Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HADITS BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

HADITS BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
40- BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN ANJURAN BERSILATURRAHIM

Ayat tentang berbakti kepada orang tua

قال الله تعالى : ]وَاعْبُدُوا الله َوَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي اْلقُرْبَى وَاْليَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْجَارِذِي اْلقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ( ]النساء : 36[

Allah SWT. berfirman: “Dan sembahlah Allah, dan janganlah menyekutukannya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtuamu, sanak famili, anak-naak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu.” (Qs. An Nisaa (04) : 36)

وقال تعالى : ] وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ ( ] النساء : 1 [

Allah SWT berfirman: “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya, kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.” (Qs. An Nisaa (04) : 01)

وقال تعالى : ] وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ الله ُبِهِ أنْ يوصَلَ ( ] الرعد : 21 [

Allah SWT. berfirman: “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan.” (Qs. Ar Ra’d (13): 21).

وقال تعالى : ] وَوَصَّيْنَا اْلإنْسَان بِوَالِدَيهِ حُسْنًا( ]العنكبوت : 8[

Allah SWT berfirman: “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tua.” (Qs. Al Ankabuut (39) 8)

Dalil tentang berbakti kepada orang tua

وقال تعالى: ]وَقَضَى رَبُّكَ أنْ لاَتَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِااْلوَالِدَينِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْكِلاَهُمَا فَلاَتَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلاَتَنْهَرْ هُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا ، وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيْرًا ( ]الإسراء : 23-24[

Allah SWT berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sudah sampai lanjut usia dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan “ah”, dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada meraka perkataan yang baik. Dan merendah dirilah terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang, dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka telah telah mendidik aku sejak kecil.” (Qs. Al Israa’ (17): 23-24)

وقال تعالى: ]وَوَصَيْنَا اْلإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيكَ ( ]لقمان : 14[

Allah SWT berfirman: “Dan kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya, di mana ibunya telah mengandung mereka dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, kemudian menyapihnya (menyusuinya) selama dua tahun. (Dengan demikian) Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu.” (Qs. Luqman (31): 14)

Hadits tentang berbakti kepada kedua orang tua

317- وَعَنْ أَبِى عَبْدِ الَّرحْمَنِ عَبْدِ الله بْنِ مَسْعُوْدٍ رَ ضِيَ الله عَنْهُ قاَلَ : سَأَلْتُ النَّبِيَّ  أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى الله تَعَالَى ؟ قاَلَ : (( الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا )) قُلْتُ : ثُمَّ أيٌّ ؟ قاَلَ : (( بِرُّ اْلوَالِدَينِ )) قُلْتُ : ثُمَّ أيٌّ ؟ قاَلَ : (( الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

317. Dari Abu Abdurrahman bin Mas’ud. RA, ia berkata: “Saya bertanya kepada Nabi SAW. : ”Amal apakah yang paling disukai oleh Allah SWT.? Beliau menjawab: “Shalat tepat pada waktunya. “Saya bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab: “Berbuat baik kepada kedua orangtua. “Saya bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?”, Nabi SAW. menjawab: “Pergi berjihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

318- وَعَنْ أََبِي هُرَيْرَةَ رَ ضِيَ الله عَنْهُ قاَلَ : قاَلَ رَسُوْلُ الله  : (( لاَ يَجْزِي وَلَدٌ وَالِدًا , إِلاَّ أنْ يَجِدَهُ مَمْلُوكًا فَيَشْتَرِيَهُ فَيُعْتِقَهُ )) رَوَاهُ مُسْلِمُ.

318. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: “Rasulullah SAW. bersabda, “Tiadalah seseorang itu mampu membalas budi terhadap orangtuanya, kecuali jika dia mendapatkan orangtuanya sebagai seorang budak, kemudian ia beli dan memerdekakannya.” (HR. Muslim)

319- وَعَنْهُ أيضأ رَ ضِيَ الله عَنْهُ, أنَّ رَسُوْلَ الله  قاَلَ : (( مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَومِ الآخِرِ , فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ , مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَومِ الآخِرِ , فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ , مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَومِ الآخِرِ , فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

319. Dari Abu Hurairah RA., ia berkata: “Rasulullah SAW. bersabda, “Siapa saja yang (menyatakan dirinya) beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Siapa saja (yang menyatakan dirinya) beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia menghubungkan tali persaudaraan. Dan siapa saja (yang menyatakan dirinya) beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah ia berkata yang baik, atau berdiam (saja).” (HR. Bukhari dan Muslim)

320- وَعَنْهُ قاَلَ: قاَلَ رَسُوْلُ الله : (( إِنَّ الله َتَعَالَى خَلَقَ الْخَلْقَ حَتىَّ إِذَا فَرَغَ مِنْهُمْ قَامَتِ الرَّحِمُ فَقاَلَتْ : هذَا مُقَامُ اْلعَائِذِ مِنَ اْلقَطِيعَةِ ، قاَلَ: نَعَمْ أمَا تَرْضَينَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكَ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكَ ؟ قاَلَت: بَلَى، قاَلَ: فَذلِكَ لَكِ )) ، ثُمَّ قاَلَ رَسُوْلُ الله  : (( اقْرَؤُوا إِنْ شِئْتُمْ : ]فَهَلْ عَسَيْتُمْ إنْ تَوَلَيْتُمْ أنْ تُفْسِدُوا في الأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أرْحَامَكُمْ . أولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمْ الله ُفَأصَمَهُمْ وَاعْمَى أَبْصَارَهُمْ ( )) ] سورة محمد : 22-23[ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
وفي رواية للبخاري: فقال الله تعالي: (( مَنْ وَصَلَكَ وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعْكِ قَطَعْتُهُ )).

320. Dari Abu Hurairah RA., ia berkata: “Rasulullah SAW. bersabda, ”Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk. Setelah selesai, bangkitlah “rahim” dan berkata: “Aku adalah tempat dimana orang meminta perlindungan kepada-Mu dari pemutusan tali persaudaraan. “Allah berfirman: “Ya, dan tidakkah engkau rela, bahwa Aku akan menyambungkan orang yang berusaha menyambungkanmu (silaturahmi), dan akan memutus orang yang berusaha memutuskanmu (silaturahmi)?. Rahim menjawab: “Ya.” Allah kemudian berfirman: “Itulah bagianmu.” Kemudian Rasulullah SAW. melanjutkan sabdanya: “Jika kalian mau, bacalah ayat ini: “FAHAL ASAITUM,IN TAWALLAITUM AN TUFSIDUU FIL ‘ARDLI WA TUQATHTHIUU ARHAAMAKUM. ULAA-IKALLADZIINA LA’ANAHUMULLAAHU FA-ASHAMMAHUM WA A’MAA ABSHAARAHUM” (Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan berbuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan tali persaudaraan ?. Mereka itulah yang dilaknati Allah, dan ditulikan telinga mereka oleh Allah, serta dibutakan penglihatan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat imam Bukhari, Allah SWT, berfirman: “ barang siapa yang menyambungkanmu (silaturahmi), akan Aku sambungkan. Dan barang siapa yang memutuskanmu (silaturahmi), maka Aku akan memutuskan (silaturahmi)nya.”

321- وَعَنْهُ رَ ضِيَ الله عَنْهُ قاَلَ: جاَءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ الله  فَقاَلَ: يا رَسُوْلَ الله مَنْ أَحَقُ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي ؟ قاَلَ : (( أُمُّكَ )) قاَلَ: ثُمَّ مَنْ ؟ قاَلَ : (( أُمُّكَ )) قاَلَ : ثُمَّ مَنْ ؟ قاَلَ : (( أُمُّكَ )) قاَلَ : ثُمَّ مَنْ ؟ قاَلَ : (( أَبُوكَ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

وَ فِي رِوَايَةٍ : يا رَسُوْلَ الله مَنْ أحَقُّ بِحُسْنِ الصَّحْبَةِ ؟ قاَلَ : (( أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبَاكَ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ )).

321. Dari Abu Hurairah RA., ia berkata: “Suatu ketika seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW. kemudian berkata: “Wahai Rasulullah!, Siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baikku?, Rasulullah menjawab: “Ibumu !”. Lalu orang tersebut bertanya lagi: “Lalu siapa lagi”. Nabi menjawab: “Ibumu !. Orang tersebut bertanya lagi: “Lalu siapa lagi?, Nabi menjawab: “Ibumu !”. Orang tersebut bertanya lagi: “Kemudian siapa lagi ?, Nabi kemudian menjawab: “Bapakmu !.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan: Wahai Rasulullah!, Siapakah yang paling berhak aku perlakukan secara baik?, Beliau menjawab: “Ibumu, kemudian Ibumu, kemudian ibumu, kemudian Bapakmu, setelah itu orang yang paling dekat denganmu, kemudian yang dekat lagi, begitu seterusnya.”

contoh berbakti kepada orang tua

322- وَعَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ  قاَلَ : (( رَغِمَ أنفُ ثُمَّ رَغِمَ أنفُ ثُمَّ رَعِم أدْرَكَ أبَوَيْهِ عِنْدَ اْلكِبَرِ ، أحَدُهُمَا أوكِلاَهُمَا فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ )) رَوَاهُ مُسْلِمُ.

322. Dari Abu Hurairah RA., ia berkata: ”Nabi SAW. bersabda, “Amat hina, dan sungguh hina orang yang masih sempat mendapatkan salah satu atau kedua orangtuanya hidup di usia tuanya. Kemudian kesempatan (berbuat baik itu) tidak digunakannya untuk masuk ke dalam surga. (HR. Muslim)

323- وَعَنْهُ رَ ضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قاَلَ: ياَ رَسُوْلُ الله إِنَّ لِي قَرَابَةً أصِلُهُمْ وَيَقْطَعُونَنِي وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إِلَيَّ وَأَحْلَمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ . فقاَلَ : (( لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمْ الْمَلَّ وَلاَيَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيْرٌ عَلَيْهِمْ مَادُمْتَ عَلَى ذَالِكَ )) رَوَاهُ مُسْلِمُ.

323. Dari Abu Hurairah RA., ia berkata: “Seseorang berkata kepada Rasulullah SAW.: ”Wahai Rasulullah, Sesungguhnya saya memiliki hubungan kekerabatan, saya selalu berusaha menyambungkannya, namun mereka (sanak saudara saya) selau memutuskannya. Saya selalu berusaha berbuat baik kepada mereka, dan mereka membalasnya dengan berbuat jahat kepada saya. Saya senantiasa santun kepada mereka, tetapi mereka semakin acuh kepada saya.” Nabi SAW. bersabda: “Seandainya benar apa yang kamu ucapkan itu, maka (dengan penolakan mereka) kamu seakan-akan menyuapkan abu panas kepada mereka[1]. Dan Allah senantiasa berada di belakangmu (memberi pertolongan), sepanjang mereka bersikap demikian terhadapmu. (HR. Muslim)

324- وَعَنْ أَنَسٍ رَ ضِيَ الله عَنْهُ، أنَّ رَسُوْلَ الله  قاَلَ: ((من أحَبَّ أنْ يُبْسَطَ لَهُ في رِزْقِهِ وَيُنْسأَلَهُ في أثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

324. Dari Anas RA ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, ‘Barang siapa yang ingin mendapatkan kelapangan rezeki, dan umur yang panjang. Hendaklah ia senantiasa menyambung tali silaturrahminya (Persaudaraan)." (HR Bukhari dan Muslim)

ayat dan hadits berbakti kepada orang tua

325- وَعَنْهُ قاَلَ: كَانَ أبُو طَلْحَةَ أكْثَرَ الأَنْصَاِر بالْمَدِينَةِ مَالاً مِنْ نَخْلٍ، وَكاَنَ أحَبُّ أمْوَاله إلَيْهِ بَيْرَحاَءُ وَكَانَتْ مَسْتَقْبَلَةَ الْمَسْجِدِ وَكَانَ رَسُوْلُ الله  يَدْخُلُهَا وَيَشْرَبُ مِنْ مَاءٍ فِيْهَا طَيِّبٌ فَلَمَّا نَزَلَتْ هذِهِ الآيَةُ:]لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ( ]آل عمران : 92[ قَامَ أبُو طَلْحَةَ إلَى رَسُوْلِ الله  فقاَلَ: يارَسُوْلَ الله إنَّ الله تَبَارَكَ وتَعَالَى يَقُوْلُ: ]لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ( وَإنَّ أحَبَّ ماَلي إلَيَّ بَيْرَحَاءُ وأنَّهَا صَدَقَةٌ ِللهِ تَعَالَى أرْجُو بِرَّهَا وَذُخْرَهَا عِنْدَ الله تَعَالَى فَضَعْهَا يَارَسُوْلُ الله حَيْثُ أرَاكَ اللهُ. فقاَلَ الله :بَخٍ ذلِكَ مَالٌ رابِحٌ ذلِكَ مَالٌ رَابِحٌ! وَقَدْ سَمِعْتُ مَاقُلْتَ وَإنِّي أرَى أنْ تَجْعَلَهَا في الأقْرَبينَ)) فقاَلَ أبُوطَلْحَةَ: أفْعَلُ يارَسُوْلُ الله، فَقَسَّمَهَا أبُو طَلْحَةَ فِي أقَارِبِهِ وَبَنِي عَمِّهِ، مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

325. Dari Anas RA., ia berkata: “Abu Thalhah RA. adalah orang yang paling kaya dengan pohon kurmanya di kota Madinah. Di antara Harta (kebun Kurma) yang paling disukainya adalah kebun Kurma Bairuha’ yang terletak dekat masjid Nabawi. Rasulullah SAW. sering masuk ke kebun itu dan minum air tawar yang ada di dalamnya. Anas kemudian berkata: “Ketika turun ayat: “LAN TANAALUL BIRRA HATTAA TUNFIQUU MIMMAA TUHIBBUUN, (Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sampai kamu menafkahkan sebagian dari harta yang paling kamu cintai). Maka Abu Thalhah mendatangi Rasulullah SAW. dan berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya telah turun ayat kepadamu yang berbunyi: “LAN TANAALUL BIRRA HATTA TUNFIQUU MIMMAA TUHIBBUUN, dan harta yang paling saya sukai adalah kebun Bairuha’, oleh karena itu kebun tersebut saya sedekahkan semata-mata mengharapkan keridhaan Allah Ta’ala. Saya berharap semoga bisa menjadi kebaktian dan menjadi simpanan (investasi) di sisi Allah SWT. Maka pergunakanlah (kebun ini) sesuai dengan yang ditunjukkan Allah terhadapmu.” Rasulullah SAW. bersabda, “Bagus sekali, itulah harta yang menguntungkan, itulah harta yang memberi keuntungan. Sungguh saya telah mendengar ucapanmu, dan menurutku, baiknya kebun itu engkau bagikan kepada karib kerabatmu. Maka Abu Thalhah berkata: “Wahai Rasulullah, saya akan melakukan petunjukmu.” Akhirnya Abu Tahlhah pun pergi membagi-bagi kebun itu kepada kerabatnya dan saudara-saudara sepupunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)[2]

hadits tentang berbakti kepada orang tua dan artinya

326- وَعَنْ عَبْدِ الله بْنِ عَمْرُو بْنِ الْعَاصِ رَ ضِيَ الله عَنْهُما قاَلَ: أَقْبَلَ رَجُلٌ إِلَى نَبيِّ الله  فقاَلَ: أُبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِ وَالْجِهَادِ أَبْتَغِي الأجْرَ مِنَ الله تَعَالَى. قاَلَ: ((فَهَلْ لَكَ مِنْ وَالِدَيْكَ أحَدٌ حَيٌّ))؟ قاَلَ: نَعَمْ بَلْ كِلاهُمَا. قاَلَ: ((فَتَبْتَغِي الأجْرَ مِنَ الله تَعَالَى))؟ قاَلَ: نَعَم. قاَلَ: ((فَارْجِعْ إِلَى وَالِدَيْكَ فَأحْسِنْ صُحْبَتَهُمَا)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وهذَا لَفْظُ مسلِم.
وَ فِي رِوَايَةٍ لَهُمَا: جَاءَ رَجُلٌ فَاسْتَأْذَنَهُ في الجِهَادِ قاَلَ: ((أحَيٌّ وَالِدَاكَ))؟ قاَلَ: نَعَمْ، قاَلَ: ((فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ)).

326. Dari Abdullah bin ‘Amr bin Ash ia berkata: “Seseorang datang menjumpai Rasululullah SAW. lalu berkata: “Aku berbaiat kepadamu untuk berhijrah dan berjihad (di jalan Allah) semata-mata mengharapkan ganjaran dari Allah SWT. Rasulullah bertanya, “Apakah di antara kedua orangtuamu masih ada yang hidup?”. Orang itu menjawab: “Ya, kedua-duanya masih hidup.” Rasulullah kembali bertanya: “Apakah kamu mengharapkan pahala dari Allah? “Orang itu menjawab: “Ya,” Rasulullah bersabda: “Kembalilah (untuk berbakti) kepada kedua orang tuamu, kemudian pergaulilah keduanya dengan baik.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan: “Seorang laki-laki menghadap kepada Rasulullah SAW. meminta izin untuk ikut berjihad. Rasulullah bertanya: “Apakah kedua orangtuamu masih hidup?”. Laki-laki itu menjawab: “Ya (kedua-duanya masih hidup)”. Rasulullah bersabda: “Berbaktilah kepada kedua orang tuamu, karena hati itu juga termasuk jihad.” (HR. Bukhari dan Muslim)

327- وَعَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ  قاَلَ: ((لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالمُكَافِىء وَلكِنْ الْوَاصِلَ الَّذِي إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا)) رَوَاهُ الْبُخَارِي.

327. Dari Abdullah bin ‘Amr bin Ash RA. dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Bukanlah yang dimaksud dengan “Al Washil” (penyambung hubungan kekeluargaan) orang yang berusaha membalas budi baik sanak keluarganya. Akan tetapi, yang dikatakan penyambung hubungan kekeluargaan adalah orang yang ketika tali persaudaraannya dengan sanak saudaranya terputus, dia berusaha menyambungnya (kembali).” (HR. Bukhari dan Muslim)

328- وَعَنْ عَائِشَةَ قاَلَتْ: قاَلَ رَسُوْلُ الله  : ((الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالعَرْشِ تَقُولُ: مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللهُ، وَمَنُ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللهُ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

328. Dari Aisyah RA dari Nabi SAW. Beliau bersabda, “Rahim itu, tergantung di ‘arsy. Rahim berkata: “Barang siapa yang berusaha menyambungkanku (bersilaturahmi), maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutuskanku (tidak bersilaturahmi), maka Allah akan memutuskannya.” (HR. Bukhari dan Muslim),

329- وَعَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ مَيْمُوْنَةَ بِنْتِ الْحَارِثِ رَ ضِيَ الله عَنْهُا، أنَّهَا أعْتَقَتْ وَلِيدَةً وَلمَ تَسْتَأْذِنِ النَّبيَّ ، فَلَمَّا كَانَ يَوْمُهَا الَّذِي يَدُورُ عَلَيْهَا فِيه قاَلَت:أشَعُرْتَ يَا رَسُوْلَ الله إنِّي أعْتَقْتُ وَليدَتِي؟ قاَلَ: ((أوَفَعَلْتِ))؟ قاَلَتْ: نَعَمْ. قاَلَ: ((أَمَّا إِنَّكِ لَوْ أعْطَيْتِهَا أَخْوَالَكِ كاَنَ أعْظَمَ لأجْرِكِ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

329. Dari Ummul Mukminin, Maimunah binti Al Harits RA., ia bercerita bahwa dirinya telah memerdekakan seorang budak perempuannya tanpa minta izin sebelumnya dari Rasulullah SAW. Ketika giliran beliau (untuk bersama Rasulullah SAW.) tiba, ia berkata: “Wahai Rasulullah, Apakah kamu berfirasat bahwa saya telah memerdekakan budak perempuan saya?” Rasulullah SAW. menjawab: “Apakah kamu telah melakukannya?.” Maimunah RA. menjawab: “Ya, saya telah melakukannya.” Rasulullah bersabda, “Seandainya kamu memberikan budak perempuan tersebut kepada bibimu (untuk melayani mereka), niscaya engkau akan mendapat pahala yang lebih besar.” (HR. Bukhari dan Muslim).

keutamaan berbakti kepada orang tua

330- وَعَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ رَ ضِيَ الله عَنْهُما، قاَلَت: قَدِمَتْ عَلَيَّ أُمِّي وَهِيَ مُشرِكةٌ فِي عَهْدِ رَسُوْلِ الله ، فَاسْتَفْتَيْتُ رَسُوْلَ الله r قُلْتُ : قَدِمَتْ عَلَيَّ أُمِّي وَهِيَ رَاغِبَةٌ افَأصِلُ أُمِّي ؟ قاَلَ : (( نَعَمْ صِلِي أُمَّكِ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

330. Dari Asma’ binti Abu Bakar Ash Shiddiq RA., ia berkata: “Ketika Rasulullah SAW. masih hidup, Ibuku –yang masih musyrik- datang mengunjungiku. Hal ini saya adukan kepada Rasulullah SAW. Saya berkata: “Wahai Rasulullah !, ibuku telah datang mengunjungiku untuk menjalin hubungan baik denganku. Apakah aku boleh menjalin hubungan dengan ibuku?”. Rasulullah SAW. bersabda: “Ya, jalinlah hubungan baik dengan ibumu.”(HR. Bukhari dan Muslim),

331- وَعَنْ زَيْنَبٍ الثَّقِفِيَّةِ اِمْرَأَةُ عَبْدِ الله بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ الله عَنْهُ وَعَنْهَا قاَلَتْ : قاَلَ رَسُوْلُ الله  : (( تَصَدَّقْنَ ياَمَعْشَرَ النِّسَاءِ وَلَوْ مِنْ حُلِيِّكُنَّ )) قاَلَتْ : فَرَجَعْتُ إلَى عَبْدِ الله بنِ مَسْعُوْدٍ, فَقُلْتُ لَهُ : إِنَّكَ رَجُلٌ خَفِيفُ ذَاتِ الْيَدِ وَإنَّ رَسُوْلَ الله  قَدْ أَمَرَنَا بِالصَّدَقَةِ فَأْتِهِ , فَاسْأَلهُْ , فَإِنْ كَانَ ذلِكَ يْجُزِئُ عَنِّي وَإلاَّ صَرَفْتُهَا إلَى غَيْرِكُمْ . فَقاَلَ عَبْدُ الله بَلِ ائْتِيْهِ أنتِ . فانْطَلَقتُ فَإذا امْرأةٌ مِنَ الأنْصارِ بِبِابِ رَسُوْلِ اللهِ  حَاجَتِي حَاجَتُهَا, وَكَانَ رَسُوْلُ الله r قَدْ أُلْقِيَتْ عَلَيْهِ الْمُهَابِةُ , فَخَرَجَ عَلَيْنَا بِلاَلٌ فَقُلْنَا لَهُ : ائْتِ رَسُوْلَ الله  فَأخْبَـرَهُ أنَّ امْرَأَتَيْنِ بِالبَابِ تَسْألاَنِكَ : أتُجْزِئُ الصَّدَقَةُ عَنْهُمَا عَلَى أزْوَاجِهمَا وَعَلَى أيْتَامٍ في حُجُوْرِهِمَا, وَلاَ تُخْبِرْهُ مَنْ نَحْنُ. فَدَخَلَ بِلاَلٌ عَلَى رَسُوْلِ الله  فَسَأَلَهُ فَقاَلَ لَهُ رَسُوْلُ الله  : (( مَن هُمَا )) ؟ قاَلَ : امْرَاةٌ مِنَ الأنْصَارِ وَزَيْنَبُ . فقاَلَ رَسُوْلُ الله  : (( أيُّ الزَّيَانِبِ هِيَ )) ؟ قاَلَ : امْرَأةُ عَبْدِ الله . فقاَلَ رَسُوْلُ الله  : (( لَهُمَا أجْرَانِ أجْرٌ القَرَابَةِ وَأجْرُ الصَّدَقَةِ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

331. Dari Zainab Ats Tsaqifiyyah, istri Abdullah bin Mas’ud RA., ia berkata: “Rasulullah SAW. bersabda, “Bersedekahlah wahai kaum muslimah!, sekalipun itu dari perhiasan kalian.” Kemudian saya pulang menemui Abdullah bin Mas’ud dan berkata: “Sesungguhnya kamu adalah orang yang tidak mampu, sementara Rasulullah SAW. memerintahkan kita untuk bersedekah. Datangilah Rasulullah dan tanyakanlah kepada beliau: “Apakah saya akan mendapatkan ganjaran jika bersedekah kepadamu. Dan, jika tidak saya akan menyerahkannya kepada orang lain.” Abdullah berkata: “Sebaiknya kamu saja yang (langsung) menanyakannya kepada Rasulullah.” Maka sayapun mendatangi Rasulullah, dan di saat yang sama ada seorang wanita Anshar berada di pintu Rasulullah bermaksud menanyakan permasalahan yang sama. Maka keluarlah Bilal menemui kami dan kami berkata: “Beritahukanlah kepada Rasulullah SAW., bahwa ada dua orang wanita berada di depan pintu bermaksud untuk menanyakan perihal sedekah, apakah boleh diberikan kepada suami dan anak-anak yatim yang ada dalam asuhannya? Tetapi jangan beritahu siapa kami.” “Bilal kemudian masuk dan menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah SAW. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, beliau terlebih dahulu bertanya: “Siapakah kedua orang wanita itu?”. Bilal menjawab: “Seorang wanita kaum Anshar dan Zainab. Maka beliau bertanya lagi: “Zainab yang mana?. Bilal menjawab: “Istri Abdullah.” Rasulullah pun bersabda: “Kedua wanita itu mendapatkan dua pahala, yaitu pahala karena membantu kerabat dan pahala sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

332- وَعَنْ أَبِي سُفْيَانَ بْنِ حَرْبٍ رَ ضِيَ الله عَنْهُ فِي حَدِيْثـِهِ الطَّوِيْلِ فِي قِصَّةِ هِرَقْلَ, أنَّ هِرقْلَ قاَلَ لِأبي سُفْيَانَ : فَمَاذَا يَأْمُرُكُمْ بِهِ ؟ يَعْنِي النَّبِيُّ  قاَلَ : قُلْتُ: يَقُوْلُ : (( أعْبُدُوا اللهَ وَحْدهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَاتْرُكُوا مَا يَقُوْلُ آباَؤُكُم, وَيَأْمُرُنَا بِالصَّلاةِ وَالصّدْقِ وَالعَفَافِ وَالصِّلَةِ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

332. Dari Abu Sufyan, Sakhr bin Harb RA., -dalam hadisnya yang panjang tentang kisah Heraklius, ia berkata: “Heraklius pernah bertanya kepada Abu Sufyan: “Apa yang diperintahkan oleh Muhammad kepada kalian?. (Yang dimaksud adalah Nabi Muhammad SAW).” Abu Sufyan menjawab: “Nabi SAW. bersabda, “Sembahlah Allah (Tuhanmu) yang Maha Esa!, Jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun!, Tinggalkanlah kepercayaan nenek moyangmu. Beliau juga memerintahkan kami untuk mendirikan shalat, jujur, menjaga diri, dan menyambung tali persaudaraan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

333- وَعَنْ أَبِي ذَرٍّ رَ ضِيَ الله عَنْهُ قاَلَ : قاَلَ رَسُوْلُ الله  : (( إنَّكُمْ سَتَفْتَحُونَ أرْضاً يُذْكَرُ فِيها القِيرَاطُ )) وَ فِي رِوَايَةٍ : (( سَتَفْتَحُونَ مِصْرَ وَهِيَ أرْضٌ يُسَمَّى فِيْها القِيراطُ فَاسْتَوْصُوا بأهْلِهَا خَيْراً , فَإنَّ لَهُمْ ذِمَّةً وَرَحِماً )) وَ فِي رِوَايَةٍ : فَإِذَا افْتَتَحْتُمُوهَا فَأحْسِنُوا إلَى أهْلِهَا فَإنَّ لَهُمْ ذِمَّةً وَرَحِماً )) أو قاَلَ : (( ذِمَّةً وَصِهْرًا )) رَوَاهُ مُسْلِمُ .
قاَلَ العلماء : الرَّحِمُ الَّتِي لَهُمْ كَوْنُ هَاجَرَ أُمِّ إسْمَاعِيلَ  مِنْهُمْ . وَ(( الصِّهْرُ )) كَوْنَ مَاريةَ أمِّ إبْراهيمَ ابن رَسُوْلُ الله  مِنْهُم .

333. Dari Abu Dzar RA., ia berkata: “Rasulullah SAW. bersabda, “Suatu saat nanti kalian akan menaklukkan negeri yang bernama “Al-Qirath.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Kalian akan menaklukkan Mesir, yaitu tempat yang dinamakan Al-Qirath. Maka nasehatilah penduduknya dengan baik. Karena mereka berhak mendapatkan perlindungan dan punya kekerabatan dengan kita. Dalam riwayat lain disebutkan: “Jika kamu menaklukannya maka perlakukanlah mereka secara baik-baik, karena mereka berhak dilindungi, dan termasuk sanak kerabat. Dalam redaksi lain, beliau bersabda: “Mereka berhak mendapat perlindungan dan mereka termasuk ipar.” (HR. Muslim)

Sebagian ulama berpendapat: “Nabi menyebut “sanak kerabat” karena Hajar, Ibu Nabi Ismail as. Berasal dari Mesir. Sedangkan yang dimaksud dengan “ipar” karena istri Nabi, Mariah berasal dari Mesir.”

334- وَعَنْ أََبِي هُرَيْرَةَ رَ ضِيَ الله عَنْهُ قاَلَ : لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ اْلآيَةِ )وَأنْذِر عَشِيْرَتَكَ الأقْرَبِينَ( (الشعراء : 214) دَعَا رَسُوْلُ الله  قُرَيْشًا فَاجْتَمَعُوا فَعَمَّ وَخَصَّ وقاَلَ : (( يَابَنِي عَبْدِ شَمْسٍ , يَابَنِي كَعْبِ بْنِ لُؤيِّ , أنقِذُوا أنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ, يَابَنِي مُرَّةُ بن كَعْبٍ أنْقِذُوا أنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ, يَابَنِي عَبْدِ منَاَف أنْقِذُوا أنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ, يَابَنِي هَاشِمَ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ , يَا بَنِي عَبْدِ اْلمُطَلِّبِ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ , يَا فَاطِمَةُ أنْقِذِي نَفْسَكِ مِنَ النَّارِ, فَإنيِّ لاَ أمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئاً, غَيْرَ أنَّ لَكُمْ رَحِماً سَأبُلُّهَا بِبِلاَلِهَا )) رَوَاهُ مُسْلِمُ .

334. Dari Abu Hurairah RA., ia berkata: “Ketika ayat yang berbunyi “WA ANDZIR ASYIIRATAKAL AQRABIIN” (Dan berikanlah peringatan kepada karib-kerabatmu yang terdekat). Rasulullah SAW. menyeru kaum Quraisy. Akhirnya mereka berkumpul. Kemudian beliau memanggil secara umum dulu kemudian secara khusus. Beliau memanggil: “Wahai Bani Ka’ab bin Lu’ay, selamatkan dirimu dari siksa neraka!, Wahai Bani Murrah bin Ka’ab, Selamatkan dirimu dari siksa neraka!, Wahai Bani Abdi Syams selamatkan dirimu dari siksa neraka!, Wahai Bani Abdi Manaf, selamatkan dirimu dari siksa neraka!, Wahai Bani Hasyim selamatkan dirimu dari siksa neraka!, Wahai Bani Abdul Muththalib selamatkan dirimu siksa api neraka!, Wahai Fatimah, selamatkan dirimu dari siksa neraka!, Karena, sungguh aku tidak akan sanggup menyelamatkan kalian dari azab Allah. Namun, aku masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan kalian. Maka aku akan menjalin hubungan (ini) dengan sebaik-baiknya.” (HR. Muslim).

335- وَعَنْ أَبِي عَبْدِ الله عَمْرُو بْنِ الْعَاصِ رَ ضِيَ الله عَنْهُما قاَلَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ الله  جِهَارًا غَيْرَ سِرَّ يَقُوْلُ : (( إنَّ آل بَني فُلاَن لَيْسُوا بِأوْلِيَائِي إنَّمَا وَلِيِّيَ اللهُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِيْنَ وَلَكِنْ لَهُمْ رَحِمَ أبُلُّهَا بِبِلاَلِهَا)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِي.

335. Dari Abdullah Amr bin Ash RA. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW. berkata secara jelas dan terang, tanpa menyembunyikan sesuatu: “(Ketahuilah!) Keluarga bani Fulan adalah bukan pelindungkuku, Tapi pelindungku adalah Allah dan orang-orang mukmin yang shaleh. Tetapi bagi mereka yang mempunyai hubungan kerabat, aku akan menjaga hubungan itu dengan sebaik-baiknya.” (HR. Bukhari dan Muslim, -lafad dari Bukhari)

336- وَعَنْ أَبِي أَيُّوْبَ خَالِدِ بْنِ زَيْدٍ اَلْأَنْصَارِي رَضِيَ الله عَنْهُ، أَنَّ رَجُلاً قاَلَ: ياَ رَسُوْلَ الله أخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ. فقال النَّبِيُّ : ((تَعْبُدُ اللهَ وَلاَتُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحمَ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

336. Dari Abu Ayyub, Khalid bin Zaid Al Anshari RA., ia berkata: “Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah: ‘Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku amal apa yang dapat memasukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari api neraka. Nabi SAW. menjawab: “Sembahlah allah dan jangan mempersekutukan-Nya, dirikanlah salat, bayarlah zakat dan sambungkanlah tali kekerabatan. (HR. Bukhari dan Muslim)

337- وَعَنْ سَلْمَانِ بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ  قَالَ: ((إِذَا أفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ فَإِنَّهُ بَرَكَةٌ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ تَمْرًا فَالْمَاُء فَإِنَّهُ طَهُورٌ)) وَقاَلَ: ((الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكينِ صَدَقَةٌ، وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ ثِنْتَانِ، صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ)) رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقَالَ: حَدِيْثُ حَسَنٌ.

337. Dari Salman bin ‘Amr RA., dari Nabi SAW., beliau bersabda, Jika salah seorang di antar kalian berbuka puasa, hendaklah ia berbuka dengan kurma, karena berkah yang dikandungnya. Jika tidak ada, hendaklah dengan air karena sesungguhnya air itu suci. Beliau juga bersabda, “sedekah kepada orang miskin hanya mendapatkan pahala sedekah saja, sedangkan sedekah kepada sanak kerabat, mengandung dua macam keutamaan, yaitu sedekah dan menghubungkan tali kekerabatan. (HR. Tirmidzi)

338- وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ: كَانَتْ تَحْتِي امْرَأةٌ وَكُنْتُ أحِبُّهَا وَكَانَ عُمَرُ يَكْرَهُهَا فَقَالِي: طَلِّقْهَا: فَأبَيْتُ، فَأتَى عُمَرُ رَضِيَ الله تَعاَلَى عَنْهُ النَّبِيَّ  فَذَكَرَ ذلِكَ لَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ :((طَلِّقْهَا)) رَوَاهُ أَبُو دَاوُدُ، وَالتِّرْمِذِي وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.

338. Dari Ibnu Umar RA., ia berkata: “Saya mempunyai istri yang sangat saya cintai, namun ayahku tidak senang padanya, sehingga ia berkata: “Talaklah istrimu.” Saya pun enggan untuk mengikuti perintahnya. Dan karenanya, Umar RA. mendatangi Nabi SAW. dan menceritakan kepada beliau tentang diriku. Beliau bersabda (kepadaku): “ceraikanlah istrimu!” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Tirmidzi berkata: “Hadis ini, derajatnya hasan-shahih)

cara berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal 

339- وَعَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً أَتَاهُ قَالَ: إِنَّ لِي اِمْرَأَةٌ وَإِنَّ أمِّي تَأْمُرُنِي بِطَلاَقِهَا؟ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ الله  يَقُوْلُ: ((الْوَالِدُ أوْسَطُ أبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإنْ شِئْتَ فَأضِعْ ذلِكَ الْبَابَ أوآحْفَظْهُ)) رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.

339. Diriwayatkan dari Abu Darda RA., bahwa seseorang telah mendatangi dirinya dan berkata: “Wahai Abu Darda, saya mempunyai seorang istri dan ibu menyuruhku untuk menceraikannya.” Kemudian Abu Darda berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda, “orang tua itu bagaikan pintu surga yang paling tengah. Terserah kamu, apakah akan menyia-nyiakannya atau menjaganya.” (HR. Tirmidzi. Tirmidzi berkata: “Hadis ini, derajatnya hasan-shahih)

340- وَعَنِ الْبَرَّاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ  قاَلَ: ((الْخَالَةُ بِمَنْزِلَةِ الأُمِّ)) رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقَالَ: حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ.

340. Dari Al-Barra bin ‘Aazib RA., dari Nabi SAW., beliau bersabda, “bibi kedudukannya sama dengan ibu.” (HR. Tirmidzi. Tirmidzi berkata: “Hadis ini shahih.”)

340|1- حَدِيْثُ عَمْرو بْنِ عَبَسَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ الطَّويلُ الْمُشْتَمِلُ عَلَى جُمَلٍ كَثيرةٍ مِنْ قَواعِدِ الإِسْلاَمِ وآدَابِهِ وَسَأَذْكُرُهُ بتَمَامِهِ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى فِي بَابِ الرَّجَاءِ، قَالَ فِيْهِ: دَخَلْتُ عَلَى النَّبي  بَمَكَّةَ يَعْنِي في أوَّلِ النُّبُوَّةِ فَقُلْتُ لَهُ: مَا أنْتَ؟ قَالَ: ((نَبيٌّ)) فَقُلْتُ: وَمَا نَبِيٌّ؟ قَالَ: ((أرْسَلَنِي اللهُ تعالى)) فَقُلْتُ: بأيِّ شَيْءٍ أرْسَلَكَ؟ قَالَ: ((أرْسَلَنِي بِصِلَةِ الأَرْحَامِ وَكَسْرِ الأَوثَانِ وَأنْ يُوَحَّدَ اللهُ لاَيُشْرَكَ بِهِ شَيْء)) .

340. Dari ‘Amr bin ‘Abasah RA., ia berkata: “Saya mendatangi Rasulullah SAW. di Makkah pada permulaan kenabiannya dan saya bertanya kepadanya: “Apakah jabatanmu?” Beliau menjawab: “Nabi.” Saya bertanya lagi: “Apakah Nabi itu?” Beliau menjawab: “Allah Ta’ala mengutusku.” Saya bertanya: “Untuk apa Allah mengutusmu?” Beliau menjawab: “Allah mengutusku untuk menghubungkan tali persaudaraan, menghancurkan berhala dan meng-Esakan Allah dengan tidak menyekutukan-Nya.” Dan seterusnya.

[1] Dari apa yang mereka lakukan, mereka hanya akan mendapatkan dosa dan siksaan dari Allah SWT.
[2] Sebelumnya hadis ini telah dicantumkan dengan nomor hadis 302