Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Memetik Hikmah Kisah Ketaatan Nabi Ibrahim

Memetik Hikmah Dari Kisah Nabi Ibrahim

Pernahkah kita membayangkan diri kita, melakukan sebuah perjalanan tanpa tujuan yang jelas, dan kemudian kita tinggalkan anak dan istri kita di sebuah lembah yang tandus? Tanpa air dan tanaman? Mungkin semua hal itu tidak akan masuk akal bagi kita.
Itulah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim As dan keluarganya. Di usianya yang hampir menginjak 70 tahun, Allah akhirnya karuniakan seorang anak yang mulia. Dari rahim seseorang yang mulia. Dan dalam usia kurang dari 1 tahun, Allah perintahkan Nabi Ibrahim As untuk membawa anak dan istrinya melakukan perjalanan hingga Allah yang menetapkan tempat tujuannya. Dan kemudian Allah perintahkan Nabi Ibrahim untuk meninggalkan mereka di suatu daerah yang tiada peradaban di dalamnya. Tanpa air, tanpa tumbuhan dan tanpa makanan. Hanya ada bebatuan yang bertumpuk dan pasir sejauh mata memandang. Yang pada akhirnya, dari situlah Allah swt kembali membangun peradaban manusia.

Ya, itulah Makkah. Kota yang amat Allah muliakan dengan Kakbah yang dibangun Nya sejak awal penciptaan alam semesta. Kota yang darinya Allah pertemukan Nabiyullah Adam dan Hawa. Kota yang darinya Allah muliakan keluarga Nabiyullah Ibrahim. Dan kota yang darinya Allah turunkan manusia paling mulia, Rasulullah Muhammad Saw.

Makkah mungkin tak akan banyak dikenal orang andaikan Nabi Adam memilih mengingkari ketetapan Allah. Ataupun Nabi Ibrahim memilih tidak berjalan bersama keluarganya kesana. Ataupun Rasulullah Saw memilih untuk lari dari tugas dakwahnya. Kekuatan ketaatan akan mengantarkan pada kemuliaan. Dan di kota inilah Allah buktikan kekuasan dan kasih sayang Nya pada mereka yang taat pada perintah Nya. Sedangkan mereka yang ingkar? Mereka binasa bersama keburukan yang mereka lakukan semasa di Dunia. Allah muliakan kota ini bersama kemuliaan para penghuninya yang senantiasa taat.

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan taat” sesungguhnya merekalah orang2 yg beruntung” (Qs. Annur : 51)