Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Tentang Kemuliaan Para Wali

Hadits Tentang Kemuliaan Para Wali
KEMULIAAN DAN KEHORMATAN PARA WALI

Allah SWT. Berfirman,

أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَ لاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ , الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ كَانُوْا يَتَّقُوْنَ , لَهُمُ اْلبُشْرَي فِي الْحَيَاةِ الُّدنْيَا وَ فِي اْلآخِرَةِ لاَ تَبْدِيْلَ لِكَلِمَاتِ اللهِ ذَالِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

“Ingatlah, sesungguhnya para waliyulllah itu, tidak merasa takut atau merasa susah. Ialah mereka yang percaya dan taqwa (berjaga-jaga diri dari maksiat). Untuk mereka terjamin bahagia di masa hidup di dunia dan di akhirat kelak, tiada perubahan bagi kalimat Allah, itulah keuntungan yang besar.” (Qs. Yuunus(10) : 62–64)

وَهُزِّي إِلَيْكَ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكَ رُطَبًا جَنِيًّا , فَكُلِيْ وَاشْرَبِي وَ قَرِّي عَيْنًا

“Goyangkanlah batang kurma itu, niscaya Allah akan menurunkan padamu buah yang masih segar dan mamsak, maka makan dan minumlah, dan tenangkan hatimu.” (QS. Maryam(19): 25-26)

كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا اْلِمحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا , قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّي لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنَدِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Tiap kali Zakaria masuk ke mihrab didapatkan pada Maryam ada makanan. Ia bertanya, Hai Maryam, dari manakah kamu mendapatkan makanan itu?, Jawabnya, “Dari sisi Allah, sungguh Allah memberi rezeki pada siapa saja yang dikendaki tanpa batas (tiada hitung).” (Qs. Aali Imraan(3) : 37)

وَإِذِ اعْتَزَلُوْهُمْ مَا يَعْبُدُوْنَ إِلاَّ اللهَ فَأوَي إِليَ الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مَوْبِقاٍ , وٍ تَرَي الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَت تَّزَاوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَ إِذَا غَرَبَتْ تَقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ

“Dan apabila kamu telah meninggalkan mereka dengan sesembahan mereka, hanya menuju kepada Allah, maka tinggallah kamu di gua. Allah akan menghamparkan bagi kamu rahmat-Nya dan menyediakan untuk kamu dalam urusanmu apa-apa yang berguna. Dan kau akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan jika matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah sebelah kiri. (AL-Kahfi(18) : 16-17)

1511- وَعَنْ أَبِيْ مُحَمَّدِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبيِ بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ َاصْحَابَ الصِّفَّةِ كَانُوْا اُنَاسًا فُقَرَاءَ وَأَنَّ النَّبِْي  مَرَّةً: (( مَنْ كَانَ عِنْدَهُ طَعَمٌ أِثْنَيْنِ، فَلْيَذْهَبْ بِثَالِثِ، وَمَنْ كَانَ عِنْدَهُ طَعَمُ أَرْبَعَةٍ، فَلْيَذْهَبْ ِبَخامِسٍ بِسَادِسٍ)) اَوْ كَمَاِ قَالَ، وَأَنَّ أَباَ بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، جَاءَ بِثَلاَثَةٍ، وَانْطََلَقَ النَّبِيُّ  بِعَشَرَةٍ وَ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ تَعَشَّي عِنْدَ الَّنِبَِي  ثُمَّ لَبِثَ حَتَّى صَلَّى العِشَاءَ ، ثُمَّ رَجَعَ ، فَجاَءَ بَعْدَ مَا مَضَى مِِنَ الَّلْيلِ مَا شَاءَ اللهُ . قَالَتِ امْرَءَتُهُ : مَا حَبَسَكَ عَنْ أَضْيَافِكَ ؟ قَالَ : أَوْ مَا عَشَّيْتِهِمْ ؟ قَالَت أَبَوْا حَتَّي تَجِيْءَ وَ قَدْ عَرَضُوْا عَلَيْهِمْ , قَالَ فَذَهَبْتُ أَنَا فَاخْتَبَأْتُ , فَقَالَ : يَا غُنْثَرُ , فَجَدَّعَ وَ سَبَّ , وَ قَالَ : كُلُوْا لاَ هَنِيْئًا وَ اللهِ لاَ أَ طْعَمُهُ أَبَدًا , قاَلَ : وَ أَْيْمُ اللهِ ماَ كنُاَّ نَأْخُذُ مِنْ لُقْمَةٍ إِلاَّ رَبَا مِنْ أَسْفَلِهَا أَكْثَرُ منِهْاَ حَتَّي شَبِعُوْا , وَ صَارَتْ أكْثَرَ مِمَّا كَانَتْ قَبْلَ ذَاِلكَ , فَنَظَرَ إِلَيْهَا أَبُوْ بَكْرٍ فَقَالَ لإِمْرَأََتِهِ : يَا أُخْتَ بَنِي فِرَاسٍ مَا هَذَا ؟ , قَالَتْ : لاَ وَ قُرَّةُ عَيْنِي لَهِيَ الآنَ أَكْثَرُ مِنْهَا قَبْلَ ذَالِكَ بِثَلاَثِ مَرَّاتٍ ! فَأَكَلَ مِنْهَا أَبُوْ بَكْرٍ وَ قَالَ : إِنَّمَا كَانَ ذَالِكَ مِنَ الشيَّطْاَنِ , يَعْنِي يَمِيْنَهُ , ثُمَّ أَكَلَ مِنْهَا لُقْمَةً , ثُمَّ حَمَلَهَا إِلَي النَّبِيِّ r فَأَصْبَحَتْ عِنْدَهُ . وَ كاَنَ بَيْنَنَا وَ بَيْنَ قَوْمٍ عَهْدُ . فَمَضَي الأَجْلُ , فَتَفَرَّقْنَا اثْنَي عَشَرَ رَجُلاً , مَعَ كُلِّ رَجُلٍ مِنْهُمْ أُنَاسٌ , اللهُ أَعْلَمُ كَمْ مَعَ كُلِّ رَجُلٍ فَأَكَلُوْا مِنْهَا أَجْمَعُوْنَ .

1511. Dari Abdurrahman bin Abu Bakar As Shiddiq RA. Berkata, “Orang-orang Ahlus suffah ialah orang-orang miskin yang tinggal di serambi masjid. Dan pada suatu hari Nabi SAW. bersabda kepada para sahabatnya, “Siapa yang mempunyai makanan untuk dua orang hendaknya membawa seorang dari Ahlus shuffah, dan siapa yang mempunyai makanan untuk empat orang hendaknya membawa dua orang dari ahlusshuffah.Dan begitu seterusnya. Maka Abu Bakar membawa tiga orang, sedang Nabi SAW. sendiri membawa sepuluh orang, sedang Abubakar makan bersama Nabi SAW. dan tinggal di sana hingga selesai sembahyang Isya’,
kemudian ia pulang ke rumah setelah jauh malam. Dan sesampainya ia di rumah ditegur oleh isterinya, “Apakah yang menahan kau hingga melantarkan tamumu itu?, Abu Bakar bertanya, ‘Apakah belum kau beri makan mereka itu? Jawab isterinya, ‘Mereka menolak, karena menunggu kedatanganmu. Berkata Abdurrahman, ‘Maka saya lari sembunyi. Abu Bakar marah sambil memanggil-manggil, ‘Ya Ghuntsar (Si tolol) dan mencaci-maki kepadaku. Kemudian ia mempersilahkan tamu-tamu itu, makanlah meskipun tidak enak, demi Allah saya sendiri tidak akan makan. Kemudian Abdurrahman berkata, Demi Allah tiadalah kami memakan sesuap dari makanan itu, melainkan seolah-olah makanan itu bersumber dari bawahnya, hingga kita sekalian telah merasa kenyang, sedang makanan terlihat lebih banyak dari semula tadi. Ketika Abu Bakar melihat keadaan makanan itu berkata kepada istrinya, ‘Apakah ini? Jawab isterinya, ‘Kini makanan ini lebih banyak dari semula tadi. Maka Abu Bakar lalu makan daripada makanan itu sambil berkata, ‘Sumpah yang tadi itu semata-mata karena godaan syaithan. Kemudian mengangkut sisa makanan itu kepada Nabi SAW. sedang di masa itu terjadi sesuatu pembicaraan dengan suatu kaum, dan setelah selesai kita berpencar dua belas orang, tiap orang membawa rombongan, dan semua orang-orang dengan rombongannya dapat makan dari sisa makanan itu.

1512- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : (( لَقَدْ كَانَ فِيْمَا قَبْلَكُمْ مِنَ اْلأُمَمِ نَاسٌ مُحَدَّثُوْنَ، فَإِنْ يَكُ فِيْ اُمَّتِيْ أَحَدٌ فَإِنَّهُ عُمَرُ)), رَوَاهُ الْبُخَارِي.

1512. Dari Abu Hurairah RA., berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, ‘Sesungguhnya di antara ummat-ummat yang terdahulu ada orang-orang yang muhaddatsuun (yang mendapat ilham), maka kalau ada dalam ummatku orang yang demikian, maka ia adalah Umar bin Khaththab.’” (HR. Bukhari)

1513- وَعَنْ جَابِرٍ سَمُرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: شَكَا أَهْلُ الْكُوْفَةِ سَعْدًا، يَعْنِيْ ابْنُ أََبِي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَعَزَلَهُ، وَاشْتَْمَلَ عَلَيْهَِمْ عَمَّارًا، فَشَكَوْا حَتَّي ذَكَرُوا أَنَّهُ لاَ يُحْسِنُ يُصَلِّيْ، فَأَرْسَلَ إِليَْهِ ، فقَاَلَ: يَا اَبَا إِسْحَاقَ، إِنَّ هَؤَلاَءِ يَزْعُمُوْنَ أَنَّكَ لاَ تحُسْنِ تُصَلِّىْ، فَقَالَ: مَا أَنَا وَاللهِ فَإِنِّي كُنْتُ اُصَلِيْ بِهِمْ صَلاَةَ رَسُوْلِ اللهِ r لاَ أُخْرِمُ عَنْهَا ، اُصَلِّى صَلاَتِي اَلْعِشَاءِ فَارْكُدُ فِي اْلأَوَّلِيْيَن، وَأُخِفُّ فِي اْلأُخْرَيَيْنِ. قاَلَ : ذَالِكَ الظَّنُّ بِكَ يَا أَبَا إِسْحَاقَ , وَ أَرْسَلَ مَعَهُ رَجُلاً – أَوْ رِجَالاً- إِلَي اْلُكْوَفةِ يَسْأَلُ عَنْهُ أَهْلَ الْكُوْفَةِ , فَلَمْ يَدَعْ مَسْجِدًا إِلاَّ َسأَلَ عَنْهُ , وَ يُثْنُوْنَ مَعْرُوْفًا , حَتَّي دَخَلَ مَسْجِدًا لِبَنِى عَبْسٍ , فَقَامَ رَجُلٌ مِنْهُمْ يُقَالُ لَهُ أُسَامَةُ بْنُ قَتَادَةَ , يُكَنَّي أَبَا سَعْدَةَ , فَقَالَ : أَمَا إِذَ نَشَدْتَنَا فَإِنَّ سَعْدًا كَانَ لاَ يَسِيْرُ بِالسَّرِيَّةِ وِ لاَ يَقْسِمُ بِالسَّوِيَّةِ , وَ لاَ يَعْدِلُ فِي الْقَضِيَّةِ . قَالَ سَعْدٌ أَمَا وَ اللهِ َلأَدْعُوَنَّ بَثَلاَثٍ . أَللَّهُمَّ إِنْ كَانَ عَبْدُكَ هَذَا كَاذِبًا , قَامَ رِياَءً , وَ سُمْعَةً , فَأَطِلْ عُمْرَهُ , وَ أَطِلْ فَقْرَهُ , وَ عَرِّضْهُ لِلْفِطَنِ . وَ كَانَ بَعْدَ ذَاِلكَ إِذَا سُئِلَ يَقُوْلُ : شَيْخٌ كَبِيْرٌ مَفْتُوْنٌ , أَصَابَتْنِي دَعْوَةُ سَعْدٍ.

قَالَ عَبْدُ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ الرَّاوِي عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ . فَأَناَ رَأَيْتُهُ قَدْ سَقَطَ حاَحِبَاهُ عَلَى عَيْنَيْهِ مِنَ الْكِبَرِ , وَ إِنَّهُ لَيَتَعَرَّضُ لِلْجَوَارِي فِي الطُّرُقِ فَيَغْمِزَهُنَّ , مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

1513. Dari Jabir bin Samurah RA. Berkata, “Penduduk Kufah mengadukan Saad bin Abi Waqqash RA. kepada Amirul mu’minin Umar bin Khaththab RA. hingga dipecat oleh Umar dan diganti dengan Ammar bin Yasir RA. Begitu beratnya pengaduan mereka. sehingga mereka berkata, ‘Bahwa Sa’ad tidak pandai shalat, sehingga Umar memanggil Sa’ad dan berkata, ‘Hai Abu Ishaq, mereka ini mengadukan bahwa kau tidak dapat shalat dengan sempurna, jawab Sa’ad, ‘Adapun saya, demi Allah memimpin mereka dalam shalat sebagaimana Rasulullah SAW. shalat. Saya tidak mengurangi (menyimpang) sedikitpun daripadanya, jika shalat Isya’ agak lama dalam dua rakaat yang pertama dan kedua dan lebih cepat pada rakaat ketiga keempat. Umar berkata, ‘Demikianlah perkiraan kami terhadap engkau hai Abu Ishaq. Kemudian Umar mengirim Sa’ad ke Kufah bersama beberapa orang untuk menanyakan penduduk tentang Sa’ad, maka pada tiap masjid yang didatangi ditanya, ‘Bagaimanakah keadaan Sa’ad? Jawab mereka bahkan hampir semua orang memuji kebaikan Sa’ad, kecuali ketika masuk di masjid Bani Abbas, maka ada seorang bernama Usamah bin Qatadah digelar Abu Sa’dah ia berkata: Kalau kamu menanyakan tentang Sa’ad, maka Sa’ad tidak suka keluar memimpin pasukan, dan tidak membagi rata, dan tidak adil dalam hukum. Berkata Sa’ad: Ingatlah demi Allah saya akan berdoa tiga macam: Ya Allah jika hamba-Mu ini berdusta, hanya bermuka-muka (menjilat-jilat) dan mencari nama, maka panjangkan umurnya dan lanjutkan kemiskinannya dan hadapkanlah pada berbagai fitnah. Kemudian setelah orang itu lanjut umur, tiap kali ditanyakan keadaannya, pasti dijawab, ‘Orang tua yang telah kena bala’ oleh do’anya Sa’ad bin Abi Waqqash RA.[1]

1514- وَعَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزّثبَيْزِ اَنَّ سَعِيْدَ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُ، خَاصَمَتْهُ اَرْوَى بِنْتُ أَوْسٍ إِلَى مَرْوَانَ بْنِ اَلْحَكَمِ، وَادَّعَتْ أَنَّهُ أَخَذَ شَيْئًا مِنْ أَرْضِهَا، فَقَالَ سَعِيْدٌ : أَنَا كُنْتُ أَخُذُ مِنْ اَرْضِهَا بَعْدَ الَّذِي سَمِعْتُ مِنَ الرَّسُوْلِ اللهِ  قَال َ: مَاذَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللهِ  ؟ قَالَ: سَمِعْتُ رَسَولَ اللهِ  يَقُوْلُ: (( مَنْ أَخَذَ شِبْرًا مِنَ اْلأَرْضِ ظُلْمًا، طَوَّقَهُ اِلَى سَبْعِ أَرْضِيْنَ)) فَقَالَ لَهُ مَرْوَانُ: لاَ أَسْأَلُكَ بَيِّنَةً بَعْدَ هَذَا، فَقَالَ سَعِيْدُ: (( اَللَّهُمَّ إِنْ كَانَتْ كَاذِبَةً، فَأَعْمِ بَصَرَهَا، وَاقْتُلْهَا فِى أََرْضِهَا، قَالَ: فَمَا مَاتَتْ حَتَّي ذَهَبَ بَصَرُهَا، وَبَيْنَمَا هِيَ تَمْشِيْ فِي أَرْضِهَا إِذَا وَقَعَتْ فِي حُفْرَةٍ فَمَاتَتْ، مُتّضفَقٌ عَلَيْهِ.

1514. Dari Urwah bin Zubair RA. Berkata, “Sa’id bin Zaid RA. Berkata, ‘Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail RA. diadukan oleh Arwa bin Aus kepada Marwan bin Al Hakam, bahwa ia telah mengambil sebagian dari tanahnya. Maka ketika Sa’ad ditanya tentang pengaduan itu, ia menjawab, ‘Saya akan mengambil sebagian dari tanahnya, setelah saya mendengar sabda Rasulullah SAW.? Marwan bertanya, ‘Apakah yang telah kau dengar dari Rasulullah SAW. Jawab Sa’id, ‘Saya mendengar hadis ini, maka saya tidak akan minta bukti lain daripadamu. Kemudian Sa’id berdoa, ‘Ya Allah, jika perempuan itu berdusta maka butakan matanya dan matikan ia di tanahnya itu. Kemudian butalah perempuan itu dan ketika ia berjalan di tanahnya itu tiba-tiba terjerumus dalam lobang hingga mati.’” (HR. Bukhari dan Muslim)

1515- وَعَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: لَمَّا حَضَرَتْ أُحُدٌ دَعَانِي أَبِي مِنَ اللَّيْلِ فَقَالَ: مَا أُرَانِي إِلاَّ مَقْتُوْلاَ فِي أَوَّلِ مَنْ يُقْتَلُ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِي ، وَاِنِّي لاَ أَتْرُكُ بَعْدِي أَعَزَّ عَلَيَّ مِنْكَ غَيْرَ نَفْسِ رَسُولِ الله  وَإِنَّ عَلَيَّ دَيْنًا فَاقْضِ، وَاسْتَوْصِ بِأَخَوَاتِكَ خَيْرًا ، فَأَصْبَحْنَا، فَكَانَ أَوَّلَ قَتِيْلٍ؛ وَدَفَنْتُ مَعَهُ اَخَرَ فِي قَبْرِهِ، ثُمَّ لَمْ تَطِبْ نَفْسِي اَنْ اَتْرُكَهُ مَعَ أَخَرَ، فَاسْتَخْرَجْتُهُ بَعْدَ سِتَّةِ اَشْهُرٍ، فَإِذاَ هُوَ كَيَوْمِ وَضَعْتُهُ غَيْرَ اُذُنِهِ، فَجَعَلْتُهُ فِي قَبْرٍ عَلَى حِدَّةٍ, رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ.

1515. Dari Jabir bin Abdullah RA. Berkata, “Ketika saya hadir dalam perang Uhud, maka pada malamnya ayahku memanggil padaku dan berkata, Kemungkinan saya esok hari akan terbunuh, bahkan kemungkinan saya pertama orang yang terbunuh dari antara sahabat-sahabat Nabi SAW. sedang saya tidak meninggalkan seorang yang lebih saya sayang melebihi daripadamu selain Rasulullah SAW. dan saya meninggalkan hutang, maka bayarlah hutangku itu dan saya pesan baik-baiklah terhadap saudara-saudaramu perempuan. Tepat benar maka esok harinya ayahkulah yang pertama terbunuh dari sahabat-sahabat, maka saya kubur­kan ia bersama seorang lain, tetapi kemudian setelah enam bulan saya keluarkan dari kubur, tiba-tiba ia sebagaimana hari saya kubur itu keadaannya tidak berubah sama sekali melainkan telinganya, maka saya kuburkan sendiri.’” (HR. Bukhari)[2]

1516- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، اَنَّ رَجُلَيْنِ مِنْ أَصْحَابٍ النَّبِي  خَرَجَا مِنْ عِنْدِ النَّبِي  ، فِي لَيْلَةٍ مُظْلِمَةٍ وَمَعَهُمَا مِثْلُ مِصْبَاحَيْنِ بَيْنَ أَيْدِيْهِمَا. فَلَّما افْتَرَقَا، صَارَ مَعَ كُلِّ وَاحِدِ مِنْهُمَا وَحِدٌ حَتَّي أَتَى أَهْلَهُ.

1512. Dari Anas RA. Berkata, “Dua orang dari sahabat Nabi SAW.[3] ketika keluar dari majlis Nabi SAW. pada suatu malam yang gelap, mendadak di depan kedua orang itu ada penerangan bagaikan lampu, dan ketika masing-masing telah berpisah dalam persimpangan jalan, maka pada masing-masing ada penerangannya sendiri-sendiri, hingga sampai ke rumahnya.” (HR. Bukhari)

1517- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ ، بَعَثَ رَسُوْلُ اللهِ  ، عَشْرَةَ رَهْطٍ عَيْنًا سَرِيَّةً، وَأَمَرَ عَلَيْهَا عَاصِمُ بْنُ ثَابِتٍ َاْلأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، فَاانْطَلَقُوْا حَتَّى إِذَا كَانُوا بِالْهَدْأَةِ، بَيْنَ عُسْفَانَ وَمَكَّةَ ؛ ذُكِرُوا لِحَيِّ مِنْ هُذَيْلٍ يُقَالُ لَهُمْ: بَنُوْ لَحْيَانَ، فَنَقَرُوا لَهُمْ بِقَرِيْبٍ مِنْ مِائَةِ رَجُلٍ رَامٍ فَاقْتَصُّوا أَثَارَهُمْ، فَلَمَّا أَحَسَّ بِهِمْ عَاصِمٌ وَأَصْحَابُهُ، لَّجَأُوا إِلَى مَوْضِعٍ، فَأَحَاطَ بِهِمُ الْقَوْمُ، فَقَالُوا: أَنْزِلُوا فَأَعْطُوْا بِأَيْدِيْكُمْ وَلَكُمُ الْعَهْدُ وَالْمِيْثَاقُ أَنْ لاَ نَقْتُلَ مِنْكُمْ أَحَدًا. فَقَالَ عَاصِمُ بْنُ ثَابِتٍ : أَيُّهَا الْقَوْمُ , أَمَا أَنَا , فَلاَ أُنْزِلُ عَلَى ذِمَّةِ كَافِرٍ : اَللَّهُمَّ أَخْبِرْ عَنَّا نَبِيَّكَ  , فَزَمُوْهُمْ بِالنَّبْلِ فَقَتَلُوْا عَاصِمًا, وَنَزَلَ إِلَيْهِمْ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ عَلَى الْعَهْدِ وَالْمِيْثَاقِ ، مِنْهُمْ خُبَيْبٌ , وَزَيْدُ بْنُ الدَّثِيْنَ وَرَجُلٌ أَخَرُ . فَلَمَّا اسْتَمْكَنُوا مِنْهُمْ أَطْلَقُوا أَوْتَارَ قِسِيِهِمْ , فَرَبَطُوْهُمْ بِهَا . قَالَ الرَّجُلُ اَلثَّالِثُ : هَذَا أَوَّلُ الْغَدْرِ وَاللهِ لاَ أَصْحَبُكُمْ إِنَّ لِي بِهَؤُلاَءِ أُسْوَةُ , يُرِيْدُ الْقَتْلَ , فَجَرًُّوهُ وَعَالَجُوْهُ , فَأَبِى أَنْ يَصْحَبَهُمْ , فَقَتَلُوهُ ، وَانْطَلَقُوْا بِخُبَيْبٍ , وَزَيْدِ بْنِ اَلدَّثِِيْنَ , حَتَّى بَاعُوهُمَا ِبَمكَّةَ بَعْدَ وَقْعَةِ بَدْرٍ , فَابْتَاعَ بَنُو الْحَارِثِ بِنْ عَامِرِ بِنْ نَوْفَلِ بِنْ عَبْدِ مَنَافٍ خُبَيْبًا , وَكَانَ خُبَيْبُ هُوَ قَتَلَ الْحَارِثَ يَوْمَ بَدْرٍ. فَلَبِثَ خُبَيْبٌ عِنْدَهُمْ أَسِيْرًا حَتَّى أَجْمَعُوا عَلَى قَتْلِهِ , فَاسْتَعَارَ مِنْ بَعْضِ بَنَاتِ الْحَارِثِ مُوْسَى يَسْتَحِدُّ بِهَا فَأَعَارَتْهُ , فَدَرَجَ بُنَيٌّ لَهَا وَهِيَ غَافِلَةٌ حَتَّى أَتَاهُ , فَوَجَدْتُهُ مَجْلِسَهُ عَلَى فَخْذِهِ وَالْمُوْسَى بِيَدِهِ , فَفَزِعَتً فَزَعَةً عَرَفَهَا خُبَيْبٌ .فَقَالَ : أَتَخْشَيْنَ أَنْ اَقْتُلَهُ مَا كُنْتُ َلأَفْعَلَ ذَلِكِ! قَالَتْ : وَاللهِ مَا رَّأَيْتُ أَسِيْرًا خَيْرًا مِنْ خُبَيْبٍ , فَوَاللهِ لَقَدْ وَجَدْتُهُ يَوْمًا يَأْكُلُ قِطْفًا مِنْ عِنَبٍ فِي يَدِهِ وَإِنَّهُ لَمُوْثَقٌ بِالْحَدِيْدِ وَمَا بِمَكَّةَ مِنْ ثَمَرَةٍ , وَكَانَتْ تَقُوْلُ : إِنَّهُ لَرِزْقٌ رَزَقَهُ اللهُ خُبَيْبًا . فَلَمَّا خُرَجُوْا بِهِ مِنَ الْحَرَمِ لِيَقْتُلُوْهُ فِي الْحِلِّ , قَالَ لَهُمْ خُبَيْبٌ : دَعُوْنِي أُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ , فَتَرَكُوْهُ , فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ فَقَالَ : وَاللهِ لَوْلاَ أَنْ تَحْسَبُوْا أَنَّ مَا بِي حَزَعٌ لَزِدْتٌ: أَللَّهُمَّ أَحْصِهِمْ عَدَدًا , وَاقْتُلُهُمْ بَدَداً , وَلاَ تُبْقِ مِنْهُمْ اَحَدًا.

1517. Dari Abu Hurairah RA. Berkata, “Rasulullah SAW. mengirim sepuluh orang sebagai mata-mata yang dikepalai oleh Ashim bin Tsabit Al-Anshari, maka tatkala mereka telah sampai di Hudaat –daerah antara Usfan dan Makkah, mendadak terdengar berita mereka oleh seorang suku Bani Hudzail yaitu Bani Lahyan, maka segera mereka mengeluarkan seratus orang ahli panah untuk menawan mereka itu, maka segera keluar mengejar rombongan Ashim. Dan ketika Ashim merasa bahwa kedudukannya berbahaya, ia bertahan diri di sebuah tempat, maka dikepung oleh kaum Bani Lahyan itu, kemudian diminta supaya menyerah saja dengan janji jika suka menyerah tidak akan dibunuh. Tetapi Ashim bin Tsabit mengambil keputusan untuk tidak menyerah kepada orang kafir. Kemudian ia berdoa, ‘Ya Allah, kabarkanlah keadaan kami ini kepada Nabi Muhammad SAW. maka segera diserang dengan panah, hingga gugurlah Ashim dan beberapa orang temannya. Kemudian tinggal tiga orang. Maka menyerahlah ketiga orang itu, yaitu, Khubaib dan Zaid bin Ad Datsinah dan seorang lagi (Abdullah bin Thariq), dan ketika mereka ini telah menyerah, maka dilepas busur mereka untuk diikatkan kepada ketiga orang ini, sehingga orang yang ketiga ketika melihat perbuatan sewenang-wenang itu segera ia berkata, ‘Ini cidera pertama, demi Allah saya tidak akan mengikuti kamu lebih baik saya mengikuti teman-teman yang telah terbunuh itu, hingga ia dipaksa, tetapi tetap menolak, hingga mereka membunuhya, kemudian mereka bawa ke Mekkah dua orang tawanan yang masih hidup (Khubaib dan Zaid). Setelah sampai di Mekkah, Khubaib dibeli oleh putera-putera Al Harits bin Amir untuk dibunuhnya sebagai balas dendam karena dalam Perang Badar, Khubaib telah membunuh Al Harits bin Amir. Maka Khubaib tinggal sebagai tawanan mereka hingga saat pembunuh­an­nya. Pada suatu hari Khubaib meminjam pisau cukur dari putri Al Harits, maka ketika telah dipinjami mendadak ada anak kecil merangkak ke tempat Khubaib dan duduk di pangkuan Khubaib, hingga menimbulkan rasa takut mereka kalau-kalau anak itu dibunuh oleh Khubaib, maka berkata, ‘Takutlah kau pada anak ini, demi Allah saya tidak akan berbuat demikian. Kata perempuan itu, ‘Sebenarnya saya tidak pernah melihat tawanan yang lebih baik dari Khubaib. Demi Allah, saya telah mendapatkan ia makan setangkai anggur di tangannya, yang sedang terbelenggu besi, padahal ketika itu di kota Mekkah tidak ada buah anggur. Sungguh itu rezeqi yang diberi langsung oleh Allah. Kemudian setelah dikeluarkan dari daerah haram untuk dibunuh, Khubaib minta izin kepada mereka untuk shalat dua rakaat, setelah itu ia sangka saya takut mati terbunuh, niscaya akan saya tambah sembahyangku itu. Ya Allah hitunglah bilangan mereka dan bunuhlah mereka bercerai-berai dan jangan tinggalkan dari mereka seorangpun. Kemudian ia bersyair yang artinya, ‘Saya tidak peduli dalam keadaan apa pun saya, asal dalam keadaan sebagai seorang muslim. Dengan cara bagaimanapun saya gugur, asalkan karena Allah, karena yang demikian itu dalam membela agama Allah, Sungguh Allah maha kuasa memberkahi potongan-potongan anggota tubuh yang terserak-serak. Khubaib adalah orang pertama yang melakukan shalat ketika akan dibunuh. Dan Nabi telah memberitahu kepada sahabat-sahabatnya tentang keadaan sahabat-sahabat yang diu­tus sebagai mata-mata itu. Kemudian orang-orang Quraisy mengi­rim beberapa orang untuk mengambil jenazah Ashim untuk dibinasakan karena Ashim telah membunuh tokoh mereka. Tetapi Allah melindungi Ashim dengan lebah yang bagaikan payung di atas jenazah Ashim, hingga orang-orang itu tidak berani mendekatiya atau mengambil sedikitpun dari anggotanya.’” (HR. Bukhari)

1518- وَعَنِ إبْنِ عُمَرَ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قاَلَ: مَا سَمِعْتُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلُ لِشَيْءٍ قَطُّ: إِنِّي َلأَظُنُّهُ كَذَا، إِلاَّ كَانَ كَمَا يَظُن,ُ رَوَاهُ الْبُخَارِي.

1518. Dari Abdullah bin Umar RA. Ia berkata, Tidak pernah saya mendengar Umar mengatakan terhadap sesuatu, ‘Saya kira itu akan terjadi begini, melainkan katanya, ‘Telah terjadi sebagaimana yang dikiranya. (HR. Bukhari)

[1] Abdul Malik bin Umar yang meriwayatkan hadis ini dari Jabir bin Samurah berkata, ‘Saya sendiri telah melihat orang itu demikian tuanya sehingga alisnya, hampir menutupi matanya, dan ia selalu duduk di tepi jalan untuk mengganggu gadis-gadis yang lalu lintas di situ.’
[2] Dalam riwayat Muslim: Bahwa Muhammad bin Zaid pernah melihat wanita buta itu berjalan meraba-raba dinding sambil berkata, ‘ Saya terkena doa Sa’id dan ia berjalan di tanah yang ia doakan itu, dan mendadak terjerumus ke dalam sumur hingga menjadi kuburnya sendiri”
[3] Dua orang ini adalah, Usaid bin Hudhair dan Abbad bin Bisyr RA.