Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Meriwayatkan Hadits Dha’if Dengan Bentuk Yang Tegas, bolehkah..??

Meriwayatkan Hadits Dha’if Dengan Bentuk Yang Tegas, bolehkah..??

Adapun sebagian orang dalam persoalan yang berhubungan dengan hadits lemah tidak mengindahkan syarat yang telah ditetapkan oleh para ulama. Yaitu tentang syarat yang harus dipenuhi dalam rangka meriwayatkan hadits lemah tentang anjuran, peringatan, penghambaan dan lainnya. Sayangnya syarat-syarat tersebut tidak dapat dipenuhi secara ilmiyah. Mayoritas orang yang sering menggunakan hadits- hadits zuhud dan penghambaan tidak membedakan antara hadits lemah dan hadits yang sangat lemah. Mereka tidak meneliti apakah hadits tersebut berpangkal pada poko syari’at yang telah ditetapkan keenarannya oleh al-Qur’an ataupun hadits yang shahih. Bahkan mereka terlalu condong kepada hadits- hadits yang isinya menakjubkan. Walaupun hadits tersebut munkar atau padanya ada tanda-tanda kepalsuan.

Dalam hal ini para ulama mengemukakan satu peringatan penting dalam meriwayatkan hadits lemah tidak boleh dikatakan: “Rasulullah bersabda”, dengan bentuk yang pasti. Ibnu Shalah dalam buku beliau ‘Uluumul Hadits mengatakan: “jika anda hendak meriwayatkan hadits lemah tanpa isnad, maka janganlah anda mengatakan: “Rasulullah bersabda” demikian dan demikian atau dengan bahasa yang serupa yang menunjukkepada kepastian sesuatu yang datangnya dari Rasulullah. Yang harus anda katakan adalah bahwa telah diriwayatkan dari Rasulullah demikian dan demikian. Atau dengan kalimat “telah sampai kepada kami dari padanya demikian dan demikian, atau keluar dari padanya, telah datang berita dari paddanya, sebagian orang meriwayatkan, dan kalimat lainnya yang senada dengan itu.

Demikian pua ketika menentukan hadits yang diragukan keshahihan dan kelemahannya. Ada harus katakan: “Rasulullah bersabda”, yaitu apabila tampak keshahihannya dengan jalan sanad yang bersambung kepada Rasulullah”.

Apa yang dikatakan oleh Ibnu Shalah di atas juga disetujui oleh An-Nawawi, Ibnu Katsir, Al-‘Iraqi, Ibnu Hajar dan setiap ulama lainnya yang menulis tentang Musthalahul Hadits. Akan tetapi para Khati dan penulis yang meriwayatkan hadits- hadits lemah tidak mempedulikan peringatan ini dan mereka selalu meneluarkan hadits- hadits tersebut dengan mengatakan: “Rasulullah bersabda”.



Note:
Kutipan dari Buku: Metode Memahami Sunnah dengan Benar karangan Yusuf Al-Qardhawi