Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penyelewengan Sopir Taksi

Penyelewengan Sopir Taksi

Kemudian Ammar datang tepat waktu seusai salat Ashar. la mengetuk pintu dan Syaikh pun mempersilakannya masuk. Ia masuk dan menerima pelayanan sebagaimana layaknya seorang tamu secara cepat.”Wahai Syaikh, kita akan pergi ke mana ?”tanya Ammar.”Sesungguhnya aku hari ini memiliki janji bersama dokter gigi di rumah sakit spesialis,”jawab Syaikh.

Ammar bertanya,”Ada apa gerangan denganmu wahai Syaikh ?”Syaikh menjawab,”Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin membersihkan gigiku.”Keduanya pun segera menuju rumah sakit tersebut. Syaikh berkata,”Wahai Ammar, tolong panggilkan taksi untuk kita, karena aku sangat letih.” “Baiklah Syaikh,”jawab Ammar. Kemudian Ammar pun memberhentikan sebuah taksi dan keduanya pun naik ke dalam taksi.

Penggunaan Taksi Untuk Pekerjaan Tidak Beradab

Ketika mereka sedang menuju rumah sakit, tiba-tiba dua orang pemuda kebarat-baratan bersama dua orang pemudi berdandan seronok memanggil dari kejauhan, sementara mereka berdiri di pinggir jalan dengan tidak tahu malu. Ketika taksi mendekati mereka, salah seorang dari mereka melambaikan tangan kepada sopir taksi itu seolah-olah ia mengenalnya. Si sopir pun berdiri di hadapannya.”Ada apa ?”tanya sopir.”Kami ingin taksi sekarang selama lima jam,”jawab pemuda itu.”Tunggulah lima menit, aku akan mengantarkan Syaikh ini ke rumah sakit spesialis,”kata sopir.

Pemuda itu berkata,”Kami akan menunggumu.”Ke tempat yang sama seperti kemarin ?”tanya sopir.”Iya,”jawab pemuda. Sang sopir pun berlalu, dan ketika di perjalanan Ammar berkata kepadanya:”Saudaraku, ada apa kau dengan orang-orang jahat itu ?”tanya Ammar. Syaikh pun bertanya,”Mereka ingin pergi ke mana ?” “Wahai Syaikh, jangan hiraukan mereka para setan manusia dan pecinta kerusakan itu,”jawab sopir.

Syaikh bertanya,”Apabila mereka pecinta kerusakan, mengapa emgkau pergi bersama mereka ?” Sopir pun menjawab,”Wahai Syaikh, aku ini mencari penghasilan walaupun di mulut serigala.”Syaikh bertanya,”Apakah mereka sumber penghasilan ?”Sopir menjawab,”Pekerjaan paling menguntungkan yang aku dapati dari taksi adalah bersama mereka. Mereka akan mencarter kendaraan selama lima jam misalnya dengan sewa seratus pound, di mana kalau aku berkeliling seharian tidak akan mendapatkan hasil setengahnya.”

Syaikh berkata,”Subhanallah, lima jam saja dengan upah seratus pound ?” “Iya benar,”kata sopir. Syaikh. bertanya,”Ke mana mereka pergi ?” “Lebih baik Anda tidak mengetahuinya,”jawab sopir.”Terima kasih, kami hanya ingin berbincang-bincang dalam perjalanan, untuk mengetahui perkara mereka sebenarnya,”kata Syaikh.

Sopir berkata lagi,”Wahai Syaikh, mereka itu pemuda pemudi mahasiswa perguruan tinggi yang sangat rusak dalam masyarakat muslim.”Syaikh pun menjawab,”Ini memang benar, karena tidak ada di antara mereka yang mengatakan, “Bertakwalah kepada Allah.” “Mereka menggandeng para pemudi dan menyewa taksi per jam dua puluh pound untuk membawa mereka ke tempat-tempat gelap, jauh dari pandangan orang, tidak lain adalah agar dapat saling melakukan kemungkaran,”kata sopir.

Sang Syaikh telah meletakkan tangannya di kepala seraya berkata,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji'in ( sungguh segala sesuatu itu kembali kepada Allah ), La bawla wa la quwwata illa billah ( tiada daya upaya melainkan kepada Allah ), sejauh inikah keadaannya ?”

“Ini adalah sepele jika dibandingkan dengan yang lebih besar darinya,”kata sopir.”Ketika mereka melakukan perbuatan mungkar itu, kau berada di mana ?”tanya Syaikh. Sopir menjawab,”Aku meninggalkan taksi dan duduk jauh dari mereka. Aku merokok hingga mereka selesai, kemudian kami pulang,”Syaikh berkata,”Jadi kau bekerja sebagai mucikari untuk mereka.”Kata itu membuat sang sopir sangat tersinggung seraya berkata,”Wahai Syaikh, jangan berkata seperti itu.”

Syaikh berkata,”Kenapa kau marah, bukankah ini sesungguhnya kepahitan yang kau lakukan ketika bekerja kepada mereka sebagai mucikari dan kendaraanmu adalah sebagai tempat pelacuran berpindah, bukankah demikian sebenarnya. Lalu mengapa kau malu dengan pekerjaan yang kau lakukan ? Tidakkah kau takut kepada Allah sementara kau menggunakan kendaraanmu sebagai alat pencari rezeki demi menafkahi anak-anakmu dengan sesuatu yang haram.

Dengan demikian telah menjadi mucikari dan menolong tersebarnya kemungkaran di masyarakat muslim. Kau telah memberi makan anak-anakmu dengan api neraka, karena itu asal harta itu adalah sebagaimana yang telah kau ketahui Tidakkah kau takut kepada Allah, sementara kau mengantarkan para pelacur dari anak perempuan kaum muslim kepada seorang pezina, atau justru orang lain yang mengantarkan anak-anak perempuanmu kepada orang yang menghancurkan kehormatan mereka ? Sunnatullah yang berlangsung di seantero jagad ini adalah bahwa 'ganjaran itu sesuai dengan perbuatan, kecuali bagi orang yang mau bertaubat, melakukan amalan saleh dan banyak memohon ampunan kepada Allah.

Tidakkah kau takut kalau nanti Allah menurunkan siksaan sementara kalian berada di dalam kendaraan, yaitu dengan meledakkannya, sehingga kalian semua meninggal dunia dalam laknat dan amarah Allah ? Demi Allah, maukah kau jika sekiranya anak perempuanmu menduduki posisi perempuan tersebut ?”

Sopir berkata,”Wahai Syaikh, aku tidak terlibat dalam perbuatan ini, aku sama sekali tidak berbuat kemaksiatan itu dengan mereka. Segala yang aku inginkan hanyalah uang banyak yang mereka suguhkan kepadaku, dan ini menurutku tidaklah haram, tapi yang diharamkan adalah yang melakukannya.”

Syaikh berkata,”Masya Allah, pemahaman aneh terbalik apakah ini. Di manakah posisimu ketika kau menghadapi nash-nash syariat yang telah mengharamkan perbuatanmu ini ?” “Wahai Syaikh, nash-nash apakah yang menjelaskan pengharaman perbuatanku ini ?”tanya sopir. Syaikh menjawab,”Ambillah sebagai sebuah contoh.

Pertama, Allah berfirman:

إن الذين يحبون أن تشيع الفحشة في الذين امنوا لهم عذاب أليم في الدنيا والأجرة والله يعلم وأنتم لا تعلمون-
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar ( berita ) perbuatan yang amat kaji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, dang kamu tidak mengetahui. ( QS. An-Núr ( 24 ): 19 )

Sementara engkau telah mencintai pekerjaan haram ini, jadi engkau termasuk orang-orang yang menginginkan berita kekejan itu tersebar di kalangan orang-orang yang beriman. Oleh karena mereka itu juga anak anak kaum muslim, maka kau tergolong dalam peringatan yang disebutkan oleh ayat selama kau tidak bertaubat.

Kedua, sebenarnya seorang perempuan tidak boleh mengendarai kendaraan hanya bersama sopir atau orang yang bukan muhrimnya, karena ini termasuk khalwat dengan orang asing, sedangkan Rasulullah telah bersabda:

لا يخلون رجل بامرأة إلا ومعها ذو محرم

Seorang lelaki tidak boleh berkhalwat dengan seorang perempuan kecuali dengan mubrimnya. (HR. Al-Bukhari, Muslimm Ahmad dan Turmuzi)

Permasalahan ini bukan sekadar masalah muhrim saja, tetapi adalah masalah zina yang terang. Kemudian bagaimanakah sikap para pemuda pemudi tersebut dalam menghadapi kemaluan di dunia dan di akhirat. Sungguh siksaan bagi pezina pada hari kiamat adalah dengan dimasukkan ke dalam Tannur yang bagian atasnya sempit dan bagian bawahnya lapang.

Mereka akan dipanggang di dalamnya tanpa busana. Ketika api itu dinyalakan di bawah mereka, mereka akan berteriak untuk keluar. Tapi setelah api itu padam, mereka akan kembali ke dalamnya sebagaimana semula.

Demikianlah mereka akan diperlakukan hingga hari kebangkitan datang. Kemudian kepada para anak perempuan kaum muslim yang melakukan perbuatan tersebut, agar mengetahui bahwa doa mereka takkan diterima meskipun ketika pintu langit terbuka di pertengahan malam, Rasulullah bersabda:

Pintu-pintu langit akan terbuka pada pertengahan malam, maka seseorang memanggil Adakah seseorang yang ingin dikabulkan doanya ? Adakah seseorang yang ingin dikabulkan permintaannya ? Adakah orang kesusahan yang ingin dilapangkan ? Tak seorang muslim pun yang berdoa tanpa dikabulkan oleh Allah, kecuali seorang pezina yang mencari nafkah dengan kemaluannya atau orang yang suka berzina. (HR. Thabrani)

Kebutuhan dan kefakiran bukanlah sebuah uzur syar'i mutlak untuk melangkahi batasan-batasan Allah. Dahulu mereka mengatakan,”Seorang perempuan mendeka yang kelaparan tidak akan mencari nafkah dengan payudaranya, lalu bagaimana mungkin dengan kemaluannya. Kemudian peranmu wahai sopir taksi sangatlah berbahaya, karena kau selalu berkhalwat dengan para perempuan. Kau harus membekali diri dengan ketakwaan yang besar dan akhlak mulia, agar itu dapat menjadikan benteng penolak dirimu dari kemaksiatan.

Ketahuilah bahwa taksi ini adalah nikmat Allah kepadamu, dan kau tidak boleh menggunakan nikmat itu untuk kemaksiatan sehingga nikmat tersebut tidak cepat hengkang darimu. Akhirnya kau akan menjadi fakir dan pada saat itu hanya dirimu sendiri yang dapat kau sesali.” “Yang kupahami dari itu bahwa aku tidak boleh mengantar mereka ?”kata sopir. Syaikh berkata,”Ini tidak diragukan lagi. Kalau kau tanyakan hal itu kepada orang gila, niscaya ia akan mengharamkannya, lalu bagaimana dengan orang berakal. Kemudian bagaimanakah seorang pencemburu cemburu terhadap agama dan kehormatan umatnya. Perkara itu sangatlah jelas.”

”Lalu sekarang bagaimanakah jalan keluarnya ?”kata sopir. Syaikh menjawab,”Jalan keluarnya adalah tidak pergi kepada mereka lagi.”Sopir berkata,”Sopir yang lain akan mengantarkan mereka.”Syaikh berkata,”Orang yang sesat itu takkan dapat mencelakakanmu jika kau telah mendapatkan petunjuk. Bagaimana mungkin kau melihat dirimu melangkah menuju api sementara kau tidak mencari aib dirimu sendiri, tapi justru mencari surga orang lain dan kau tenggelam dalam apimu.

Ketahuilah pula bahwa kau tidak boleh menggoda para pemudi di jalanan dengan menggunakan taksimu, yaitu dengan menyorotkan lampu kebagian tertentu tubuhnya atau dengan membunyikan klakson, karena semua itu bertentangan dengan wibawa seorang manusia, terlebih lagi karena hal itu diharamkan bagimu sebagai seorang muslim yang takut kepada Allah.

Semua perbuatan itu tidak boleh, karena itu merupakan penggunaan kendaraan pada perbuatan yang tidak beradab.” “Aku bertaubat kepada Allah, tapi bagaimanakah dengan perbuatan yang telah aku lakukan di masa lalu ?”tanya sopir. Syaikh menjawab,” ini sebagaimana Allah berfirman dalam surat Az-Zumar ( 39 ) ayat 53 dan juga Allah juga berfirman dalam surat An-Nisa ' ( 4 ) ayat yang ke-17

Siapa pun yang bertaubat, niscaya Allah akan menerima taubatnya. Janganlah kau membesar-besarkan dosamu agar setan tidak menjadi penghalang dirimu untuk bertaubat.” “Aku memohon ampunan Allah dari dosa-dosaku,”kata sopir. Syaikh berkata,”Semoga Allah menuntunmu pada jalan – Nya

Dari Buku Tahzdir Al-Kiram Min Mi'ah Bab Min Abwabil Haram (Terj. Uang Haram) yang ditulis oleh Ibrahim bin Fathi bin Abdul Al-Muqtadir