Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Model Pendidikan Masa Kerajaan Aceh Darussalam

 

Model Pendidikan Masa Kerajaan Aceh Darussalam

Wilayah Aceh dulunya adalah sebuah kerajaan Aceh darussalam yang berpusat di kota Banda Aceh. Setelah Syeh Abdullah Kanan mengIslamkan Raja dan rakyat dari kerajaan Hindu Indra Purba dengan Ibukotanya Lamuri.[1] Pada hari jum’at tanggal 01 Ramadhan 601 H. (1205 M), diproklamirkan berdirinya kerajaan Islam yang bernama Kerajaan Aceh darussalam dan dinobatkan Meurah Johan[2] menjadi Raja pertama dengan gelar Sultan Alaiddin Johan Syah.[3]

Masa kejayaan kerajaan Aceh Darussalam adalah pada abad ke 16 M. Yang menjadi salah satu dari lima kerajaan Islam terbesar[4] pada saat itu yang terikat dengan suatu kerjasama ekonomi, politik, militer dan kebudayaan.[5]

Baca juga: Pengantar Ilmu Tasawuf


Lembaga-Lembaga Pendidikan di Kerajaan Aceh Darusslam

Lembaga-lembaga yang bertugas dalam bidang pendidikan yang terdapat di kerajaan Aceh Darussalam seperti yang tercantum dalam Qanun Meukuta alam adalah sebagai berikut:

a) Balai seutia Hukama
Balai ini dapat disamakan dengan lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama, hukama (ahli pikir), dan para cendikiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

b) Balai Seutia Ulama
Balai ini dapat disamakan dengan lembaga yang mengurus masalah-masalah pendidikan dan pengajaran.

c) Balai Jamaah Himpunan ulama
Balai ini dapat disamakan dengan lembaga study club, tempat para ulama berkumpul untuk berdiskusi dalam masalahkeagamaan, pendidikan dan ilmu lainnya.[6]

Jenjang pendidikan pada kerajaan Aceh Darussalam

Setelah berdirinya krajaan Islam Peurlak, kerajaan Islam Samudera pasai yang dilanjutkan dengan berdirinya kerajaan Aceh Darusslam, masyarakat Aceh tidak lagi mengenal buta Huruf, seperti yang diakui oleh orang Prancis “Beauleu” yang pernah berkunjung ke Aceh pada abad ke 17 M.[7] Pada masa Raja Iskandar Muda Kerajaan Aceh mengalami kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang terutama dalam bidang pendidikan. Sehinga banyak sekali dayah yang didirikan dalam berbagai tingkatan.[8]

Baca juga: Perlindungan Anak Dalam Perspektif Hukum di Aceh

Adapun tingkat pendidikan dalam kerajaan Aceh Darussalam adalah sebagai berikut: 

a) Meunasah

Meunasah terdapat di tiap-tiap kampung. Berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berlangsung di Meunasah adalah adalah tingkat dasar yang diajarkan menulis dan membaca huruf arab, ilmu pengetahuan agama dalam bahasa Jawi (melayu), akhlak dan sejarah Islam.

b) Rangkang

Menurut ketentuan Qanun Meukuta Alam, disetiap mukim harus ada satu Mesjid, sebagaimana halnya disetiap kapung harus ada satu meunasah.[9] Mesjid merupakan tempat ibadah dan pendidikan tingkat menengah. Disekitar mesjid didirikan rangkang yang diajarkan bahasa arab, dan ilmu-ilmu agama dan umum, seperti ilmu bumi, sejarah, ilmu hitung, akhlak, Fiqh dan lainnya.[10]

c) Dayah

Dayah adalah lembaga pendidikan tingkat lanjutan dari pendidikan rangkang. Di dalam dayah semua materi pembelajaran disampaikan dalam bahasa arab dan kitabnya juga dalam bahasa arab, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama. Materi yang diajarkan antara lain: ilmu bahasa arab, fiqh, akhlak/tasawuf, ilmu bumi, sejarah, tata negara, ilmu hitung, faraidh dan lainnya.[11]

d) Dayah teungku Syik

Dayah teungku Syik adalah pendidikan tinggi yang ilmu ajaran ilmu secara mendalam ilmu bahasa arab, fiqh, akhlak/tasawuf, ilmu bumi, sejarah, tata negara, ilmu hitung, faraidh, ilmu kalam, sastra arab, filsafat dan ilmu falak.[12]

Baca juga: Hadits Hasan dan Pembagiannya


Referensi:

[1] M. Yunus Djamil, Tawarikh Raja-Raja kerajaan Aceh, h. 35-36.
[2] Meurah Johan adalah pangeran keturunan Raja Peurlak yang ikut dalam rombongan Syeh Abdullah kanan
[3] A. Hasjmy, Banda Aceh Darussalam Pusat Kegiatan Ilmu dan Kebudayaan, ((Peurelak: panitia seminar masuk dan berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara), h. 2.
[4] Menurut Wilfred Cantwell Smith: Islam In Modern History halaman 5 bahwa Lima kerajaan islam terbesar adalah: 1) Kerajaan Turki Utsmani di Istanbul, 2) Kerajaan Islam Maroko di Afrika Utara, 3) Kerajaan Islam Isfahan, 4) Kerajaan Islam Akra di India, 5) Kerajaan Aceh Darussalam.
[5] A. Hasjmy, Banda Aceh Darussalam Pusat Kegiatan Ilmu dan Kebudayaan, ((Peurelak: panitia seminar masuk dan berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara), h. 4-5.
[6] A. Hasjmy, Banda Aceh Darussalam Pusat Kegiatan Ilmu dan Kebudayaan, ((Peurelak: panitia seminar masuk dan berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara), h. 6
[7] Muhammad Said, Aceh Sepanjang Abad, jilid I, cet. I, (Medan: tahun 1961), h.181.
[8] A. Hasjmy, Banda Aceh Darussalam Pusat Kegiatan Ilmu dan Kebudayaan, (Peurelak: panitia seminar masuk dan berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara), h. 7
[9] Qanun Meukuta Alam halaman 14.
[10] A. Hasjmy, Banda Aceh Darussalam Pusat Kegiatan Ilmu dan Kebudayaan, (Peurelak: panitia seminar masuk dan berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara), h. 7
[11] A. Hasjmy, Banda Aceh Darussalam Pusat Kegiatan Ilmu dan Kebudayaan, ((Peurelak: panitia seminar masuk dan berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara), h. 7-8.
[12] A. Hasjmy, Banda Aceh Darussalam Pusat Kegiatan Ilmu dan Kebudayaan, ((Peurelak: panitia seminar masuk dan berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara), h. 8.