turki
Tidak diragukan lagi seperti Tokoh Besar dari turki seperti Badiuzzaman Said Al-Nursi, baik dalam kesalihan maupun dalam keilmuan. Cukuplah gelar Mujaddid (pembaharu) dan Badiuzzaman (keajaiban zaman) yang disematkan umat untuknya menunjukkan kelasnya. Tetapi yg lebih berharga dari itu semua adalah keikhlasan dan ketulusan ubudiyahnya kepada Allah.

Sebagai seorang yg kuat dan pemberani, ia siap mengorbankan kesenangan dunianya direnggut demi membela umat Islam yg pada saat itu di tengah kemerosotan, sementara Barat tengah bangkit. Hidupnya banyak ia habiskan dari satu penjara ke penjara lain, karena pergerakan dan pemikirannya sangat ditakuti oleh imperialis. Kekuatannya terbukti, dengan betapa sering ia lolos dari percobaan pembunuhan berencana dan berapa kali ia mengonsumsi makanan yang telah dibubuhkan racun.

Setelah menghadapi hidup dengan berpindah dari satu penjara ke penjara lain, Al-Nursi memutuskan dirinya untuk mulai menyepi. Selama 30 tahun lamannya tidak berintraksi dengan siapapun kecuali Allah dan beberapa murid terbaik. Segala keperluannya ia selesaikan sendiri. Ia tidak menerima pemberian dari siapapun baik itu sedekah ataupun hadiah. Lahirlah karya-karya besarnya, kitab tafsir melebihi 6000 halaman, Risālah al-Nūr, Al-Lama'āt, Al-Kalimāt dan karya² berharga lainnya.

Di atas pembaringan pada akhir hayat, datang seorang muridnya membawa sebuah naskah. Naskah tersebut setelah ia lihat ternyata berisi biografi tentang dirinya yang ditulis sangat bagus tentang perjalanan hidupnya. Sang murid berharap itu akan menjadi hadiah kejutan yg akan membuat senang gurunya di ujung usia. Mengetahui hal itu, ia malah murka dan merobek-robek naskah tersebut. "Apakah kalian ingin menjadikanku berhala yg dipuji-puji oleh orang!? Aku tidak ingin kalian sebagai muridku memperkenalkanku. Perkenalkanlah tentang Allah, agama-Nya dan pemikiran-pemikiran tentang keesaan-Nya. Agar Dia lah satu-satunya yang disembah."

Memang fokus al-Nursi adalah menyampaikan risalah Tauhid dan menyalakan apinya. Bagaimana agar Allah lah tuhan satu-satunya yang disembah dan diagungkan.

Pernah suatu ketika, seorang murid melihat Al-Nursi tengah duduk merenung. Ia tenggelam dalam kekhusyuan. Matanya ia pejamkan dan tetiba menangis. Setelah selesai dengan perenungannya, sang murid bertanya: "Apa yang kau pikirkan dalam perenunganmu tadi sampai kau menangis, Ustadz?"

"Dalam perenungan tadi, aku memikirkan ummat ini. Dan terjadi sebuah koneksi antaraku dengan tuhanku. Lalu aku bermunajat memohon dengan hatiku kepada-Nya 'Ya Allah, jika kau berkehendak, masukkanlah aku ke dalam neraka dan kekalkan aku di dalamnya. Sebagai tebusan, agar semua hamba-Mu yang lain menyembah dan mengagungkan-Mu semata sehingga mereka semua masuk surga."