Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HADITS ANJURAN HIDUP SEDERHANA

Hadits Anjuran Hidup Sederhana
56- ANJURAN HIDUP SEDERHANA

Allah SWT berfirman:

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَوةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا إلاَّ مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلاَ يُظْلَمُوْنَ شَيْئاً ( مريم : 59-60)

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.” (Qs. Maryam (19): 59-60).

Firman Allah SWT:
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ في زِيْنَتِهِ قَالَ الَّذِيْنَ يُرِيْدُوْنَ الْحَيَوةَ الدُّنْيَا يَالَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوْتِيَ قَارُوْنُ أَنَّهُ لَذُوْ حَظٍّ عَظِيمٍ * وَقَالَ الَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ( القصص : 79-80)

“Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar.” (Qs.Al-Qashash (28): 79-80)

Firman Allah SWT:

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنْ النَّعِيْمِ (التكاثر : 8)

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS. At-Takaatsur (102): 8)

Firman Allah SWT:

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ العَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيْهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيْدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاَهَا مَذْمُوْمًا مَدْحُوْرًا (الإسراء : 18)

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. (Qs. Al-Israa’ (17): 8).

Dan ayat-ayat yang berbicara tentang masalah ini sangat banyak sekali.

496- وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا قَالَتْ : مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ  , مِنْ خُبْزِ شَعِيْرٍ يَوْمَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ حَتَّى قُبِضَ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

وَ فِي رِوَايَةٍ : مَا شَبِعَ اَلِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ , مُنْذُ قَدِمَ الْمَدِيْنَةَ مِنْ طَعَامِ الْبُرِّ ثَلاَثَةَ لَيَالٍ تِبَاعًا حَتَّى قُبِضَ.

496. Dari Siti Aisyah RA., ia berkata, “Keluarga Muhammad SAW. tidak pernah merasa kenyang memakan roti gandung dalam waktu dua hari berturut-turut sampai beliau wafat.” (HR. Bukhari Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan, “Keluarga Muhammad SAW tidak pernah merasa kenyang dari makanan yang terbuat dari biji-bijian sejak beliau tiba di kota Madinah dalam waktu tiga malam berturut-turut sampai beliau wafat.”

497- وَعَنْ عُرْوَةَ , عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا , أَنَّهُا كَانَتْ تَقُوْلُ : وَاللهِ يَاابْنَ أُخْتِي إنْ كُنَّا نَنْظُرُ إلَى الهِلاَلِ ثُمَّ الهِلاَلِ: ثَلاَثَةُ أَهِلَّةٍ فِي شَهْرَيْنِ , وَمَا أُوْقِدَ في أبْيَاتِ رَسُوْلِ اللهِ  نَارٌ. قُلْتُ : ياَخَالَةُ فَمَا كَانَ يُعِيْشُكُمْ ؟ قَالَتْ : الأَسْوَدَانِ التَّمْرُ وَالْمَاءُ , إلاَّ أَنَّهُ قَدْ كَانَ لِرَسُوْلِ اللهِ  جِيْرَانٌ مِنَ الأَنْصَارِ, وَكَانَتْ لَهُمْ مَنَائِحُ وَكَانُوا يُرْسِلُونَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ  مِنْ أَلْبَانِهُا فَيَسْقِيْنَا . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

497. Dari Urwah, dari Siti Aisyah, ia berkata, “Wahai anak saudara perempuanku (keponakanku), demi Allah kami pernah melihat bulan kemudian bulan lagi, tiga kali dalam dua bulan, sedangkan (kami tidak melihat) api dinyalakan di rumah-rumah Rasulullah SAW.” Saya bertanya, “Wahai bibiku, kalau memang begitu, apa yang bibi makan?. Aisyah menjawab, “Kurma dan air, hanya saja sahabat Anshar tetangga Rasulullah SAW yang mempunyai sapi perahan, sering mengantarkan air susu untuk Nabi, maka kami pun turut meminumnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

498- وَعَنْ أَبِي سَعِيْدِ المَقْبُوْرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, أَنَّهُ مَرَّ بِقَوْمٍ بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ شَاةٌ مَصْلِيَّةٌ , فَدَعَوْهُ فَأَبَى أَنْ يَأْكُلَ , وَقَالَ : خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ  مِنَ الدُّنْيَا وَلَمْ يَشْبَعْ مِنْ خُبْزِ الشَّعِيرِ . رَوَاهُ الْبُخَارِي .

498. Dari Sa’id al-Maqburiy, dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Dia pernah melewati suatu kaum yang sedang makan daging kambing dibakar (sate), maka mereka pun mengajak Sa’id untuk turut serta makan bersama mereka, tetapi ia menolak dan berkata, “Rasulullah SAW belum pernah merasa kenyang makan roti gandung sampai beliau wafat.” (HR. Bukahri)

499- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : لَمْ يَأْكُلِ النَّبِي  عَلَى خِوَانٍ حَتَّى مَاتَ , وَمَا أَكَلَ خُبْزًا مُرَقَّقًا حَتىَّ مَاتَ . رَوَاهُ الْبُخَارِي .

499. Dari Anas RA, dia berkata, “Rasulullah SAW tidak pernah makan dengan piring, sampai beliau wafat, beliau juga tidak pernah makan roti yang terbuat dari tepung samapi beliau wafat.” (HR. Bukahri).
500- وَعَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : لَقَدْ رَأَيْتُ نَبِيَّكُمْ  , وَمَا يَجِدُ مِنَ الدَّقَلِ مَايَمْلأُ بِهِ بَطْنَهُ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

500. Dari An-nu’man bin Basyir RA, dia berkata, “Saya pernah melihat Rasulullah SAW tidak mempunyai makanan walaupun hanya kurma yang paling buruk untuk mengisi perutnya.” (HR. Muslim).

501- وَعَنْ سَهْلَ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : مَا رَأَى رَسُوْلُ اللهِ  النّ‍َقِيَّ مِنْ حِيْنِ ابْتَعَثَهُ اللهُ تَعَالَى حَتَّى قَبَضَهُ اللهُ تَعَالَى . فَقِيْلَ لَهُ : هَلْ كَانََ لَكُمْ فِي عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ  مَنَاخِلُ ؟ قَالَ : مَا رَأَى رَسُوْلُ اللهِ  مُنْحُلاً مِنْ حِيْنَ ابْتَعَثَهُ الله ُ تَعَالَى حَتَّى قَبَضَهُ اللهُ تَعَالَى , فَِقِيْلَ لَهُ : كَيْفَ كُنْتُمْ تَأْكُلُوْنَ الشَّعِيْرَ غَيْرَ مَنْخُوْلٍ ؟ قَالَ : كُنَّا نَطْحَنُهُ وَنَنْفُخُهُ , فَيَطِيْرُ مَا طَارَ , وَمَا بَقِيَ ثَرَّيْنَاهُ . رَوَاهُ الْبُخَارِي .

501. Dari Sahl bin Sa’ad RA, ia berkata, “Rasulullah SAW tidak pernah melihat roti yang terbuat dari tepung yang halus sejak beliau diutus oleh Allah SWT hingga beliau wafat.” Ada seseorang bertanya kepada Sahl, “Apakah pada masa Nabi SAW tidak terdapat ayakan? Sahl menjawab, “Beliau tidak pernah melihat ayakan semenjak beliau diutus (menjadi Rasul) oleh Allah SWT sampai beliau wafat.” Lalu Sahl ditanya lagi, “Bagimana kalian makan gandung tanpa diayak terlebih dahulu?, ia menjawab, “Kami menumbuk dan meniup-niupnya, dan sisanya kami masak.” (HR. Bukhari).

502- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ  ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ لَيْلَةٍ ، فَإِذَا هُوَ بِأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، فَقَالَ : ((مَا أَخْرَجَكُمَا مِنْ بُيُوْتِكُمَا هَذِهِ السَّاعَةَ)) قَالَ: الْجُوْعُ يَارَسُوْلَ اللهِ . قَالَ : (( وَأَنَا ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِِهِِ ِ، لَأَخْرَجَنِي الَّذِي أَخْرَجَكُمَا ، قُوْمًا )) فَقَامَا مَعَهُ ، فَأَتَى رَجُلاً مِنَ اْلأَنْصَارِ ، فَإِذَا هُوَ لَيْسَ فيِ بَيْتِهِ ، فَلَمَّا رَأَتْهُ الْمَرْأَةُ قَالَتْ : مَرْحَبًا وَأَهْلاً . فَقَالَ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ  : (( أَيْنَ فُلاَنُ ؟ )) قَالَتْ : ذَهَبَ يَسْتَعْذِبُ لَنَا الْمَاءَ . إِذ ْجَاءَ اْلأَنْصَارِيُّ , فَنَظَرَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ  , وَصَاحِبَيْهِ , ثُمَّ قَالَ : اَلْحَمْدُ ِللهِ , مَا أَحَدُ اْليَوْمَ أَكْرَمَ أَضْيَافًا مِنِّي , فَأَنْطَلَقَ فَجَاءَهُمْ بِعِذْقٍ فِيْهِ بُسْرٌ وَتَمْرٌ وَرُطَبٌ , فَقَالَ : كُلُوْا , وَأَخَذَ الْمُدْيَةَ , فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ  : (( إِيَّاكَ وَالْحَلُوْبَ )) فَذَبَحَ لَهُمْ , فَأَكَلُوْا مِنَ الشَّاةِ وَمِنْ ذَلِكَ انْعِذْقِ وَشَرِبُوْا . فَلَمَّا أَنْ شَبِعُوا وَرَوُوا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  ِلأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ الله ُعَنْهُمَا : (( وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ , لَتُسْأَلُنَّ عَنْ هَذَا النَّعِيْمِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ , أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُيُوْتِكُمُ الْجُوْعُ , ثُمَّ لَمْ تَرْجِعُوْا حَتَّى أَصَابَكُمْ هَذَا النَّعِيْمُ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

502. Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Pada suatu hari atau malam hari Nabi SAW keluar, lalu bertemu dengan Abu Bakar dan Umar RA. Beliau bertanya, “Mengapa kalian keluar rumah di saat-saat seperti ini?, Abu Bakar dan Umar menjawab, “Karena lapar, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, saya juga demikian (lapar), mari kita pergi bersama-sama!, kedunya pun pergi bersama Rasulullah SAW mendatangi salah satu rumah sahabat Anshar, tetapi ia tiak ada di rumahnya. Ketika istrinya melihat mereka, ia pun segera menyambutnya dengan mengucapkan, “Selamat datang.” Nabi SAW bertanya, “Di mana suamimu?”, ia menjawab, “Sedang pergi mengambil air segar (dingin).” Tiba-tiba datang sahabat Anshar itu dan melihat Rasulllah SAW, yang bersama dengan kedua sahabatnya, seraya berkata, “Puji syukur kepada Allah, pada hari ini tidak ada seorang pun yang mempunyai tamu yang lebih mulia dari pada tamuku ini.” Kemudian ia pergi mengambil bejana yang berisi air dingin, kurma dan buah anggur, seraya mempersilahkan, lalu ia mengambil pisau, tetapi Rasulullah SAW menegurnya, “Saya haraf kamu tidak menyembelih kambing perahan itu!.” Kemudian ia menyembelih kambing yang lain, lalu mereka makan daging kambing, kurma dan buah anggur bersama-sama, dan meminum air. Setelah mereka kenyang dan segar kembali, Rasulullah SAW berkata kepada Abu Bakar dan Umar RA, “Demi dzat yang di jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh pada hari kiamat kalian akan ditanya tentang nikmat ini. Kalian keluar dari rumah dengan perut lapar, kemudian kalian tidak kembali sebelum menikmati jamuan ini.” (HR. Muslim)

Adapun sahabat Anshar yang dikunjungi oleh Rasulullah SAW bernama Abul Haitsam bin Tayyihan, sebagaimana yang tercantum pada riwayat imam Tirmidzi dan lainnya.

503- وَعَنْ خَالَدِ بْنِ عُمَيْر اْلعَدَوِيِّ قَالَ : خَطَبَنَا عُتْبَةُ بْنُ غَزْوَانَ , وَكَانَ أَمِيْرًا عَلَى الْبَصْرَةِ , فَحَمِدَ اللهَ وَأثْنَى عَلَيْهِ , ثُمَّ قَالَ : أَمَّا بَعْدُ , فَإِنَّ الدُّنْيَا قَدْ أَذَنَتْ بِصُرْمٍ , وَوَلَّتْ حَذَّاءَ , وَلَمْ يَبْقَ مِنْهَا إِلاَّ صُبَابَةٌ كَصُبَابَةِ اْلإِنَاءِ يَتَصَابُّهَا صَاحِِبُهَا , وَإِنَّكُمْ مُنْتَقِلُوْنَ مِنْهَا إِلَى دَارٍ لاَ زَوَالَ لَهَا , فَانْتَقِلُوْا بِخَيْرِ مَا بِحَضْرَتِكُمْ , فَأَنَّهُ قَدْ ذُكِرَ لَنَا أَنَّ الْحَجَرَ يُلْقَى مِنْ شَفِيْرِ جَهَنَّمَ فَيَهْوِي فِيْهَا سَبْعِيْنَ عَامًا , لاَ يُدْرِكُ لَهَا قَعْرًا , وَاللهِ لَتُمْلَأَنَّ أَفَعَجِبْتُمْ ؟ وَلَقَدْ ذُكِرَ لَنَا أَنَّ مَا بَيْنَ مِِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيْعِ الْجَنَّةِ مَسِيْرَةَ أَرْبَعِيْنَ عَامًا , وَلِيَأْتِيَنَّ عَلَيْهَا يَوْمٌ وَهُوَ كَظِيْظٌ مِنَ الزِّحَامِ , وَلَقَدْ رَأَيْتُنِي سَابِعَ سَبْعَةٍ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ  , مَا لَنَا طَعَامٌ إِلاَّ وَرَقُ الشَّجَرِ , حَتَّى قَرِحَتْ أَشْدَاقُنَا , قَالَتْقَطْتُ بُرْدَةً فَشَقَقْتُهَا بَيْنِي وَبَيْنَ سَعْدِ بْنِ مَالِكٍ , فَاتَّزَرْتُ بِنِصْفِهَا , وَاتَّزَرَ سَعْدٌ بِنِصْفِهَا , فَمَا أَصْبَحَ الْيَوْمَ مِنَّا أَحَدٌ إِلاَّ أَصْبَحَ أَمِيْرًا عَلَى مِصْرٍ مِنَ اْلأَمْصَارِ , وَإِنِّي أَعُوْذُ بِاللهِ أَنْ أَكُوْنَ فِي نَفْسِي عَظِيْمًا , وَعَنْدَ اللهِ صَغِيْرًا . رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

503. Dari Khalid bin Umair al-Adawiy, ia berkata, “Utbah bin Ghazwan yang menjabat gubenur di Bashrah, pernah berpidato di depan kami, setelah ia memuji dan menyanjung Allah, ia berkata, “Sesungguhnya dunia ini telah mengingatkan sebuah kehancuran dan melaju dengan cepatnya, serta tidak akan tersisa, melainkan hanya seperti sisa air dari bejana yang dituangkan pemiliknya. Sesungguhnya kalian akan pindah dari alam dunia ke daerah yang tidak akan binasa lagi, pindahlah kalian dengan berbekal kebaikan. Sesungguhnya telah diceritakan kepada kami, bahwa jika sebuah batu dilemparkan ke dasar Neraka Jahanam, maka dalam waktu tujuh puluh tahun batu tersebut belum sampai ke dasar neraka Jahannam. Demi Allah, Neraka Jahanam itu pasti akan penuh, apakah kalian merasa kagum?. dan telah diceritakan pula kepada kami, bahwa jarak antara dua pintu gerbang Surga adalah seperti perjalanan empat puluh tahun. Tetapi pada suatu hari nanti, orang-orang yang memasukinya berdesak-desakan. Dulu, sewaktu saya bertujuh bersama Rasulullah SAW pernah tidak mendapatkan makanan kecuali dedaunan, sampai bibir kami pecah-pecah dan saya membagi selimut menjadi dua untukku dan untuk Sa’ad bin Malik, sehingga saya bersarung separuh, begitu juga Sa’ad. Tetapi masing-masing dari kami sekarang telah menjadi gubernur pada salah satu wilayah. Sesungguhnya saya berlindung diri kepada Allah SWT, jangan sampai dalam pandangan diriku besar, padahal di sisi Allah sangat kecil.” (HR. Muslim).

504- وَعَنْ أَبِي مُوْسَى اْلأَشْعَرِي رَضِيَ الله ُعَنْهُ قَالَ : أَخْرَجَتْ لَنَا عَائِشَةُ رَضِيَ الله ُعَنْهَا كِسَاءً وَإِزَارًا غَلِيْظًا , قَالَتْ : قُبِضَ رَسُوْلُ اللهِ r فيِ هَذَيْنِ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

504. Dari Abu Musa al-Asy’ari, ia berkata, “Aisyah pernah mengeluarkan sebuah kain dan sarung yang tebal kepada kami, seraya berkata, “Sewaktu Rasulullah SAW menghembuskan nafasnya yang terakhir, beliau memakai kain dan sarung ini.” (HR. Bukhari dan Muslim).

505- وَعَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : إِنِّي لَأَوَّلُ اْلعَرَبِ رَمَى بِسَهْمٍ فيِ سَبِيْلِ اللهِ , وَلَقَدْ كُنَّا نَغْزُو مَعَ رَسُوْلِ اللهِ  مَا لَنَا طَعَامٌ إِلاَّ وَرَقُ الْحُبْلَةِ , وَهَذَا السَّمُرُ , حَتَّى إِنْ كَانَ أَحَدُنَا لَيَضَعُ كَمَا تَضَعُ الشَّاةُ مَا لَهُ خَلْطٌ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

505. Dari Sa’ad bin Abu Waqas RA, ia berkata, “Sesungguhnya saya adalah orang yang pertama dari kalangan Arab yang melempar dengan panah pada saat jihad di jalan Allah. Dan sungguh kami berperang bersama-sama dengan nabi SAW, tanpa berbekal makanan kecuali dedaunan pohon, sehingga kalau kami buang air besar, maka kotorannya seperti kotoran kambing, tidak ada campurannya sama sekali.” (HR. Bukhari dan Muslim).
506- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  :((اللَّهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ آلِ مُحَمَّدٍ قُوْتًا)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
قَالَ أًَهْلُ اللَّغَةِ وَ الْغَرِيْبِ : مَعْنَى "قُوْتًا" أَىْ مَا يَسُدُّ الرَّمَقَ

506. Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah berdoa, “Ya Allah, jadikanlah rezeki keluarga Muhammad hanya untuk menghilangkan lapar saja.” (HR. Bukahri dan Muslim).

Menurut ahli Bahasa kata ‘ قُوْتًا artinya hanya sekedar menghilangkan lapar.

507- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : وَاللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ , إِنْ كُنْتُ لَأَعْتَمدُ بِكَبِدِي عَلَى اْلأَرْضِ مِنَ الْجُوْعِ وَإِنْ كُنْتُ لأَشُدُّ الْحَجَرَ عَلَى بَطْنِي مِنَ الْجُوْعِ . وَلَقَدْ قَعَدْتَ يَوْمًا عَلَى طَرِيْقِهِمُ الَّذِي يَخْرُجُونَ مِنْهُ, فَمَرَّبِي النَّبِي  , فَتَبَسَّمَ حِيْنَ رَآنِي, وَعَرَفَ مَا فِي وَجْهِي وَمَا فِي نَفْسِي, ثُمَّ قَالَ : (( أبا هِرٍّ )) قلت : لَبَّيْكَ يَا رسول الله, قَالَ : (( الْحَقْ )) وَمَضَى فَأتَّبَعْتُهُ , فَدَخَلَ فَاسْتَأْذَنَ, فَأَذِنَ لِي فَدَخَلْتَ, فَوَجَدَ لَبَناً فِي قَدَحٍ فقَالَ : (( مِنْ أيْنَ هذَا اللَّبَنُ ؟)) قَالَوا : أهْدَاهُ لَكَ فُلانٌ _ أوْ فُلاَنَةٌ _ قَالَ : (( أباَ هِرٍّ )) قلت : لَبَّيْكَ ياَ رسول اللهِ, قَالَ : (( الْحَقْ إلَى أهْلِ الصُّفَّة قَادْعُهُمْ لِي )) قَالَ: وَأهْلُ الصُّفَّةِ أضْيَافُ الإسْلاَمِ, لاَ يَأْوُونَ إلَى أهْلٍ وَلاَ عَلَى أحَدٍ, وَكَانَ إذَا أتَتْهُ صَدَقَةٌ بَعَثَ بِهَا إلَيْهِمْ, وَلَمْ يَتَنَاوَلْ مِنْهَا شَيْئًا, وَإذَا أتَتْهُ هَدِيَّةٌُ أرْسَلَ إلَيْهِمْ, وَأصَابَ مِنْهَا, وَأشْرَكَهُمْ فِيهَا. فَسَاءَنِي ذلِكَ فَقُلْتُ: وَمَا هذَا اللَّبَنُ في أهْلِ الصُّفَّةِ ! كُنْتُ أحَقُّ أنْ أُصِيبَ مِنْ هذَا اللَّبَنِ شَرْبَةً أتَقَوَّى بِهَا, فَإذَا جَاءُوا وَأمَرَنِي فَكُنْتُ أنَا أُعْطِيهِمْ, وَمَا عَسَى أنْ يَبْلُغَنِي مِنْ هذَا اللَّبَنِ. وَلَمْ يَكُنْ مِنْ طَاعَةِ اللهِ وَطَاعَةِ رَسُوْلُ اللهِ r بُدٌّ , فَأَتَيْتُهُمْ فَدَعَوْتُهُمْ, فَأقْبَلُوا وَاسْتَأذَنُوا, فَأَذِنَ لَهُمْ وَأخَذُوا مَجَالِسَهُمْ مِنَ الْبَيْتِ قَالَ : (( يَا أبَا هِرٍّ )) قلت : لَبَّيْكَ يَا رسول الله, قَالَ : (( خُذْ فَأعْطِهِمْ )) قَالَ : فَأخَذْتُ الْقَدَحَ, فَحَعَلْتُ أُعْطِيهِ الرَّجُل فَيَشْرَبُ حَتَّى يَرْوَى, ثُمّّ يَرُدُّ عَلَيَّ الْقَدَحَ, فَأُعْطِيهِ الرَّجُلَ فَيَشْرَبُ حَتَّى يَرْوَى, ثُمَّ يَرُدُّ عَلَيَّ الْقَدَحَ حَتَّى انْتَهَيْتَ إلَيَّ النَّبِي  , وَقَدْ رَوِيَ الْقَوْمُ كُلُّهُمْ, فَأخَذَ الْقَدَحَ فَوَضَعَهُ عَلَى يَدِهِ, فَنَظَرَ إليَّّ فَتَبَسَّمَ, فقَالَ : (( أباَ هِرٍّ )) قلت: لَبَّيْكَ يَا رسول الله, قَالَ : (( بَقيتُ أنَا وَأنْتَ )) قلت: صَدَقْتَ يارسولَ اللهِ, قَالَ : (( اقْعُدْ فَاشْرَبْ )) فَقَعَدْتُ فَشَرِبْتُ, فقَالَ: ((اشْرَبْ)) فَشَرِبْتُ، فَمَازَالَ يَقُوْلُ: (( اشْرَبْ )) حَتَّى قُلْتُ : لاَ, وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لاَ أجِدُ لَهُ مَسْلَكاً ! قَالَ : (( فَأرِنِي )) فَاعْطَيْتُهُ الْقَدَحَ, فَحَمِدَ الله تعالى, وَسَمَّى وَشَرِبَ الْفَضْلَةَ. رَوَاهُ الْبُخَارِي .

507. Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Demi Allah yang tada tuhan selain Dia, saya sering menekan perutku ke tanah karena lapar, juga sering mengikatkan rongga perutku ke tanah karena lapar. Pada suatu hari, saya duduk di jalan yang biasa dilewati oleh orang. Tiba-tiba Nabi SAW lewat dan tersenyum ketika melihatku, dan beliau mengetahuitentang apa yang menimpa pada diriku. Kemudian beliau bersabda, “Wahai Abu Hirr (bapak kucing), saya menjawab, “Betul, ya Rasulullah”, ia berkata lagi, “Mari ikut saya,” lalu saya pergi bersama beliau. Beliau masuk rumah, hingga saya minta idzin untuk masuk, beliau pun mengidzinkanku. Ketika beliau masuk, di situ terdapat semangkok susu, dan beliau bertanya kepada istrinya, “Dari mana susu ini?, istrinya menjawab, “Si pulan atau pulanah yang menghadiahkan susu ini untukmu.” Beliau pun bersabda, “Wahai Abu Hirr”, saya menjawab, “Ada apa, ya Rasulullah”, beliau bersabda, “Pergilah kamu dan temuilah ahli Suffah dan ajaklah mereka kemari.” Abu Hurairah berkata, “Ahli Suffah adalah tamu-tamu Islam yang tidak mempunyai keluarga, harta dan saudara. Apabila beliau mendapatkan hadiah, maka beliau mengirimkannya untuk mereka dan beliau hanya mengambil sebagian dari hadiah itu. Saya amat haus dan ingin sekali minum air susu itu, dalam hatiku berkata, “Mengapa susu itu diberikan kepada ahli Suffah?, saya lebih pantas untuk minum susu itu, agar kekuatanku pulih kembali. Dan apabila mereka datang, beliau pasti menyuruhku untuk memberikan susu itu kepada mereka dan kemungkinan saya tidak mendapatkan bagian dari susu tersebut. Tetapi taat kepada Allah dan Rasul-Nya harus diutamakan. Oleh karena itu, saya berangkat dan memanggil mereka. Kemudian mereka datang dan minta idzin kepada Nabi, dan beliau pun mengidzinkan mereka duduk di rumahnya. Beliau memanggil, “Wahai Abu Hirr”, saya menjawab, “Ya, wahai Rasulullah”, beliau bersabda, “Ambillah susu itu dan bagikan kepada mereka. Maka saya mengambil mangkuk dan memberikan kepada salah seorang dari mereka, maka ia minum hingga nampak segar, lalu ia menyerahkan kembali mangkuk itu kepadaku, dan saya memberikan kepada yang lainnya untuk meminumnya hingga kenyang. Mangkuk itu diserahkan kembali kepadaku, sehingga sampai pada giliran Nabi SAW. Anehnya mereka sudah minum semua, tetapi susu tersebut belum habis. Kemudian beliau mengambil mangkuk itu dan dipegangnya, serta memandang kepadaku dengan tersenyum. Lantas beliau bersabda, “Wahai Abu Hirr”, saya menjawab, “Ya, Rasulullah”, beliau bersabda, “Tinggal saya dan kamu yang belum.” Saya menjawab, “Benar, ya Rasulullah,” beliau bersabda lagi, “Duduklah dan minumlah.” Lalu saya duduk dan minum. Beliau bersabda lagi, ‘Minumlah!, beliau selalu mengulangi kata-kata itu sampai saya berkata, “Demi Dzat yang mengutus engkau dengan kebenaran, perut saya tidak muat lagi.” Beliau bersabda, “Berikanlah mangkuk itu kepadaku.” Lalu mangkuk itu saya berikan kepadanya, hingga beliau memuji Allah SWT dan membaca basmalah, lalu meminum susunya.” (HR. Bukhari).
508- وَعَنْ مُحَّمَدِ بْنِ سِيَرِين عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : لَقَدْ رَأيْتُنِي وَإنِّي لَأُخِرُّ فِيمَا بَيْنَ مِنْبَرِ رَسُوْلِ اللهِ  , إلَى حُجْرَةِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا مَغْشِياًّ عَلَيَّ , فَيَجِيءُ الْجَائِي , فَيَضَعُ رِجْلَهُ عَلَى عَنْقِي , وَيَرَى أنِّي مَجْنُونٌ وَمَا بِي مِنْ جُنُونٍ , مَا بِي إلاَّ الْجُوعُ . رَوَاهُ الْبُخَارِي .

508. Dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Sungguh saya pernah jatuh pingsan di antara mimbar Rasullah SAW dan jalan yang menuju ke bilik Aisyah, kemudian seseorang mendatangiku dan menginjakkan kakinya ke leherku, ia menyangka bahwa saya gila[1], padahal saya tidak gila, hanya saja terlalu lapar.” (HR. Bukhari).

509- وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا قَالَتْ : تُوُفِّي رَسُوْلُ اللهِ  وَدِرْعُهُ مَرْهُونَةٌ عَنْدَ يَهُودِيٌّ فِي ثَلاَثِيْنَ صَاعًا مِنْ شَعِير . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

509. Dari Siti Aisyah RA, ia berkata, “Pada saat Rasulullah SAW meninggal dunia, baju besinya digadaikan kepada orang Yahudi sebagai jaminan dari tiga puluh gantang gandung.” (HR. Bukhari dan Muslim).

510- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : رَهَنَ النَّبِي  دِرْعَهُ بِشَعِيرٍ, وَمَشَيْتُ إلَى النَّبِي  بِخُبْزِ شَعِيرٍ, وَإهَالَة سَنِخَةٍ , وَلَقَدْ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ : (( مَا أصْبَحَ لِآلِ مُحَمَّدٍ صَاعٌ وَلاَ أمْسَى)) وَأَنَّهُمْ لَتِسْعَةُ أبيَاتٍ . رَوَاهُ الْبُخَارِي .

510. Dari Anas RA, ia berkata, “Nabi SAW pernah menggadaikan baju besinya untuk mendapatkan gandung, dan saya pernah datang ke tempatnya dengan membawa roti gandung dan minyak gajih. Sungguh saya pernah mendengar beliau bersabda, “Keluarga Muhammad SAW. tidak memiliki makanan, baik pada waktu pagi ataupun sore hari, sedangkan kelurga beliau terdiri dari sembilan rumah.” (HR. Bukhari).

511- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: لَقَدْ رَأَيْتُ سَبْعِيْنَ مِنْ أَهْلِ الصُّفَّةِ , مَا مِنْهُمْ رَجُلٌ عَلَيْهِ ردَاءٌ , إمَّا إِزَارٌ وَإمَّا كِسَاءٌ , قَدْ رَبَطُوْا في أعَنْاقِهِمْ مِنْهَا مَايَبْلُغُ نِصْفَ السَّاقَيْن , وَمِنْهَا مَايَبْلُغُ الْكَعْبَيْنِ فَيَجْمَعُهُ بِيَدِهِ كَرَاهِيَةَ أنْ تُرَى عَوْرَتُهُ . رَوَاهُ الْبُخَارِي.

511. Dari Abu Hurairah RA., ia berkata, “Saya melihat tujuh puluh ahli Suffah, di antara mereka tidak ada seorangpun yang memiliki kain panjang, tidak lebih dari satu sarung atau kain yang diikatkan ke lehernya sampai betis, yang disimpulkan dan ditarik-tarik dengan tangannya, khawatir kalau auratnya terbuka.” (HR. Bukhari).

512- وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا قَالَتْ : كَانَ فِرَاشُ رَسُوْلِ اللهِ  مِنْ أُدْمٍ حَشْوُهُ لِيفٌ . رَوَاهُ الْبُخَارِي .

512. Dari Aisyah RA, ia berkata, “ Adalah kasur Rasulullah SAW. terbuat dari kulit yang berisi sabut.” (HR. Bukhari).

513- وَعَنِ ابْنِ عُمَرَرَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كُنَّاجُلُوسًا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ  إذْ جَاءَ رَجُلٌ مِنَ الأنْصَارِ, فَسَلَّمَ عَلَيْهِ ثُمَّ أدْبَرَ الأَنْصَارِيُّ , فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : (( يَا أخَا الأنْصَارِ كَيْفَ أخِي سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ ؟ )) فقَالَ : صَالِحٌ, فقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : (( مَنْ يَعُودُهُ مِنْكُمْ ؟)) فَقَامَ وَقُمْنَا مَعَهُ , وَنَحْنُ بِضْعَةَ عَشَرَ, مَا عَلَيْنَا نِعَالٌ , وَلاَ خِفَافٌ , وَلاَ قَلاَنِسُ , وَلاَ قُمُصٌ, نَمْشِي فِي تِلْكَ السِّبَاخِ , حَتىَّ جِئْنَاهُ , فَسْتَأْخَرَ قَوْمُهُ مِنْ حَوْلِهِ حَتَّى دَنَا رَسُوْلُ اللهِ  وَأصْحَابُهُ الَّذِينَ مَعَهُ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

513. Dari Ibnu Umar RA, dia berkata, “Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba datang seorang sahabat Anshar memberikan salam kepada beliau. Ketika beliau akan meninggalkan kami, beliau bertanya, “Wahai saudara Anshar, bagaimana keadaan saudaraku, Sa’ad bin Ubaidah?”, ia menjawab, “Baik-baik saja”, Rasulullah kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang akan menjenguknya bersamaku?. Maka beliau berdiri dan kami pun menyertainya, semua berjumlah belasan orang, dan tidak ada seorang pun yang memakai sandal, sepatu, kopiah dan baju. Kami semua berangkat dengan pakaian yang amat sederhana, sesampainya di rumah Sa’ad, keluarga yang mengelilingnya mundur, sehingga Nabi SAW bersama sahabatnya mendekatinya.” (HR. Muslim).

514- وَعَنْ عِمْرَانَ بْنِ الحُصَيْنِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا , عَنِ النَّبِي  أَنَّهُ قَالَ : (( خَيْرُكُمْ قَرْنِي, ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ، ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ)) قَالَ عِمْرَانُ : فَمَا أدْرِي قَالَ النَّبِي  مَرَّتَيْنِ أوْ ثَلاَثاً (( ثُمَّ يَكُوْنَ بَعْدَهُمْ قَوْمٌ يَشْهَدُوْنَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُوْنَ , وَيَخُوْنُوْنَ وَلاَ يُؤْتُمَنُونَ , وَيَنْذِرُوْنَ وَلاَيُوْفُوْنَ, وَيَظْهَرُ فِيْهِمُ السِّمَنُ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

514. Dari Imran bin Hushain RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sebaik-baik kalian (umat Islam) adalah yang hidup pada masaku, kemudian orang-orang sesudah mereka, lalu yang sesudahnya lagi.” Imran berkata, “Saya tidak tahu pasti, apakah Nabi SAW mengucapkan dua kali atau tiga kali.” (lanjutan sabda Nabi) “Sesudah mereka, akan datang suatu kaum yang mau menjadi saksi, meskipun tidak diminta, mereka berkhianat dan tidak dapat dipercaya, mereka bernadzar, tetapi tidak menepatinya, mereka tampak gemuk dan besar perut.” (HR. Bukhari dan Muslim).

515- وَعَنْ أبي أُمَامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : (( ياَ ابْنَ آدَمَ : إنَّكَ أنْ تَبْذُلَ الفَضْلَ خَيْرٌ لَكَ , وَأنْ تُمْسِكَهُ شَرُّ لَكَ , وَلاَ تُلاَمُ عَلَى كَفاَفٍ , وَابْدأْ بِمَنْ تَعُولُ )) رَوَاهُ التُّرْمِذِي وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ .

515. Dari Abu Umamah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya jika kamu memberikan kelebihan hartamu, maka itu lebih baik bagimu dan jika kamu menahannya, maka itu sangat jelek bagimu. Kami tidaklah dicela dalam kesederhanaan, dan dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu[2].” (HR. Tirmidzi).

516- وَعَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ مُحْصَنٍ الأَنْصَاريِّ الخَطْمِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : (( مَنْ أصْبَحَ مِنْكُمْ آمِناً في سَرْبِهِ, مُعَافىً في جَسَدِهِ, عِنْدَهُ قُوْتُ يَوْمِه ِ, فَكَأَنَّمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيْرِهَا)) رَوَاهُ التُّرْمِذِي وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ .

516. Hadits dari ‘Ibaidah bin Mishan al-Anshary (al-Khathmiy) RA, dia berkata, “Rasulullah SAW pernah bersabda, “Siapa saja di antara kalian yang pada waktu pagi merasa aman rumah tangganya, sehat badannya, dan mempunyai persedian makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dia telah mendapatkan kebahagian dunia dengan semua kesempurnaannya.” (HR. Tirmidzi).

517- وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرُو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا , أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ  قَالَ : ((قَدْ أفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ , وَكَانَ رِزْقُهُ كَفَافًا , وَقَنَّعَهُ اللهُ بِماَ آتَاهُ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

517. Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash RA, dia berkata, “sungguh beruntung orang telah masuk Islam, rezekinya cukup, dan Allah memberikan kepuasan terhadap apa yang telah dikaruniakannya.” (HR. Muslim).

518- وَعَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ فَضَالَةِ بْنِ عُبَيْدٍ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ , أَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ  يَقُوْلُ : (( طُوْبَى لِمَنْ هُدِيَ لِلإسْلاَمِ , وَكاَنَ عَيْشُهُ كَفَافًا , وَقَنِعَ )) رَوَاهُ التُّرْمِذِي وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.

518. Dari Abu Muhammad Fadhalah bin ‘Ubaid al-Anshary RA, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Berbahagilah orang yang mendapat petunjuk masuk Islam, hiudp berkecukupan, dan dia merasa puas.” (HR. Tirmidzi).

519- وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ :كَانَ رَسُوْلُ اللهِ  يَبِيْتُ اللَّيَالِيَ الْمُتَتَابِعَةَ طَاوِياً، وَأهْلُهُ لاَ يَجِدُوْنَ عَشَاءً ، وَكاَنَ أَكْثَرُ خُبْزِهِمْ خُبْزَ الشَّعِيرْ. رَوَاهُ التُّرْمِذِي وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ .

519. Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, “Rasulullah SAW dan keluarganya pernah kelaparan beberapa malam berturut-turut, karena tidak makanan, dan roti yang sering mereka miliki adalah roti gandung.” (HR. Tirmidzi, dan ia berkata: Hadits hasan shahih).

520- وَعَنْ فُضَالَةَ بْنِ عُبَيِدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ  , كَانَ إذَا صَلَّى بِالنَّاسِ , يَخِرُّ رِجَالٌ مِنْ قَامَتِهِمْ في الصَّلاَةِ مِنَ الْخَصَاصَةِ _ وَهُمْ أصْحَابُ الصُّفَّةِ _ حَتَّى يَقُوْلُ الأَعْرَابُ : هؤُلاء مَجَانِيْنُ . فَإذَا صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ  انْصَرَفَ إلَيْهِمْ , فَقَالَ :(( لَوْ تَعْلَمُونَ مَا لَكُمْ عَنْدَ اللهِ تَعَالََى ، لَأَحْبَبْتُمْ أَنْ تَزْدَادُوْا فَاقَةً وَحَاجَةً )) رَوَاهُ الْبُخَارِي وَقَالَ : حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ .

520. Dari Fadhalah bin Ubaid RA, dia berkata, “Apabila Rasulullah SAW mengimani shalat, sering ada orang-orang yang jatuh tersungkur dalam shalat, karena lapar. Mereka adalah ahli Suffah, hingga mereka orang-orang Badui berkata, “Mereka adalah orang-orang gila.” Sehingga setelah shalat, beliau menghampiri mereka dan bersabda, “Andaikan kalian mengetahui pahala yang telah disediakan Allah SWT, niscaya kalian akan senang hidup dalam kemiskinan dan kelaparan.” (HR. Bukhari, dan ia berkata: Hadits shahih).

521- وَعَنْ أَبِي كَرِيْمَةَ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدٍ يَكْرِبَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ  يَقُوْلُ : (( مَا مَلأَ آدَمِيُّ وِعاَءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلاَتُ يُقِمْنَ صُلْبَهُ ، فَإنْ كَانَ لاَ مَحَالَةَ ، فَثُلُثُ لِطَعَامِهِ ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ ، وَثُلُثٌ لِنَفْسِهِ )) رَوَاهُ التُّرْمِذِي وقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ .

521. Dari Abu Karimah al-Miqdam bin Ma’di Yakriba RA., ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah anak cucu Adam selalu memenuhi perutnya dengan keburukan. Cukuplah bagi anak Adam maka beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Andaikan ia tidak mampu berbuat seperti itu, maka sepertiga (perutnya) untuk makanan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk nafasa.” (HR. Tirmidzi, dan ia berkata: Hadits ini hasan)[3].

522- وَعَنْ أبي أُمَامَةَ إِيَاسِ بْنِ ثَعْلَبَةَ الأَنْصَارِيِّ الْحَارِثِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : ذَكَرَ أصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ  يَوْمًا عِنْدَهُ الدُّنْياَ ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : (( ألاَ تَسْمَعُوْنَ ؟ ألاَ تَسْمَعُوْنَ ؟ إنَّ الْبَذَاذَةَ مِنَ الْإيمَانِ، إنَّ الْبَذَاذَةَ مِنَ الْإِيْمَانِ )) يَعْنِي : الْتَّقَحُّلَ . رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ.

522. Dari Abu Umamah Iyas bin Tsa’labah al-Anshary al-Harits RA, ia berkata, “Pada suatu hari, para sahabat Rasulullah SAW membicarakan tentang masalah duniawi, kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Apakah kalian tidak mendengar?, Apakah kalian tidak mendengar?. Sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari imam, sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari imam.” (HR. Abu Daud).

523- وَعَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : بَعَثَنَا رَسُوْلُ اللهِ  ، وَأمَّرَ عَلَيْنَا أَباَ عُبَيْدَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، نَتَلَقَّى عِيْرًا لِقُرَيْشٍ ، وَزَوَّدَنَا جِرَابًا مِنْ تَمْرٍ لَمْ يَجِدْ لَنَا غَيْرَهُ ، فَكَانَ أَبُوْ عُبَيْدَةً يُعْطِيْنَا تَمْرَةً تَمْرَةً ، فَقِيْلَ : كَيْفَ كُنْتُمْ تَصْنَعُوْنَ بِهَا ؟ قَالَ : نَمَصُّهَا كَمَا يَمَصُّ الصَّبِي ، ثُمَّ نَشْرَبُ عَلَيْهَا مِنَ الْمَاءِ ، فَتَكْفِيْنَا يَوْمَنَا إلَى اللَّيْلِ ، وَكُنَّا نَضْرِبُ بِعَصِيِّنَا الخَبَطَ ، ثُمَّ نَبُلُّهُ بِالْمَاءِ فَنَأْكُلُهُ . قَالَ وَانْطَلَقْنَا عَلَى سَاحِلِ الْبَحْرِ ، فَرُفِعَ لَنَا عَلَى سَاحِلِ الْبَحْرِ كَهَيْئَةِ الْكَثِيْبِ الضَّخْمِ ، فَأَتَيْنَاهُ فَإذَا هِيَ دَابَّةٌ تُدْعَى الْعَنْبَرَ ، فقَالَ أبُوْ عُبَيْدَةَ : مَيْتَةُ، ثُمَّ قَالَ : لاَ، بَلْ نَحْنُ رُسُلُ رَسُوْلِ اللهِ  ، وَفِي سَبِيْلِ اللهِ وَقَدِ اضْطُرِرْتُمْ فَكُلُوْا، فَأقَمْنَا عَلَيْهِ شَهْرًا، وَنَحْنُ ثَلاَثُمِائَةٍ حَتَّى سَمِنَّا ، وَلَقَدْ رَأيْتُنَا نَغْتَرِفُ مِنَ وَقْبِ عَيْنِهِ بِالْقِلاَلِ الدُّهْنِ وَنَقْطَعُ مِنْهُ الْفِدَرَ كَالثَّوْرِ أوْكَقَدْرِ الثَّوْرِ، وَلَقَدْ أخَذَ مِنَّا أبُوْ عُبَيْدَةَ ثَلاَثَةَ عَشَرَ رَجُلاً فَأَقْعَدَهُمْ في وَقْبِ عَيْنِهِ وَأخَذَ ضِلْعَاً مِنْ أضْلاَعِهِ فَأقَامَهَا ثُمَّ رَحَلَ أعْظَمَ بَعِيْرٍ مَعَنَا فَمَرَّ مِنْ تَحْتِهَا وَتَزَوَّدْناَ مِنْ لَحْمِهِ وَشَائِقَ، فَلَمَّا قَدِمْناَ المَدِينَةَ أَتَيْنَا رَسُوْلَ اللهِ  فَذَكَرْناَ ذلِكَ لَهُ، فَقَالَ : (( هُوَ رِزْقٌ أَخْرَجَهُ الله ُلَكُمْ، فَهَلْ مَعَكُمْ مِنْ لَحْمِهِ شَيْءٌ فَتُطْعِمُوْنَا ؟ )) فَأرْسَلْنَا إِلَى رَسُوْلِ اللهِ  مِنْهُ فَأكَلَهُ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

523. Dari Abu Abdullah Jabir RA., ia berkata, “Rasulullah SAW telah mengutus kami di bawah pimpinan Abu Ubaidah untuk menghadang rombongan kaum Quraisy, kami dibekali dengan sekantong kurma dan tiada bekalan untuk kami selainnya. Abu Ubaidah hanya memberikan kepada kami sebiji kurma setiap seorang. Aku bertanya, “Apa yang bisa diperbuat dengan sebiji kurma ini?, Beliau menjawab, “Kami menghisapnya seperti seorang bayi meminum air, lalu kami air kurman, dan hal ini mencukupi kami sebagai makanan hari ini hingga ke malam. Selebihnya kami terpaksa mencari daun kayu dengan menggunakan tongkat kami. Daun tersebut kami basahi atau kami campur dengan air lalu kami memakannya, kemudian kami menuju ke tepi laut. Di pantai tersebut kami melihat seperti setumpuk pasir yang agak besar, hingga kami mendekatinya, ternyata kami dapati adalah seekor binatang yang sebut Anbar (ikan panjang dan berkepala lebar atau ikan paus). Beliau (perawi) berkata, “Abu Ubaidah mengatakan ia sudah menjadi bangkai. Kemudian beliau berkata, “Namun tidak apa-apa, kita adalah utusan Rasulullah SAW yang sedang berada di jalan Allah, sedangkan kalian dalam keadaan terpaksa, maka makanlah bangkai itu.” Beliau menambah: Kami bertahan di tempat itu selama sebulan dan rombongan kami berjumlah tiga ratus orang sehingga kami menjadi gemuk. Kami masih ingat pada waktu kami mengambil mata ikan itu dengan tempayan yang digunakan sebagai tempat lemak, karena kami memotong dagingnya seperti lembu atau seperti daging lembu. Abu Ubaidah telah memerintahkan tiga belas orang di antara kami untuk duduk di lubang bekas mata dan ia telah mengambil salah satu daripada tulang rusuknya, maka ia pergi sambil membawa unta yang paling besar bersama kami. Lalu kami membawa bekal berupa daging dan memasaknya setengah matang. Ketika kami tiba di Madinah, kami langsung menemui Rasulullah SAW dan menceritakan pengalaman tersebut kepada beliau. Beliau bersabda, “Itu adalah rezeki yang diberikan oleh Allah kepadamu, adakah kamu masih mempunyai sebagian dagingnya untuk kami makan?, Lalu kami mengirimkan daging ikan tersebut kepada Rasulullah SAW dan beliau pun memakannya. (HR. Muslim).

525- وَعَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : إنَّا كُنَّا يَوْمَ الْخَنْدَقِ نَحْفِرُ، فَعَرَضَتْ كُدْيَةٌ شَدِيْدَةٌ , فَجَاؤُوا إلَى النَّبِي  ، فَقَالُوْا : هَذِهِ كُدْيَةٌ عَرَضَتْ فِي الخَنْدَقِ. فقَالَ : (( أنَا نَازِلٌ)) ثُمَّ قَامَ ، وَبَطْنَهُ مَعْصُوْبٌ بِحَجَرٍ ، وَلَبِثْنَا ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ لاَ نَذُوْقُ ذَوَاقًا فَأَخَذَ النَّبِي  المِعْوَلَ ، فَضَرَبَ فَعَادَ كَثِيْبًا أَهْيَلَ أوْ أَهْيَمَ، فَقُلْتُ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ ائْذَنْ لِي إِلَى الْبَيْتِ ، فَقُلْتُ لِإِمْرَأتِي : رَأيْتُ بِالنَّبِي  شَيْئًا مَا فِي ذَلِكَ صَبْرٌ فَعِنْدَكَ شَيْءٌ ؟ فَقَالَتْ: عِنْدِي شَعِيرٌ وَعَنَاقٌ، فَذَبَحْتُ الْعَنَاقَ وَطَحَنْتُ الشَعِيْرَ حَتىَّ جَعَلْنَا اللَّحْمَ في البُرْمَةِ، ثُمَّ جِئْتُ النَّبِيَ  ، وَالْعَجِيْنُ قَدِ انْكَسَرَ، وَالبُرْمَةُ بَيْنَ الآثَافِيِّ قَد كَادَتْ تَنْضِجُ ، فَقُلْتُ : طُعَيْمٌ لِي ، فَقُمْ أنْتَ يَارَسُوْلَ اللهِ وَرَجُلٌ أوْ رَجُلاَنِ ، قَالَ : (( كَمْ هُوَ )) ؟ فَذَكَرْتُ لَهُ فقَالَ : (( كَثِيْرٌ طَيِّبٌ قُلْ لهَاَ لاَ تَنْزَعِ البُرْمَةَ , وَلاَ الخُبْزَ مِنَ التَّنُّوْرِ حَتىَّ آتِي )) فَقَالَ : (( قُوْمُوا )) فَقَامَ المُهَاجِرُوْنَ وَالأَنْصَارُ ، فَدَخَلْتُ عَلَيْهَا فَقُلْتُ : وَيْحَكِ قَدْ جَاءَ النَّبِيُ  وَالْمُهَاجِرُونَ وَالأَنْصَارُ وَمَنْ مَعَهُمْ ‍‍‍‍‍‍‍! قَالَتْ : هَلْ سَأَلَكَ ؟ قلتُ : نَعَمْ قَالَ : (( أدْخُلُوْا وَلاَ تَضَاغَطُوْا )) فَجَعَلَ يَكْسِرُ الخُبْزَ، وَيَجْعَلُ عَلَيْهِ اللَّحْمَ، وَيُخَمِّرُ البُرْمَةَ وَالتَّنُّوْرَ إذَا أخَذَ مِنْهُ، وَيُقَرِّبُ إلَى أصْحَابِهِ ثُمَّ يَنْزِعُ ، فَلَمْ يَزَلْ يَكْسِرُ وَيَغْرِفُ حَتَّى شَبِعُوْا، وَبَقِيَ مِنْهُ، فقَالَ: (( كُلِيْ هذَا وَأهدِي ، فَإنَّ النَّاسَ أصَابَتْهُمْ مَجَاعَةٌ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
وَ فِي رِوَايَةٍ , قَالَ جَابِرٍ: لَمَّا حُفِرَ الْخَنْدَقُ رَأَيْتُ بِالنَّبِيِ  خَمَصًا , فَانْكَفَأْتُ إِلَي إِمْرَتِي فَقُلْتُ : هَلْ عِنْدَكِ شَيْءٌ ؟ فَإِنِّي رَأَيْتُ بِرَسُوْلِ اللهِ  خَمَصًا شَدِيْدًا , فَأَخْرَجْتُ إِلَي جِرَابًا فِيْهِ صَاعٌ مِنْ شَعِيْرٍ , وَلَنَا بَهِيْمَةٌ دَاجِنٌ فَذَبَحْتُهَا , وَ طَحَنْتُ الشَّعِيْرَ , فَفَرَغَتْ إِلَى فِرَاغِي, وَ قَطَعْتُهَا فِي بُرْمَتِهَا , ثُمَّ وَلَّيْتُ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ  , فَقَالَتْ : لاَ تَفْضَحْنِي برَسُوْلِ اللهِ  وَ مَنْ مَعَهُ , فَجِئْتُهُ فَسَارَرْتُهُ فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ , ذَبَحْنَا بَهِيْمَةً لَنَا , وَ طَحَنْتُ صَاعًا مِنْ شَعِْيٍر , فَتَعَالَ أنْتَ وَ نَفَرٌ مَعَكَ , فَصَاحَ رَسُوْلُ اللهِ  : لاَ تُنْزِلَنَّ بُرْمَتَكُمْ وَ لاَ تَخَْزُنَّ عَجِيْنَكُمْ حَتَّى أَجِيْءُ , فَجِئْتُ , وَ جَاءَ النَّبِيُ  يقَدْمُ ُالنَّاسَ , حَتَّى جِئْتُ إِمْرَأَتِى فَقَالَتْ : بِكَ وَ بِكَ ! فَقُلْتُ : قَدْ فَعَلْتُ الَّذِي قُلْتَ. فأخْرَجْنَا عَجِيْنًا , فَسَبَقَ فِيْهِ وَ بَارَكَ , ثُمَّ مِنْ بُرْمَتِكُمْ وَلاَ تَنْزِلُوْنَهَا . وَ هُمْ أَلْفٌ , فَأَقْسَمَ بِاللهِ لَأَكَلُوْا حَتَّى تَرَكُوْهُ وَ انْحَرَفُوْا , وَ إِنَّ بُرْمَتَنَا كَمَا هِيَ , وَ إِنَّ عَجِيْنَنَا لِيُخْبَزُ كَمَا هُوَ.

525. Dari Jabir RA, ia berkata, “Ketika akan terjadi perang Khandaq, kami menggali parit, tetapi terbentur pada batu yang sangat keras, dan kami tidak mampu menggalinya. Kemudian mereka mendatangi Rasulullah SAW, dan berkata, “Di sana terdapat batu tanah ini yang sangat keras.” Beliau bersabda, “Saya yang akan menggalinya.” Kemudian beliau berdiri sedangkan perutnya diikat batu, dan kami berada di Khandaq sudah tiga hari, selama itu kami tidak makan. Nabi SAW mengambil cangkul dan menggalinya (memukul), maka hancurlah batu tanah tersebut bagaikan debu yang dihamburkan. Kemudian saya berkata, “Wahai Rasulullah SAW, idzinkanlah saya pulang ke rumah.” Sesampainya di rumah, saya bertanya kepada istriku, “Saya melihat Nabi SAW sangat lapar dan nampaknya tidak dapat ditahan lagi, apakah kamu mempunyai makanan?”, istriku menjawab, “Ada, sedikit gandung dan seekor kambing betina.” Maka saya menyembelih kambing itu dan gandung itu saya tumbuk. Kambing itu saya letakkan dalam belanga. Kemudian saya mendatangi Nabi SAW, sedangkan adonan daging telah empuk[4], sedangkan yang saya masak di belanga hampir masak, maka saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, saya mempunyai sedikit makanan, saya mengundangmu (untuk datang) ke rumah dengan seorang atau dua orang saja. Beliau bertanya, “Berapa banyak makanan itu?, saya menjawab seberapa banyak makanan itu. Kemudian beliau bersabda, “Cukup banyak, baiklah, tetapi katakan kepada istrimu, supaya jangan mengankat belanga dan roti dari tungku, sampai saya datang.” Beliau bersabda kepada para sahabat, “Wahai para sahabatku, ikutlah aku.” Maka para sahabat Muhajirin dan Anshar pun datang ke rumah, ketika saya masuk rumah, saya berkata kepada istriku, “Celaka, Nabi SAW bersama para sahabat Muhajirin dan Anshar datang.” Istriku bertanya, “Apakah beliau telah menanyakan kepadamu tentang makanan yang telah kita persiapkan?, saya menjawab, “Yah.” Lalu beliau bersabda kepada para sahabatnya, “Masuklah dan jangan berdesak-desakkan.” Kemudian beliau memotong roti dan mengambil daging lalu menutup kembali belanga itu dan membiarkan belanga itu tetap direbus, lantas beliau menyajikannya kepada para sahabatnya. Kemudian beliau kembali dan selalu memotong serta menyajikannya, sehingga mereka kenyang, tetapi dalam belanga itu selalu masih tersisa, kemudian beliau bersabda kepada istriku, “Makanlah kamu dan bagi-bagikanlah, karena orang-orang sedang tertimpa kelaparan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa Jabir berkata, “Ketika parit digali, saya melihat Nabi SAW sangat lapar, maka saya segera pulang menemui istriku dan bertanya, “Apakah kamu mempunyai makanan?, saya melihat Rasulullah SAW sangat lapar.” Maka istriku memperlihatkan kepadaku sebuah kantong yang berisi segantang gandung, dan kami mempunyai seekor kambing yang jinak. Kemudian saya menyembelihnya dan menumbuk gandung. Setelah memasaknya, dan kambing itu telah saya potong-potong, lalu saya memasukkannya ke dalam belanga, kemduian saya bermaksud untukmemnaggil Rasulullah, dan istriku berkata, “Janganlah engkau bikin malu diriku terhadap Rasulullah SAW dan para sahabatnya.” Maka saya mengdatngi Rasulullah SAW dan berbisik: “Wahai rasulullah, kami menyembeli seekor kambing dan memasak segantang gandung, kami persilahkan kamu dan bebrpa sahabat datang ke rumah.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Wahai pasukan Khandaq, sesungguhnya Jabir membuat selamatan, maka marilah kita ke sana.” Nabi SAW bersabda kepadaku: “Hendaklah kamu jangan sekali-kali mengngkat belnga itu dan memotong-motong adonan roti itu, sampai saya datang.” Saya pulang dulu sebelum Nabi SAW bersama sahabatnya datang, dan asya memberitahukan kepada istriku. Istriku menjawab, “Salahmu sendiri”, saya menjawab, “Tetapi saya sudah membisikkan kepada Nabi SAW. Kemudian beliau datang bersama para sahabatnya, lalu istriku mengeluarkan adonan roti itu dan beliau meniupnya serta berdoa memohon berkah, kemudian beliau menyuruh istriku: “Panggillah tukang roti dan suruh dia bikin roti bersama kamu, serta aduk-aduklah belnag itu dan janganlah kamu angkat.” Sedangkan mereka berjumlah seribu orang. Tetapi, demi Allah, sungguh mereka kenyang semua sewaktu meninggalkan rumah, dan dalam belnga itu masih terdengar masakan seperti semula,serta adonan roti itu masih bisa dibuat roti seperti sedia kala.”

526. وَ عَنْ أنَسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ أَبُوْ طَلْحَةَ لِأُمَّ سُلَيْمٍ : قَدْ سَمِعْتُ صَوْتَ رَسُوْلِ اللهِ  ضَعِيْفًا أعْرِفُ فِيْهِ الْجُوْعَ , فَهَلْ عِنْدَكِ مِنْ شَيْءٍ ؟ فَقَالَتْ : نَعَمْ , فَأَخْرَجْتُ أَقْرَاصًا مِنْ شَعِيْرٍ , ثُمَّ أَخَذْتُ خِمَارًا لَهَا , فَلَفَّتِ الْخُبْزَ بِبَعْضِهَا , ثُمَّ دَسَّتْهُ تَحْتَ ثَوْبِي وَ رَدَّتْنِي بِبَعْضِهَا , ثُمَّ أَرْسَلَتْنِي إِلَى رَسُوْلِ اللهِ  , فَذَهَبْتُ بِهِ , فَوَجَدْتُ رَسُوْلَ اللهِ  جَالِسًا فِى الْمَسْجِدِ , وَ مَعَهُ النَّاسُ , فَقُمْتُ عَلَيْهِمْ , فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : أَرْسَلَكَ أَبُوْ طَلْحَةَ؟ فَقُلْتُ : نَعَمْ , فَقَالَ : الطَّعَامُ , فَقُلْتُ : نَعَمْ , فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : قُوْمُوْا , فَانْطَلَقُوْا وَ انْطَلَقْتُ بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ حَتَّى جِئُْ أَبَا طَلْحَةَ فَأَخْبَرْتُ , فَقَالَ أَبُوْ طَلْحَةَ : يَا أُمَّ سُلَيْمَ , قَدْ جَاءَ رَسُوْلُ اللهِ  بِالنّاَس ِوَ لَيْسَ عِنْدَنَا مَا نُطْعِمُهُمْ ؟ فَقَالَتْ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ . فَانْطَلَقَ أَبُوْ طَلْحَةَ حَتَّى لَقِىَ رَسُوْلَ اللهِ  , فَأَقْبَلَ رَسُوْلَ اللهِ r مَعَهُ حَتَّى دَخَلَا , فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  : هَلُمىِّ مَا عِنْدَكِ يَا أُمَّ سُلَيْمَ , فَأَتَتْ بِذَلِكَ الْخُبْزِ , فَأَمَرَ بِهِ رَسُوْلُ اللهِ  فَفُتَّ , وَ عَصَرَتْ عَلَيْهِ أُمَّ سُلَيْمَ عُكَّةً فَأَدَمَتْهُ , ثُمَّ قَالَ فِيْهِ رَسُوْلُ اللهِ  مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَقُوْلُ , ثُمَّ قَالَ : إئْذَنْ لِعَشْرَةٍ , فَأُذِنَ لَهُمْ فَأَكَلُوْا ُثَّم خَرَجُوْا , ثُمَّ قَالَ : أئْذَنْ لِعَشْرَةٍ , حَتَّى أَكَلَ الْقَوْمُ كُلُّهُمْ وَ شَبِعُوْا سَبْعُوْنَ رَجُلاً أَوْ ثَمَانُوْنَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

وَفِي رِوَايَةٍ : فَمَا زَالَ يَدْخُلُ عَشَرَةٌ وَ يَخْرُجُ عَشَرَةٌ , حَتَّى لَمْ يَبْقَ مِنْهُمْ أَحَدٌ إِلاَّ دَخَلَ , فَأَكَلَ حَتَّى شَبِعَ , ثُمَّ هَيَّأَهَا فَإِذَا هِيَ مِثْلُهَا حِيْنَ أَكَلُوْا مِنْهَا.
وَفِي رِوَايَةٍ : فَأَكَلُوْا عَشَرَةً عَشَرَةً , حَتَّى فَعَلَ ذَلِكَ بِثَمَانِيْنَ رَجُلاً , ثُمَّ أَكَلَ النَّبِيُ  بَعْدَ ذَلِكَ وَ أَهْلُ الْبَيْتِ , وَ تَرَكُوْا سُؤْرًا.
وَ فِيْ رِوَايَةٍ : ثُمَّ أَفْضَلَوْا مَا بَلَغُوْا جِيْرَانَهُمْ.
وَ فِي رِوَايَةٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ : جِئْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَوْمًا , فَوَجَدْتُهُ جَالِسًا مَعَ أَصْحَابِهِ , وَ قَدْ عَصَبَ بَطْنَهُ بِعَصَابَةٍ , فَقُلْتُ لِبَعْضِ أَصْحَابِهِ : لِمَ عَصَبَ رَسُوْلُ اللهِ  بَطْنَهُ ؟ فَقَالُوا : مِنَ الجُوْعِ , فَذَهَبْتُ إِلَى أَبِي طَلْحَةَ , وَ هُوَ زَوْجُ أُمِّ سُلَيْمَ بِنْتِ مَلْحَانِ , فَقُلْتُ : يَا أَبَتَاهُ , قَدْ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ  عَصَبَ بَطْنَهُ بِعِصَابَةٍ , فَسَأَلْتُ بَعْضَ أَصْحَابِهِ , فَقَالُوا : مِنَ الْجُوْعِ. فَدَخَل أَبُو طَلُحَةَ عَلَى أُمِّي فَقَالَ : هَلْ ِمِنْ شَيْءٍ . قَالَتْ : نَعَمْ عِنْدِي كِسْرٌ مِنْ خُبْزٍ وَ تَمَرَاتٌ , فَإِنْ جَاءَنَا رَسُوْلُ اللهِ  وَحْدَهُ أَشْبَعْنَاهُ , وَ إِنْ جَاءَ أَخَرٌ مَعَهُ قَلَّ عَنْهُمْ , وَ ذَكَرَ تَمَامَ الْحَدِيْثِ.

526. Dari Anas bin Malik RA., ia berkata, “Abu Thalhah berkata kepada Ummu Sulaim (isterinya), “Saya mendengar suara Rasulullah SAW. sangat lemah sekali, dan saya tahu bahwa beliau lapar. Apakah kamu mempunyai makanan?” Isterinya menjawab, “Ya, ada.” Lalu ia mengeluarkan beberapa potong roti dari gandum kemudian ia mengambil kain kerudungnya sebagai pembungkus roti dan dimasukkan ke bawah bajuku. Sisanya, diberikan kepada saya, dan ia menyuruhku agar lekas memanggil Rasullullah SAW. Maka saya pergi untuk memanggil beliau, dan saya dapatkan beliau sedang duduk di masjid bersama para sahabat, lalu saya di hadapan mereka. Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Apakah kamu diutus oleh Abu Thalhah?’ Saya menjawab, “Ya benar,” beliau bertanya lagi, “Apakah untuk makan?” saya menjawab, “Benar wahai Rasulullah!.” Maka beliau besabda, “Marilah kita ke sana bersama-sama!, para sahabat berangkat, dan saya pun pergi hingga menemui Abu Thalhal, lalu aku kabarkan hal itu kepadanya. Abu Thalhah berkata, “Wahai Ummu Sulaim (isteriku), Rasulullah SAW datang bersama para sahabat, padahal kita tidak mempunyai makanan (yang cukup) untuk dihidangkan kepada mereka.” Ummu Sulaim berkata, “Allah dan Rasulullah SAW lebih tahu.” Abu Thalhah lalu menjemput Rasulullah SAW sehingga bertemu dengan beliau. Kemudian Rasulullah SAW bersama Abu Thalhah masuk ke rumah terlebih dahulu, dan Rasul SAW bersabda, “Bawalah kemari makanan yang akan kamu hidangkan wahai Ummu Sulaim.” Kemudian Ummu Sulai menyajikan roti itu. Maka Rasulullah SAW menyuruh untuk memotong-motongnya dan menyuruh Ummu Sulaim mengolesnya dengan minyak samin[5] sebagai lauknya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda dihadapan roti itu, “Maa syaa Allahu Ay Yaquul,” beliau lantas bersabda, “Silahkan sepuluh orang,’ lalu beliau mempersilahkan mereka untuk makan hingga kenyang kemudian keluar!. Beliau bersabda lagi, “Silahkan sepuluh orang makan dulu!” Akhirnya, semua orang makan dan semuanya kenyang, padahal mereka berjumlah tujuh puluh atau delapan puluh.” (HR. Bukhari Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan: “Maka mereka saling bergantian, sepuluh orang masuk dan sepuluh orang keluar sehingga tidak ada seorangpun di antara mereka melainkan ia masuk dan makan hingga kenyang. Kemudian mereka berkumpul setelah makan, sedangkan roti itu masih seperti sedia kala.”

Dalam riwayat lain dikatakan, “Maka makanlah sepuluh-sepuluh orang (saling bergantian), hingga delapan puluh orang melakukan hal tersebut. Terakhir Nabi SAW beserta keluarga Abu Thalhah maka, dan mereka masih meninggalkan sisa yang masih banyak.”

Dalam riwayat lain dikatakan, “Mereka masih meninggalkan sisa yang dapat diberikan kepada tetangga.”

Dari Anas RA, ia berkata, “Aku datang kepada Rasulullah SAW, dan aku mendapatkan beliau sedang duduk-duduk bersama para sahabat, sedangkan perut beliau dibalut. Maka saya menanyakan pada salah seorang sahabat, “Mengapa Rasulullah SAW membalut perutnya?” mereka menjawab, “Beliau lapar.” Kemudian saya pergi ke rumah Abu Thalhah, ia adalah suami Ummu Sulaim binti Milhan, dan saya berkata, “Wahai ayahku, saya melihat Rasulullah SAW membalut perutnya, lalu aku tanyakan pada para sahabat, mereka menjawab, “Karena lapar.” Kemudian Abu Thalhah masuk menemui ibuku, dan berkata, “Apakah kita mempunyai makanan? Ibuku menjawab, “Ya, saya mempunyai beberapa potong roti dan kurma. Andaikan Rasulullah SAW datang sendirian, maka sudah dapat mengeyangkan beliau, tetapi jika beliau datang bersama dengan yang lain, maka sangat sedikit persediaan untuk mereka.” Hadits ini masih berkelanjutan.

[1] . Kelakuan ini adalah kebiasan orang Arab terhadap orang gila, sampai ia sadar.
[2] . maksudnya : hak orang yang kamu tanggungi atau urus seperti isteri, anak, anak asuh dan pembantu. Aku berkata, “Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim jilid 3 nomer 94, dan ia telah mentakhrij dari kitab ‘al-Irwa`’ halam 820.
[3] . Saya berkata: Dalam beberapa riwayat bahwa status hadits ini ‘Hasan shahih’. Dan ini lebih mendekati kebenaran karena kondisi sanad hadits ini shahih. Keterangan lengkap terdapat dalam kitab ‘Shahihah’ halaman 2265
[4] . Maksudnya empuk lagi halus dan memungkin untuk dibuat ragi untuk roti. Saya katakan: adapun lafadz dari ad-Damiri dalam mukaddimah ; فَإِذَا الْعَجِيْنَ قَدْ أَمْكَنَ
[5] . kata عُكَّةً adalah sebuah bejana berbentuk bundar yang terbuat dari kulit untuk menyimpan minyak samin atau madu, akan tetapi biasanya khusus untuk minyak samin.