Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HUKUM BERISTINJA’ DENGAN MAKANAN DAN BENDA YANG DIHORMATI

HUKUM BERISTINJA’ DENGAN MAKANAN DAN BENDA YANG DIHORMATI
Rasul menjelaskan tentang hukum yang berkenaan dengan BER-ISTINJA’ DENGAN MAKANAN DAN BENDA YANG DIHORMATI sebagaimana hadits dari Ibnu Mas'ud ra. menerangkan

 ان النبي ﷺ قال: أتاني داعي الجن فذهبت معه فقرأت عليهم القرآن فانطلق بنا فارانا اثارهم وآثار نيرانهم وسألوه الزاد فقال: لكم كل عظم ذكر اسم الله عليه يقع في أيديكم او فر ما يكون لحما وكل بعرة علف لدوابكم ، فقال رسول اللہ ﷺ: فلا تستنجوابهما  فإنهما طعام اخوانكم 

Nabi saw. bersabda: “Telah datang kepadaku seorang utusan jin. Maka aku pergi bersamanya untuk menjumpai golongan jin yang telah berkumpul di suatu tempat. Kepada mereka aku bacakan Al-Qur'an.” Ibnu Mas'ud berkata: “Nabi saw. membawa kami ke tempat mereka, lalu Nabi pun memperlihatkan kepada kami bekasan-bekasan api mereka. Mereka bertanya kepada Nabi: “Apakah yang menjadi makanannya ?" Maka Nabi saw. menjawab: “Tiap-tiap tulang binatang yang disembelih dengan menyebut nama Allah menjadi makananmu. Tulang tulang itu jika berada di tanganmu layaknya penuh dengan daging yang sempurna. Tiap-tiap tahi binatang yang empat kaki, menjadi makanan bagi binatang piaraanmu. Rasul saw. berkata: “Karena itu, janganlah kamu ber-ISTINJA’ dengan dia, karena kedua benda itu makanan saudaramu.” ( HR. Ahmad dan Muslim ; Al Muntaqa 1: 59 ) 

Hadits di atas menyatakan bahwa kita tidak boleh ber-ISTINJA’ dengan tulang dan tahi. Ibnu Qudamah mengatakan: “Menurut pendapat kebanyakan ahli fiqh tidak boleh ber-ISTINJA’ dengan tahi dan tulang.” Demikian pendapat Ats-Tsaury, Asy Syafi'y, Ahmad dan Ishaq. 

Abu Hanifah mengatakan: “Kita boleh ber-ISTINJA’ dengan kedua benda itu, karena kedua-duanya mengeringkan najasah dan membersihkan, kedudukannya sama keadaannya dengan batu.”

Malik mengatakan: “Kita boleh bersuci dengan yang suci dari keduanya ( lihat masalah tulang dan tahi dalam bab najasah ). Tahi yang dipandang suci, boleh kita pakai, demikian juga tulang yang dipandang suci.” 

Ibnu Qudamah mengatakan lagi: “Tidak boleh ber-ISTINJA’ dengan benda benda yang dihormati, seperti kertas kitab hadits, dan yang sepertinya. Tidak boleh pula kita ber-ISTINJA’ dengan ekor binatang atau dengan bulunya yang masih berada di badannya.” 

Jadi benda yang dipakai untuk bersuci, harus mempunyai enam sifat: 1 ) suci, 

2 ) beku, 

3 ) membersihkan, 

4 ) bukan makanan, 

5 ) bukan benda yang dihormati, 

6 ) tidak mempunyai hubungan dengan tubuh binatang.  

Hadits yang diberitakan Ibnu Mas'ud, selain dari menunjukkan kepada kita tidak boleh ber-ISTINJA’ dengan tulang dan tahi, juga menunjuk dengan jalan isyarat dengan jalan tanbih kepada dilarang memberikan benda najis kepada binatang.

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Buku Koleksi Hadits-hadits Hukum-1 Tentang Bab Hukum-hukum tentang Buang Air