Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Iradah Aqdiyah (Adanya Kehendak untuk Akad)

Iradah Aqdiyah

Iradah Aqdiyah (Adanya Kehendak)

Iradah aqdiyah (kehendak mengadakan akad) yang harus ada pada waktu mengadakan akad. Yaitu bathinah dan dhahirah. Iradah bathinah (haqiqiyah) adalah iradah yang tersembunyi tak dapat diketahui oleh seorang lain; iradah yang ada di dalam hati.

Iradah dhahirah (kehendak lahir) adalah iradah yang dinyatakan dengan ucapan lidah, atau dilakukan dengan tindakan yang memperlihatkan iradah bathinah itu, seperti ta'athi (memberi dan menerima) dalam masalah bai' ta'athi.

Iradah bathinah haqiqiyah sendiri tidak menggantikan perbuatan atau ucapan lidah. Karenanya tidaklah sah akad dengan adanya niat saja, walaupun kedua belah pihak mempunyai niat yang sama.

Orang yang berniat talak, atau berniat waqaf, tidaklah sah talaknya dan tidaklah sah wakafnya. Maka setiap yang dilakukan dengan ucapaan atau perbuatan, tidaklah sempurna dengan niat hati saja.

Dalam pada itu niat mempunyai pengaruh dii'tibarkan dalam memberi sifat kepada sesuatu perbuatan yang niat itu menyertainya seperti niat tamalluk yang sudah kita bahas dalam menguasai benda yang mubah. Oleh karenanya berdiam diri saja, tidaklah dipandang qabul. Qaidah mengatakan:

لاَيُنْسَبُ إِلَى سَاكِتٍ قَوْلٌ.

"Tidak dinisbahkan suatu ucapan (pernyataan) kepada orang yang berdiam diri saja".

Iradah dhahirah, adalah sesuatu yang dilakukan dengan menggambarkan iradah bathinah, baik dia merupakan ucapan ataupun merupakan perbuatan. Dia boleh kita katakan 'amil (pelaku) yang aktif dalam bidang akad. Dengan adanya iradah dhahirah, kita tidak lagi membahas tentang adanya iradah haqiqiyah (bathinah) selama iradah haqiqiyah itu tersembunyi bagi kita dan tak ada gejala- gejala, atau dalil-dalil yang menunjukkan kepada tak adanya bathinah itu.

Pernyataan iradah dhahirah ini terhenti pengaruhnya, apabila ada gejala-gejala yang berlawanan dengan iradah bathinah dan juga apabila iradah bathinah tidak tersembunyi lagi. Dalam keadaan ini iradah dhahirah itu terhenti pekerjaannya. 

Karena itu, apabila tersembunyi iradah bathinah, maka iradah dhahirah menggantikan kedudukannya, atau ijab dan qabul menggantikan tempatnya. Apabila tidak tersembunyi iradah bathinah, maka hal ini memberi pengetian bahwa ijab dan qabul tidak dilakukan sewajarnya, tidak menggambarkan maksud yang benar dari akad itu. Apabila iradah bathinah samar, terletak antara tersembunyi dan tak ada gejala- gejala yang menunjukkan kepada tak adanya, maka timbullah dua nadhariyah (teori) yang baru.

  1. Nadhariyah shuriyatul 'agd (dalam kenyataan telah ada akad).
  2. Nadhariyah syawa-ibul iradah (ada gejala-gejala yang mengeruhkan iradah itu).
Apabila kedua belah pihak sepakat mengadakan akad secara lahir saja, tak ada sama sekali kemauan yang sungguh-sungguh, maka akad ini dikatakan akad shury. Apabila iradah haqiqiyah tidak jelas, bahwa dia ada, maka akad ini dipandang sah. 

Namun dipandang ada sesuatu kecederaan yang melemahkan ikatan akad ini. Dalam istilah undang-undang dikatakan 'ujubur ridla (cacat-cacat kerelaan hati). Ada keridlaan, tapi keadaannya cacat.

Demikian sepintas lalu mengenai bagian iradah. Ada dhahirah, ada bathinah dan ada fungsi masing-masingnya.

Berdasarkan karangan Tgk. M. Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Buku Pengantar Fikih Muamalat