Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tokoh Berpengaruh Dalam Gerakan PUSA (bagian 2)

Tokoh Berpengaruh dalam Dalam Gerakan PUSA (bagian 2)

Pada bagian pertama dari tulisan tentang tokoh yang berpengaruh dalam gerakan PUSA adalah Teungku Abdurrahman Meunasah Meucap karena Beliau termasuk salah seorang inisiator dalam pendirian PUSA adapun Tokoh kedua yang berpengaruh adalah Teungku Muhammad Daud Beureueh karena Beliau adalah orang yang terpilih menjadi Ketua PUSA pada saat pendiriannya. ini akan ditulis pada pembahasan tersendiri tentang ketokohan dan peranannya dalam organisasi PUSA. Dalam tulisan bagian kedua ini akan dibahas tentang orang yang berpengaruh adalah sebagai berikut:

Tgk. Muhammad Nur El-Ibrahimy

Beliau dilahirkan di Idi, Aceh Pada tahun 1912. Setelah tamat dari sekolah melayu, ia belajar di beberapa pasantren di Aceh, yaitu di Idi, Meunasah Meucap (peusangan), di Cot Meurak (Bireuen), di Meunasah Kumbang (Geudong), Cot Plieng (Bayu), kemudian meneruskan studinyaa ke Madrasah Al-Aziziyah Tanjung Pura (Langkat).

Pada tahun 1930, Beliau berangkat Ke Kairo (Mesir), dan belajar di Jamiah Al-Azhar kuliah Lughah Arabiyah. Kemudian Beliau belajar pada Sekolah Guru Tinggi Madrasah Darul Ulum Al-Ulya. Setelah 2 tahun belajar disitu beliau terpaksa pulang ke Kekampungnya karena mendaat kesulitan Keuangan.

Baca juga: Tokoh Berpengaruh dalam Dalam Gerakan PUSA (bagian 1)

Pada tahun 1939, ketika berlangsung Musyawarah Besar Ulama Seluruh Aceh, beliau terpilih sebagai Sekretaris I. Dalam musyawarah itu, beliau berkeinginan untuk memperbaharui sistem pendidikan madrasah dan memperbaharui kurikulum dan diterima didalam musyawarah. Untuk melaksanakan rencana tersebut PUSA menetapkan akan mendirikan sekolah guru yang dinamakan Normal Islam Bireuen dengan beliau sebagai direkturnya. Di samping dari pada itu, beliau juga terpilih sebagai Ketua Muda Pengurus Besar Kasysyafatul Islam (kepanduan Islam)

Pada tahun 1946 beliau diangkat menjadi Mayor pada Tentera Republim Indonesia sebagai Kepala Staf Penerangan dan Pendidikan TRI, Divisi Gajah I. Di samping dari pada itu, juga memangku jabatan Penasehat Ketua Pengadilan TRI, komandemen Divisi V Sumatra. . beliau juga pernah di angkat menjadi Kepala Pendidikan Agama di Aceh pada tahun 1947 M. Pada tahun 1950 dipilih menjadi anggota BPD (Badan Pemerintah Daerah) propinsi Aceh pada masa Teungku Muhammad Daud Beureueh menjadi Gubernur Aceh.[1]

Baca juga: Faktor Pendorong Lahirnya PUSA

Tgk. Ismail Yakup

Beliau adalah seorang Ulama Muda yang mendapat pendidikan di Sumatra Barat. Setelah kembali ke Aceh Beliau menetap di Blang Jruen. Beliau membangun madrasah Baitul Ma’arif. Untuk menggerakkan masyarakat dalam pembangunan madrasah tersebut, beliau mengadakan upacara rapat umum dalam memperingati Isra’ Mi’raj ditanah lapang yang sebelumnya belum pernah dilakukan di Aceh. Diantara undangan yang hadir dari kalangan ulama dan masyarakat yaitu Teungku Abdurrahman Meunasah Meucap, teungku Haji Trienggadeng dan lainnya. Pembicara pada rapat umum tersebut adalah HAMKA (Pemimpin umum pedoman masyarakat medan, Haji Mustafa Salim dari Bireuen, dan teungku Haji Abdullah lam U dari Aceh Besar. Setelah selesai makan malam di rumah teungku chiek Keureuto, sambil menunggu waktu upacara rapat umum, Teungku Ismail Yakop Berbicara selaku tuan rumah mewakili Teungku chiek Keureuto, setelah mengucapkan terima kasih kepada tamu undangan, beliau berkata: “ alangkah baiknya di Aceh ini didirikan Persatuan Ulama seperti yang saya lihat di Sumatra barat. Sekolah Normal Islam Padang didirikan oleh Persatuan Guru Agama Islam (PGAI). Kita merasa senang melihat bersama-sama Enyik rasul, Syeh Musa Parabek, Syeh Ismail Jambek, enyik Jaho, Bayu Daud mansur dan lain-lain.[2] 


Referensi:
[1] Teungku M. Nur el Ibrahimy, Peranan Daud Beureueh Dalam Pergolakan Aceh, edisi revisi (Jakarta: Media Dakwah, 2001), h. 381-384.
[2] M. Daud Remantan, Pembaharuan Pemikiran Islam di Aceh tahun 1914 -1953, disertasi Doktoral di UIN Syarif Hidayatullah jakarta (belum diterbitkan), h. 257 hasil wawancara penulis langsung dengan teungku Ismail Yakop di Banda Aceh tahun 1982.