Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KIsah Unik Khalifah Shalahuddin

KIsah Unik Khalifah Shalahuddin

Hari ini 8 Dzulqa'idah 851 tahun lalu, berangkatlah Abdurrahman bin Munqidz ke negeri kekuasaan Dinasti

Muwahiddun. Ibnu Munqidz diutus Shalahuddin Yusuf bin Ayyub untuk mengantarkan ajakan penting kepada Sultan Ya'qub bin Yusuf bin Abdul Mukmin: bersatu meluaskan kekuasaan negeri-negeri Islam di daratan yang kita sebut kini Eropa.

Shalahuddin kala itu tengah di puncak kekuasaan, selepas merebut al-Aqsha dari pasukan Salib. Cita-cita selanjutnya: syahid. Menguasai negeri yang belum diislamkan sembari berdakwah. Qadarullah, Andalusia masa itu dikuasai Dinasti Muwahiddun. Maka, koalisi dua negeri Islam dari timur dan barat akan memudahkan perluasan kekuasaan Islam. Sebab lain Shalahuddin mengajak Ya'qub adalah keduanya bisa dikatakan produk semanhaj, yakni didikan para syeikh madrasah al-Ghazali.

Berpekan dalam safar, hingga berada di negeri Sultan Ya'qub pada 10 Muharram, jawaban positif tak kunjung diterima. Alih-alih menerima ajakan Shalahuddin, Ya'qub enggan. Menurut sejarawan Ibnu Katsir, Ibnu Washil, dan Zahabi, penguasa Muwahiddun malah murka.

Sebab kemurkaan sang Sultan di negeri barat itu sepele sebenarnya: surat Shalahuddin tidak menyapanya dengan "amirul mukminin"!

Padahal, tidak ada niat Shalahuddin untuk merendahkan. Toh ia yang sudah harum namanya pun tidak pernah disapa "Sultan" semasa hidupnya. Penulis surat Shalahuddin, yakni Qadhi Fadhil, pun merasa ragu andaikan kata "amirul mukminin" disematkan pada Ya'qub. Menjaga perasaan para pendukung Khalifah Abbasiyah di Baghdad.

Hanya karena soal sapaan, cita besar terabaikan. Bukan soal keinginan wafat syahid Shalahuddin, melainkan kebesaran Islam untuk kemudian hari. Siapa tahu saja bila dakwah Islam sampai ke Eropa semasa itu. Tapi ketentuan Allah sudah ada. Dan yang terjadi memang tantangan pekerjaan rumah bagi umat secara kolektif; bagi generasi umat selepas Shalahuddin.

Fakta, penyerbuan memang gagal. Shalahuddin empat tahun kemudian wafat. Dan akhirnya tragis bagi Muwahiddun. Kekuasaan di Andalusia lepas beberapa dekade kemudian.