Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pentingnya Ketelitian Berdalil Dengan Hadits

Pentingnya Ketelitian Berdalil Dengan Hadits

Sesuatu yang penting bagi para juru dakwah adalah hendaknya mereka teliti dalam mengeluarkan Hadits untuk dijadikan dalil yang menguatkan salah satu makna, nilai ataupun posisinya. Hal ini sebenarnya adalah kewajiban semua ilmuwan, yaitu agar mereka bersandar pada sumber yang dapat dipercaya dan tidak menggunakan Hadits lemah dan palsu yang tidak berujung pangkal. Sebagian orang yang terkecoh oleh popularitas haits dikalangan orang-orang, sering tercantum di dalam buku atau diucapkan oleh banyak orang sehingga mereka mengira hal itu sudah cukup menunjukkan bahwa hadits itu dapat dipercaya dan dapat diterima sebagai dalil

Yang sudah diketahui oleh para peneliti adalah bahwa terjkadang hadits tersebut sering dibacakan oleh banyak orang, dikutib dalam buku-buku para ilmuwan.mereka saling mengutip antara satu dengan lainnya. Ternyata hadits tersebut sangat lemah. Bahkan terkadang tidak diketahui asal usulnya, dan bahkan ada yang palsu.

Inilah yang mendorong sejumlah ulama hadits mengarang buku yang menjelaskan kualitas hadits yang terlanjr populer dikalangan masyarakat. Di antaranya adalah buku az-zarkasyi (wafat tahun 794 H) yang berjudul At-Tazkirah bil Haditsil Musytahirah. Kemudian buku Ibn Ad-Daibi’ yaitu Tamyiizuth Tayyibah Minal Hadits, Buku al-Hafidh Ibnu Hajar wafat tahun 852 H) yaitu Al-La’aalil Mantsuurah fi Ahaditsil Masyurah, dan banyak buku yang lainnya berkenaan dengan masalah ini.

Buku yang dianggap paling lengkap dalam menjelaskan tentang masalah ini adalah buku Kasyful Khafa’ Wa Muzilul Al-Baas ‘Amma syatahara Minal Hadits ‘Alaa Alsinatin Naas karangan ‘Aljaluni (wafat tahun 1162 H). Adapun buku khusus yang menerangkan Hadits Palsu adaah seperti yang disusun oleh Ibnu Al_jauzi, As-Suyuthi, Al-Qari, Asy-Syaukani, al-Laknawi, Ibnu ‘Iraq, Al-Albani dan lainnya.

Dalam buku Tasawuf dan nasehat yang banyak mengandung hadits yang lemah bahkan terkadang ada yang palsu. Oleh karena itu pembaca harus bersikap hati-hati dan teliti dalam membaca dan mengkajinya. Demikian pula buku-buku tafsir, terutama yang baerkaitan dengan keutamaan surat tertentu dalam Al-Qur’an, kisah para nabi dan orang shaleh, dan sebab diturunkannya ayat tertentu dalam al-qur’an. Dalam masalah ini sedikit sekali yang dijadikan hadits shahih sebagai rujukan.

Sebagai contoh misalnya tentang kisah Tsa’labah bin Hathib yang sering dijadikan sebagai dalil yang menurut para penafsir sebagai sebab turunnya firman Allah surat At-Taubah ayat yang ke 75 samapai dengan ayat yang ke 77. Padahal isnad dari kisah Tsa’labah tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh al-hafidh Ibnu Hajar ketika mentakhrij Al-Kasysyaf adalah sangat lemah. Karena kisah tersebut berasal dari riwayat Ali bin Yazid al-Hani yang menurut Al-Bukhari beliau adalah munkarul hadits (haditsnya ditolak). Menurut An-Nasai ia tidak dapat dipercaya.menurut Ad-Darulquthni adalah matruk (harus ditinggalkan). Dari Qasim Abu Abdurrahman,Ahmad mengatakan tentang Ali bin Yazid telah meriwayatkan Hadits-Hadits yang aneh-aneh. Begitu juga Ibnu Hibban mengatakan bahwa dia meriwayatkan hadits-hadits misterius dari pada shahabat dan hadits-hadits terbalik dari orang-orang yang dapat dipercaya.



Note:
Kutipan dari Buku: Metode Memahami Sunnah dengan Benar karangan Yusuf Al-Qardhawi