Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bersepeda di Jalan Raya Semulia Akhlak Nabi

 

Tren Bersepeda Semulia Akhak Nabi

Pada hari Rabu siang selesai Shalat dhuhur melewati jalan dari kutablang menuju kecamatan Peusangan Siblah Krueng kabupaten bireuen. Ketika melewati desa Blang Mee melihat pemandangan dari ibu-ibu memakai pakaian muslimah lagi memakai tudung dikepalanya. Sepertinya mereka bersepeda menuju ke kebun atau ke sawah karena sekarang sedang musim tanam padi disawah. 

Terberesit dihati yang dalam untuk mengabadikan foto dari kejauhan tentang rapinya mereka dalam bersepeda satu demi satu dan tidak saling mendahului. tidak juga mereka bersepeda dengan berbarengan sambil ngobrol atau lainnya sehingga dapat mengganggu pengguna jalan yang lain. Mereka tidak bersepeda sebagaimana sedang ngetren hari ini yaitu bersepeda dengan berkonvoi atau bersepeda dengan bersama-sama sampai memenuhi jalan raya baik pagi atau sore hari yang sering memberhentikan penguna jalan yang lain menunggu mereka lewat.

Baca juga: Sunnah Tarkiyyah yang terlupakan

Tetapi ibu-ibu yang saya abadikan fotonya siang tadi jauh dari cara yang sedang ngetren hari ini. mereka bersepeda dengan santai dan penuh dengan adap dan kesopanan. Saya teringat firman Allah dalam surat Al-furqan ayat yang ke-63 dan surat surat luqman ayat ke-18 ketika melihat cara ibu-ibu ini bersepeda.

Dalam surat Al-furqan ayat yang ke-63 Allah menjelaskan bahwa tanda seorang hamba Alah yang Maha Rahman adalah ketika mereka berjalan dimuka bumi itu dengan bersikap rendah Hati dan selalu mengucapkan atau menebarkan kedamaian dalam hidup. Begitu juga cara ibu-ibu itu berjalan dengan sikap rendah hati dan tidak menunjukkan sifat kesombongan. sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi bahwa sikap sombong itu Menolak aturan yang benar dan merendahkan/menganggap remeh orang lain. 

Sikap sang Ibu tadi ketika bersepeda dijalan tidak melanggar aturan berjalan raya dan mereka sangat peduli terhadap pengguna jalan yang lain sehingga mereka bersepeda dengan sangat tertib. Saya berfikir bahwa ibu inilah yang sangat faham dan mengamalkan firman Allah dalam surat Al-Furqan ayat ke 63 tadi. Bisa jadi mereka tidak faham dengan penafsiran ayat tersebut tetapi mereka patuhi petuah sang guru untuk beradab islami ketika berjalan. tidak terkecuali pada saat bersepeda dijalan raya. Ini sebagai mana yang Allah firmankan dalam surat Luqman. 

Di antara pesan luqman kepada Anaknya adalah agar anaknya tidak memalingkan mukanya dari manusia karena sombongan. Pesan Luqman selajutnya adalah agar anaknya tidak berjalan di muka bumi dengan angkuhan". Berjalan dimuka bumi dengan keangkuhan adalah dengan melanggar aturan dijalan raya dan tidak peduli terhadap kemeslahatan pengguna jalan yang lainnya.

Baca juga: Faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak

Ketika foto mereka saya share di FB, ada teman yang berkomentar bahwa perilaku yang santun bahwa itu adalah orang yang mencari rezeki yang halal. Maka akan berdampak pada perilaku yang diridhai oleh Allah. Benar apa yang disampaikan oleh teman saya tadi bahwa kehalalan rezki yang di cari dan dibawa pulang untuk keluarga akan berdampak pada perilaku hidup keluarganya. 

Kalau rezkinya baikmaka baik dan rukunlah keluarganya. tetapi sebaliknya kalau yang dikonsumsi adalah sesuatuyang haram maka sebagaimana Rasul Sampaikan Bahwa setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang diharamkan maka api neraka lebih aula baginya. Itu artinya bahwa orang yang tumbuh dari barang yang haramakanmenggirng dirinya dan untuk berperilaku yang tidak baik yang menyebabkan dirinya terjerumus ke daamapi neraka diakhirat kelak.

Kalau saya lihat penampilannya, ibu-ibu tadi bukan orang yang sangat faham terhadap a
gama dan tafsir dari ayat yang saya sampaikan tadi sehingga mereka benar-benar mengamalkannya dalam hidupnya. Sekilas saya perhatikan tidak tampak dari sekian banyak mereka yang bersepeda itu dari seorang Alim yang dikenal banyak orang sehingga mereka harus benar-benar menjaga marwah ketika bersepeda dijalan raya. Sama sekali tidak demikian. 

Saya liahat dari gayanya mereka mereka adalah orang yang tulus dalam hidupnya dan beramal seadanya. Tapi adabnya pantas untuk diteladani oleh para teungku, ustad atau ulama sekalipun terutama ketika bersepeda seperti itu yang terlihat oleh kita hari ini akhaknya semulia akhlak Nabi.

Atau saya berfikir apakah akhlak mereka bersepeda itu tercermin dari pendidikan mereka yang tinggi seperti tamat sarjana (S-1,S-2 atau S-3) misalnya. Sehingga mereka memiliki adap seperti itu. Juga tidak demikian adanya kalau kita lihat dari penampilannya. Bahkan mereka bisa jadi adalah hanya berekolah ditingkat sekolah Menengah untukmemenuhi standar wajib belajar di negeri kita Indonesia ini. Sekali lagi mereka adalah orang desa yang biasa tetapi akhaknya pantas untuk diteladani oleh orang yang berpendidikan tinggi hari ini ketika bersepeda dijalan raya semulia akhlak Nabi.

Saya juga bertanya: Apakah mereka itu seorang pejabat desa atau pejabat dikabupaten yang sedang bersepada..? sehingga mereka harus bersepeda sedisiplindan serapi mungkin untuk menampakkan keteladanan ditengah pengguna jalan raya karena mereka adalah teladan kita. Pun tidak demikian kelihatan dari penampilannya. Bahkan mereka jauh dari sifat orang yang memiliki jabatan di Desa itu apalagi menjadi pejabat ditingkat kecamatan atau kabupaten. 

Tentu mereka tidak pernah menyandang jabatan tersebut dalam hidupnya. Sepertinya mereka adalah hanya rakyat biasa yang kesehariannya berkebun atau pergi kesawah untuk menopang nafkah keluarganya. Tapi akhlaknya pantas diteladani orang para pejabat negeri ini tentang adap bersepeda yang semulia akhlak Nabi.

Baca juga: Akhlak Mahmudah dan Akhlak Mazmumah

Ataukah sikap mereka itu karena kebiasaan di masyarakat yang beretika dan berakhlak mulia sehingga mereka ikut berakhlak dengan mengikuti tradisi yang ada. Pun tidak demikian adanya. Bahkan lingkungan hari ini banyak yang jauh dari akhlak mulia, lingkungan yang egois, tidak peduli tetangga atau masa bodoh dengan orang lainnya. Akan tetapi para ibu yang bersepeda tadi sengaja Allah tampakkan kepada saya agar sadar bahwa begitu seyogianya adab bersepeda dijalan raya. Sehingga kita semuanya harus meneladaninya karena akhaknya semulia akhak Nabi.

Gaya para ibu yang bersepada tadi seyogianya harus menjadi pelajaran bagi kita yang berpendikan tinggi yang sering menggunakan motor dan mobil dalam keseharian aktifitas kita. Maka ketika sesekali ingin bersepeda santai dengan teman-teman dan rekan sekerja maka jangan lupa meneladani para ibu itu ketika bersepeda dengan memperhatikan adab dijalan raya. 

Bersepeda dengan tertib, teratur dan peduli dengan pengguna jalan yang lain. bahwa kita memiliki hak yang sama dijalan raya. Jangan sampai dengan bersepedanya kita dapat mengganggu orang lain bahkan perbuatan kita menjengkekan orang lain dijalan raya. Tentu sikap arogansi itu dapat merendahkan titel perguruan tinggi yang kita sandang bahkan kalau menggangg orang lain sekitar kita ketika bersepeda maka tidak ubahnya seperti preman yang yang jauh dari dunia perguruan tinggi.

Gaya ibu-ibu yang bersepeda itu juga harus menjadi pelajaran bagi para penguasa atau pejabat di negeri ini ketika menggelar suatu acara yang dapat menggalakkan orang untuk bersepeda seperti Fun bike (sepeda santai) yang ramah lingkungan dan bebas polusi. Maka jangan sampai acara yang bermanfaat tersebut diselenggarakan dengan menabrak atau merusak aturan dalamberjalan raya. Jangan sampai juga dapat mengganggu pengguna jalan yang lain yang tidak bersepeda. Jangan sampai mendhalimi hak mereka.mereka juga warga yang punya hak yang untuk menggunakan jalan raya.

Kisah ibu-ibu tersebut dalam bersepeda seharusnya menjadi pelajaran bagi kita bahwa setiap orang ketika memiliki adab yang mulia pasti akan dikagumi dan disenangioleh orang lain walau hanya seorang rakyat biasa. Oleh karena itu Rasulullah menganjurkan kita untuk menjadi orang yang beradap dan berakhlak mulia karena akan menuntun kita menuju kemulian di dunia dan juga menuntun kita untuk menuju ridha ilahi sehingga bisa memperoleh surganya diakhirat kelak.