Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BER-ISTINJA’ DENGAN TIGA BUAH BATU, LARANGAN MENGURANGINYA

BER-ISTINJA’ DENGAN TIGA BUAH BATU, LARANGAN MENGURANGINYA
KETENTUAN BERISTINJA' DENGAN TIGA BUAH BATU, LARANGAN MENGURANGINYA, ini berdasarkan hadits dari Salman Al-Farisy berkata:

 نهانا رسول اللہ ﷺ ان تستقبل القبلة بغائط أو يبول أو نستنجي باليمين وأن يستنجي احدنا باقل من ثلاثة أحجار وان برجيع ، أوبعظم 

"Rasulullah saw, melarang kita menghadap kiblat, ketika buang air besar dan air kecil, dan melarang kita ber-istinja’ dengan tangan kanan dan melarang kita ber istinja’ dengan kurang dari tiga buah batu dan melarang kita ber-istinja’ dengan kotoran atau tulang.” (HR. Muslim, Abu Dawud, At-Turmudzy; Al-Muntaqa 1: 57) 77) 

Jabir ibn Abdullah ra berkata:

 قال رسول اللہ ﷺ: من استحمر فليوتر 

Rasulullah saw. berkata: “Barangsiapa ber-istinja’ (memakai batu untuk menggosok qubul atau dubur) hendaklah jumlahnya ia ganjilkan.” (HR. Ahmad; Al-Muntaqa 1:57) 

Hadits (1), juga diriwayatkan oleh An-Nasa'y, Ibnu Majah dan Al-Baihaqy. Ad-Daraquthny mengatakan hadits ini hasan shahih. Hadits ini menyatakan bahwa apabila kita memakai batu, bukan air, hendak lah kita memakai tiga biji batu, jangan kurang. 

Hadits (2), hadits yang semakna dengan ini diriwayatkan juga oleh Al Baihaqy, Asy-Syafi'y, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ad-Daraquthny, Ad-Darimy, Abu Dawud, An-Nasa'y dan Abu Awanah dalam Shahih-nya mengatakan bahwa hendaklah batu yang dipakai itu, ganjil: 3, 5, 7 dan seterusnya.” 

Asy-Syafi'y mengatakan: “Apabila seseorang menggunakan batu, hendaklah ia gunakan tiga biji atau tiga kali sapu. Jika dia ber-istinja untuk qubul dan dubur, hen daklah dia pakai 6 biji, 3 biji untuk qubul dan 3 biji untuk dubur. 

Dalam pada itu boleh ia cukupi dengan sebiji baru. Jika tidak bersih juga, hendaklah ditambah, sehingga bersih. Hal ini dibenarkan oleh segolongan ulama Syafi'iyah.” 

Golongan Syafi'iyah menetapkan dua syarat untuk orang yang memakai batu: Pertama, menghilangkan ' ain (inti) najasah, terkecuali bekasan yang hanya dapat di hilangkan dengan air. Kedua, menyapu tiga-tiga kali sekurang-kurangnya. 

An-Nawawy mengatakan: “Asy-Syafi'y menegaskan dalam Al-Umm dan Mukh tashar Al-Muzani, bahwa dubur wajib digosok sehingga hilang ' ain najis yang ada (me lekat) padanya, selain dari bekasan yang tidak bisa hilang melainkan dengan air.” 

Zhahir hadits ini mewajibkan kita menggunakan tiga buah batu sekurang kurangnya dan membantah paham yang membolehkan kurang dari tiga buah batu. Bahkan zhahir hadits ini tidak membolehkan kita menggosok tiga kali dengan batu yang sama, seperti yang dipahamkan oleh ulama-ulama Syafi'iyah. 

Ahmad Waliyullah Ad-Dahlawy dalam Al-Musawwa mengatakan bahwa Asy Syafi'y berkata: “Istinja’ adalah wajib. Adapun dikehendaki dengan istinja’ ialah menyapu dubur atau qubul dengan tiga kali sapu.” 

Abu Hanifah mengatakan: “Ber-istinja " adalah sunnar. Yang dikehendaki ialah membersihkan tempat (qubul dan dubur).” Asy-Syafi'y mengatakan: “Tidak boleh mengurangi dari tiga buah batu walaupun hasilnya bersih dengan kurang dari tiga batu. Jika tidak bersih dengan tiga biji batu, wajib ditambah sehingga sampai bersih dan disukai mengganjilkannya.” 

Abu Hurairah mengatakan: “Yang dimaksud dengan mengganjilkan ialah mem bersihkan. Dan disukai kita ber-istinja’ dengan air, walaupun tidak diwajibkan dengan air. Yang diwajibkan ber-istijimar (atau ber-istinja’ dengan batu). 

Hadits-hadits yang menunjukkan kepada perintah istijmar, menunjuk kepada tidak wajib memakai air.” Tegasnya, atas orang yang kencing atau buang air besar diperintahkan ber istijmar dengan tiga buah batu. Arti istinja’ ialah mencuci badan dengan air supaya hilang kotoran-kotoran yang ada di badan, atau menyapu dengan batu. Arti istijmar ialah mempergunakan batu dan menyapu diri dengan jamrah (batu-batu kecil). Inilah yang diperintahkan. 

Dalam pada itu diakui kebaikan mempergunakan air dan lebih bagus lagi jika sekira nya sesudah ber-istijmar dengan batu ber-istinja’ dengan air lagi. Ahli fiqh memakai juga istithabah semakna dengan kata istinja’. Maka yang diwajibkan ialah istijmar bukan istinja’ dengan air. 

Dengan memperlihatkan nukilan Al-Musawwa, nyatalah bahwa pendirian Asy-Syafi'y ialah tidak boleh mencukupkan dengan menyapu tiga kali sapu dengan satu batu, hanya harus menyapu tiga kali sapu dengan tiga buah batu. 

Sekiranya kita berpegang dalam menetapkan hukum ini kepada semata-mata zhahir hadits, maka ketetapan yang tidak dapat diabaikan, ialah menggosok dubur dengan tiga buah batu. Kalau kita memakai pengertian dengan maksud ber istijmar, tentulah kita membenarkan pendapat Abu Hanifah, Malik dan Dawud.

Mencukupkan dengan gosokan batu saja, itulah madzhab Ibnu Zubair, Sa'ad ibn Abi Waqqash dari para sahabat. Ibnul Musayyab dari tabi'in dan seluruh ulama Syafi'iyah dan Hanafiyah. Juga demikian paham ulama-ulama Hanbaliyah. 

Sa'ad ibn Al-Musayyab mengatakan: “Yang ber-istinja’ dengan air, hanyalah kaum ibu.” Atha ' mengatakan: “Ber-istinja’ dengan air, suatu muhdas (suatu hal yang baru), barang bid'ah.” Al-Hasan tidak ber-istinja dengan air.”

Referensi:
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Buku Koleksi Hadits-hadits Hukum-1 Tentang Hukum Beristinja' Dengan Tiga buah Batu