Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hadits Memuliakan Ulama dan Pemuka Kaum

Hadits Memuliakan Ulama dan Pemuka Kaum
44- MEMULIAKAN DAN MENDAHULUKAN ALIM ULAMA, ORANG YANG LEBIH TUA DAN PEMUKA KAUM DALAM BERBAGAI AKTIFITAS

قَالَ الله تعالي :)قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَيَعْلَمُونَ؟ إنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الأَلْبَابِ( ] الزمر : 9[.

Allah swt. berfirman: Katakanlah: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui ?” Sesunguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Qs. Az-Zumar (39) : 9)

hadits berkumpul dengan ulama

352- وَعَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بْنِ عُمَرَ وَالْبَدْرِي اَلْأَنْصَارِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رًسُوْل الله  : ((يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ الله، فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِراءةِ سَوَاءً فَأعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ، فَإنْ كاَنُوا في السُّنَّةِ سَوَاءً، فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً، فَإنْ كَانُوا في الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ سِنًّا، وَلاَيُؤمنَّ الْرَّجُلُ الرَّجُلَ في سُلْطَانِهِ، وَلاَيَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إلاَّ بِإِذْنِهِ)) رَوَاهُ مُسْلِمُ.
وَفِي رِوَايَةٍ لَهُ: ((فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا)) بَدَلَ ((سِنًّا)) : أيْ إسْلامًا. وَفِي رِوَايَةٍ: ((يَؤُمُّ الْقَوْمَ أقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ وَأقْدَمُهُمْ قِرَاءَةً، فَإنْ كَانَتْ قِرَاءَتُهُمْ سَوَاءً فَيَؤُمُّهُمْ أقْدَمُهُمْ هِجْرَةً، فَإنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءَ فَلْيَؤُمُّهُمْ أكْبَرُهُمْ سِنًّا)).

352. Dari Abu Mas’ud Uqbah bin ‘Amr Al Badriy Al Anshariy RA, ia berkata: “Rasulullah SAW. bersabda, “Yang paling pantas untuk menjadi imam bagi satu kaum adalah yang paling fasih (ahli) bacaan al-Qurannya. Jika dalam hal bacaan mereka sama-sama fasih, maka pilihlah yang paling dalam pengetahuannya tentang sunnah Rasulullah SAW. Kalau dalam hal ini juga mereka sama (tingkatan pengetahuannya) maka pilihlah yang lebih dahulu melakukan hijrah. Jika, dalam hal hijrah pun mereka sama, maka pilihlah yang lebih tua usianya. Dan janganlah orang lain menjadi imam di daerah kekuasaan orang (imam) lain. Dan jangan pula dia tinggal di rumah -yang disediakan khusus bagi- imam tersebut, kecuali dengan izin pemiliknya. (HR. Bukhari dan Muslim)

mencintai ulama dan habaib

353- وَعَنْهُ قَالَ: كاَنَ رَسُوْلُ الله r يَمْسَحُ مَنَاكِبَنَا فيِ الصَّلاَةِ وَيَقُوْلُ: ((اِسْـتَوُوْا وَلاَتَخْتَلِفُوا، فَتَخْتَلِفُ قُلُوْبُكُمْ، لِيَلِنِي مِنْكُمْ أُولُو الأحْلاَمِ وَاَلنُّهى، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُوْنَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ)) رَوَاهُ مُسْلِمُ.

353. Dari Abu Mas’ud Uqbah bin ‘Amr Al-Badawiy RA. ia berkata: “Tiap kali menjelang shalat, Rasulullah senantiasa memerintahkan kami untuk menyamakan pundak-pundak kami. Seraya bersabda, “Samakan (ratakan) shaf kalian, jangan sampai tidak rata, yang akan mengakibatkan bedanya hati kalian. Utamakan yang paling dekat denganku adalah orang dewasa dan orang-orang berilmu, kemudian berikutnya dan berikutnya lagi.” (HR. Muslim)

354- وَعَنْ عَبْدِ الله بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رًسُوْلُ الله r : ((لِيَلِنِي مِنْكُمْ أُولُو اْلأَحْلَامِ وَالنُّهْىِ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ)) ثَلاَثاً ((وَإيَّاكُمْ وَهَيْشَاتِ الأَسْوَاق)) رَوَاهُ مُسْلِمُ.

354. Dari Abdullah bin Mas’ud RA., ia berkata: “Rasulullah SAW. bersabda, ”Hendaklah yang paling dekat denganku adalah orang-orang yang dewasa dan yang berilmu-pengetahuan. Setelah itu baru yang dibawah derajat umur dan pengetahuannya (Nabi mengulang-mengulang kalimat ini tiga kali). Jauhilah berdesak-desakan seperti ketika kalian sedang berada di pasar.” (HR. Muslim)

hadits duduk bersama orang sholeh

355- وَعَنْ أَبِي يَحْيَ وَقِيْلَ أَبِي مُحَمَّدٌ سَهْلُ بْنِ أَبِي حَثْمَةَ – بِفَتْحِ الْحَاءِ الْمُهْمَلَّةَ وَ إِسْكَانُ الثَّاءِ الْمُثَلَّثَةِ – اَلْأَنْصَارِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: انْطَلَقَ عَبْدُ اللهِ بنُ سَهْلٍ وَمُحَيِّصَةَ بْنِ مَسْعُوْدٍ إلَى خَيْبَرَ وَهِيَ يَوْمَئِذٍ صُلْحٌ فَتَفَرَّقَا فَأتَى مُحَيِّصَةُ إِلَى عبدِ اللهِ بنُ سَهْل وَهُوَ يَتَشَحَّطُ فِي دَمِهِ قَتِيلاً، فَدَفَنَهُ ثُمَّ قَدِمَ المَدِينَةَ، فَانْطَلَقَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنِ سَهْلٍ وَمُحَيِّصَةُ وَحُوَيـِّصَةُ ابْنَا مَسْعُودٍ إلَى النَّبِيّ  فَذَهَبَ عَبْدُ الرَّحْمن يَتَكَلَّمُ فقَالَ: ((كَبِّرْ كَبِّرْ)) وَهُوَ أحْدَثُ الْقَوْم فَسَكَتَ فَتَكَلَّمَا فَقَالَ: ((أتَحْلِفُونَ وَتَسْتَحِقُّونَ قَاتِلَكُمْ))؟ وَذَكَرَ تَمَامَ الْحَدِيْثِ، مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

355. Dari Abu Yahya, (ada pula yang mengatakan Abu Muhammad Sahal bin Abu Hatsamah Al-Anshariy RA.) ia berkata: “Abdullah bin Sahal dan Muhayyishah bin Mas’ud pergi ke Khaibar setelah perang reda. Kemudian keduanya berpisah. Ketika Muhayyishah mendatangi tempat Abdullah bin Sahal, didapatinya beliau sudah mati berlumuran darah, lalu Muhayyishah menguburnya. Setelah itu Muhayyishah menuju Madinah. Maka Abdurrahman bin Sahal, Muhayyishah bin Mas’ud, dan Huwayyishah bin Mas’ud menjumpai Nabi SAW. (untuk memberitakan kejadian di Khaibar). Ketika Abdurrahman mulai membuka pembicaraan, Nabi SAW. bersabda, “Hendaklah yang tertua yang berbicara (sambil mengulangi uucapan tersebut). Abdurrahman yang paling muda diantara mereka pun diam. Maka Muhayyishah dan Huwayyishah yang berbicara. Beliau bersabda, “Apakah kalian akan bersumpah dan menuntut hak kepada pembunuhnya (kemudia perawi meneruskan hadis ini). (HR. Bukhari dan Muslim)

keutamaan duduk bersama orang alim

356- وَعَنْ جَاِبرٍ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ  كَانَ يَجْمَعُ بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ مِنْ قَتْلَى أُحُدٍ يَعْنِي في الْقَبْرِ، ثُمَّ يَقُوْلُ: أَيًُّهُمَا أكْثَرُ أخْذًا للقُرآنِ))؟ فَإذَا أُشِيرَ لَهُ إلَى أحَدِهِمَا قَدَّمَهُ في اللَّحْدِ. رَوَاهُ الْبُخَارِي.

356. Dari Jabir RA, ia berkata: “Nabi SAW. menguburkan tiap dua orang yang gugur dalam perang Uhud dalam satu liang kubur, Kemudian beliau bersabda, “Yang mana di antara keduanya yang paling banyak hapalan al-Qur’annya. Ketika salah seorang diantara sahabat menunjuk salah seorang diantara keduanya, maka yang paling banyak hapalan Al-Qur’annya yang didahulukan masuk ke dalam liang kubur.” (HR. Bukhari)

pahala memandang wajah ulama

357- وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ الله عَنْهُما أَنَّ النَّبِيّ  قَالَ: ((أرَانِي فِي المَنَامِ أَتَسَوَّكُ بِسِوَاكٍ فَجَاءَنِي رَجُلاَنِ، أَحَدُهُمَا أَكْبَرُ مِنَ الآخِرِ، فَنَاوَلْتُ السِّوَاكَ الأصْغَرَ، فَقِيْلَ لِي: كَبِّرْ، فَدَفَعْتَهُ إلَى الأَكْبَرِ مِنْهُمَا)) رَوَاهُ مُسْلِمُ مُسْنَداً وَالْبُخَارِي تَعْلِيْقًا.

357. Dari Abdullah bin Umar RA, ia berkata: “Nabi SAW. bersabda, “Aku melihat dalam mimpiku, sedang bersiwak (Membersihkan gigi dengan siwak). Tiba-tiba dua orang laki-laki datang kepadaku, salah seorang diantara keduanya lebih tua dari yang lain. Aku lalu memberikan siwak tersebut kepada yang lebih muda. Kemudian orang tersebut berkata kepadaku: “Dahulukanlah yang lebih tua !. Maka akupun menyerahkan siwak tersebut kepada yang lebih tua.” (HR. Bukhari dan Muslim)

358- وَعَنْ أَبِي مُوْسَى رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رًسُوْلُ الله : ((إنَّ مِنْ إجْلاَلِ اللهِ تعالي إِكْرَامُ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ، وَحَامِلِ القُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيْهِ، وَالْجَافِي عَنْهُ وَإكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِط)) حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدُ.

358. Dari Abu Musa RA. ia berkata: Rasulullah SAW., bersabda, “Sesungguhnya termasuk menghormati Allah SWT. perbuatan menghormati orang muslim yang lanjut usia, memuliakan orang yang punya keahlian tentang al-Qur’an lalu tidak membangga-banggakan (keahliannya itu) serta tidak mengabaikan keahliannya itu. Begitupula mentaati pemerintah yang adil. (hadis hasan diriwayatkan oleh Abu Dawud)

359- وَعَنْ عَمْرُو بْنِ شُعَيْبَ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ رَضِيَ الله عَنْهُم قَالَ: قَالَ رًسُوْل الله : ((لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَناَ، وَيَعْرِفْ شَرَفَ كَبِيرِنَا)) حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدُ وَالتِّرْمِذِي، وَقَالَ التِّرْمِذِي: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.
وَفِي رِوَايَةِ أَبِي دَاوُد (( حَقَّ كَبِيرِنَا)).

359. Dari ‘Amr bin Syuaib dari Ayahnya dari kakeknya RA, ia berkata: “Rasulullah SAW. bersabda, “Tidak termasuk dari golongan kami, orang yang tidak mau menyayangi orang yang lebih muda, dan tidak tahu menghormati yang lebih tua.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

hadits duduk bersama ulama

361- وَعَن ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله عَنْهُما قَالَ: قَدِمَ عُيَيْنَةُ بْنِ حِصْنٍ فَنَزَلَ عَلَى ابْنِ أخِيْهِ الْحُرِّبْن قَيْس وَكَانَ مِنَ النَّفَرِ الَّذِيْنَ يُدْنِيْهِمْ عُمَرُ. رَضِيَ الله عَنْهُ وَكَانَ القُرّاءُ أَصْحَابُ مَجْلِسِ عُمَر وَمُشَاوَرَتِهِ، كُهُوَلاً كَانُوا أوشُبّانًا، فقَالَ عُيَيْنَةُ لابْنِ أَخِيهِِ: يَا ِابْنَ أَخِيى لَكَ وَجْهٌ عِنْدَ هذَا الأَمِيْرِ فَاسْتَأْذِنَ لِي عَلَيْهِ فَاسْتَأْذَنَ لَهُ فَأَذِنَ لَهُ عُمَرُ رَضِيَ الله عَنْهُ، فَلَمَّا دَخَلَ قَالَ: هِيْ يَا ابْنَ الخطَّابِ، فَوَاللهِ مَا تُعْطِيْنَا الْجَزْلَ, وَلاَتَحْكُمْ فْينَا بِالعَدْلِ، فَغَضِبَ عُمَرُ رَضِيَ الله عَنْهُ حَتَّى هَمَّ أَنْ يُوْقِعَ بِهِ، فَقَالَ لَهُ الحُرُّ: يَا أَمِيْرَ المُؤْمِنِيْنَ إِنَّ الله تَعَالَى قَالَ لِنَبِيِّهِ  )خُذِ العَفْو َ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وأََعْرِضْ عَنِ الجَاهِلِيْنَ( وَإِنَّ هَذَا مِنَ الجَاهِلِيْنَ. وَاللهِ مَاجَاوَزَهَا عُمَرُ حِيْنَ تَلاَهَا عَلَيْهِ وَكَانَ وَقَّافًا عِنْدَ كِتَابِ الله تعالى. رَوَاهُ الْبُخَارِي.

361. Dari Abdullah bin Abbas RA, ia berkata: “Uyainah bin Hishn datang ke tempat keponakannya Al Hurr bin Qais dan menginap di situ. Al Hurr termasuk dari kepercayaan Umar bin Khattab, karena Umar menjadikan orang-orang yang punya keahlian tentang Al Qur’an sebagai teman dalam bermusyawarah tentang Al Quran, baik tua maupun muda. Maka Uyainah berkata kepada Al Hurr: “Hai keponakanku, kamu adalah orang yang memiliki kedekatan dengan Amirul Mukminin (Umar bin Khattab) maka mintakanlah aku izin dari beliau untuk menghadapnya.” Al Hurr pun memintakan izin untuk Uyainah, dan Uyainah pun masuk dan berkata: “Wahai putra Khatthab, demi Allah engkau tidak memperhatikan kami dan tidak berlaku adil terhadap kami.” Mendengar itu, hampir saja Umar memukulnya saking marahnya. Kemudian Al Hurr berkata: “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah swt. Berfirman kepada NabiNya: ”KHUDZIL AFWA WA’MUR BIL ‘URFI WA A’RIDL ANIL JAAHILIIN) (Terimalah maaf dan suruhlah orang mengerjakanyang ma’ruf (kebaikan), serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh). Demi Allah, Umar RA. nampak begitu seksama mendengar ayat itu ketika dibacakan, seolah-olah beliau belum pernah mendengarnya. Padahal Umar adalah orang yang paling jeli terhadap ayat-ayat Al Qur’an.” (HR. Bukhari dan Muslim)

hadits tentang memandang wajah ulama 

362- وَعَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سَمْرَةُ بْنِ جُنْدُبٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: لَقَدْ كُنْتُ عَلَى عَهْدِ رًسُوْلِ الله  غُلاَمًا، فَكُنْتُ أحْفَظُ عَنْهُ، فَمَا يَمْنَعُنِي مِنَ الْقَوْلِ إِلاَّ أنَّ هاَهُنَا رِجَالاً هُمْ أسَنُّ مِنِّي. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

362. Dari Abu Said Samurah bin Jundub RA., ia berkata: “Pada masa Rasulullah SAW. ketika itu aku masih muda. Aku selalu menghapal apa yang datang dari Nabi SAW. Beliau tidak pernah mencegahku untuk berbicara, kecuali jika di sana ada yang lebih tua usianya dariku.” (HR. Bukhari dan Muslim)