Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hakikat Pembelajaran Cooperative tipe Think Pair and Share (TPS)

Hakikat Pembelajaran Cooperative tipe Think Pair and Share (TPS)

1. Pengertian Pembelajaran Cooperative tipe Think Pair and Share (TPS)

Metode ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari universitas Marland sebagai struktur kegiatan pembelajaran Cooperative Learning. Teknik ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah Optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagi hasilnya untuk seluruh kelas. Teklnik Think Pair and Share ini memberikan kesempatan sedikit lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

TPS atau Think Pair and Share merupakan jenis pembelajaran Cooperative yang dirancang untuk mengetahui pola interaksi siswa. Struktur yang dikembangkan ini sebagai alternative terhadap struktur kelas tradisional.Struktur menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 orang) dan lebih mengutamakan penghargaan Cooperative dari pada penghargaan individual.

TPS memiliki prosedur yang diterapkan secara eksplisit untuk memberi siswa lebih banyak berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain misalnya; seorang guru baru saja menyelesaikan situasi penuh teka teki yang telah dikemukakan. Dan guru menginginkan siswa memikirkan secara lebih mendalam tantang apa yang telah dijelaskan atau dipahami. Guru memilih untuk menggunakan TPS sebagai ganti Tanya jawab seluruh kelas.

Lyman, et, all (dalam Ibrahim) menyebutkan langkah-langkah Pembelajaran TPS sebagai berikut :
  1. Langkah ke-1 berfikir (Think): guru, mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pembelajaran selanjutnya siswa dimintak untuk memikirkan jawaban pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
  2. Langkah ke-2 berpasangan (Pair): selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah difikirkan. Interaksi selama ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasikan. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
  3. Langkah ke-3 berbagi (Share): pada langkah akhir ini guru meminta pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan lebih efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu kepasangan yang lain, sehingga seperempat/separuh dari pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran cooperative tipe Think Pair and Share (TPS) adalah suatu pembelajaran yang menempatkan siswa secara berpasangan untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik melalui tiga tahap: (1) berfikir, (2) berpasangan, (3) berbagi.

2. Karakteristik Strategi Pembelajaran TPS

Ada beberapa macam tipe pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah metode pembelajaran kooperaatif tipe TPS. TPS dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari universitas Maryland.

Seperti yang dijelaskan oleh Nurhadi bahwa:
Metode TPS memberikan kepada siswa untuk berfikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain, sebagai contoh seorang guru baru saja menyelesaikan sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai apa yang telah dibaca. Guru tersebut memilih model tipe TPS dari pada metode ditemukan Tanya jawab untuk kelompok secara keseluruhan.

Pada penerapan TPS, setelah guru mengajarkan suatu materi pelajaran, kemudian guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan materi pelajaran maka guru meminta siswa untuk memikirkan (think) jawaban atas pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri (individual) untuk beberapa menit dengan menjawab lembar kerja siswa (LKS)

Tugas dalam LKS terdiri dari tugas-tugas yang dapat membantu siswa dalam menuntaskan materi pembelajaran. Anggota pada tiap pasangan saling membantu dalam memahami materi tersebut. Di akhir kegiatan pembelajaran, anggota dari pasangan yang memiliki jawaban berbeda, maka pasangan lain menanggapi hasil kerja pasangan tersebut. Bagi pasangan yang aktif dan berpotensi akan memperoleh penghargaan.

Siswa tetap berada dalam pasangannya selama beberapa kali pertemuan, aktivitas siswa antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif. Bekerja sama selama menyelesaikan tugas dalam pasangan, memberikan partisipasi kepada teman sekelompoknya, mendorong pasangan untuk partisipasi secara aktif, berdiskusi dan sebagainya.

Selama kerja kelompok (pasangan), tugas anggota pasangan adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman pasangannya untuk mencapai ketuntasan belajar. Belajar belum selesai jika salah satu teman pasangannya belum menguasai bahan pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, penghargaan diberikan kepada pasangan.

3. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran TPS

a. Kelebihan Strategi Pembelajaran TPS

Adapun yang menjadi kelebihan strategi pembelajaran TPS adalah sebagai berikut:
  1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru diawal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
  2. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
  3. Motivasi siswa. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik dari pada pembelajaran dengan model konvensional.
  4. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kecenderungan siswa merasa malas karena proses belajar siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua apa yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.
  5. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa trtentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yag disampikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
  6. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam TPS adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa data lebih optimal.
  7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. System kerja sama yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnyatidak diterima.
b. Kelemahan kelemahan metode TPS

Kelemahan metode TPS adalah pembelajaran yang baru diketahui, kemungkinan yang dapat timbul adalah sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa.

4. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran TPS

Adapun dalam pembelajaran TPS dapat digunakan langkah-langkah strategi pembelajaran berikut:

Langkah 1 : Berfikir (thinking)
  • Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah.
Langkah 2 : Berpasangan (pairing)
  • Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
Langkah 3 : Berbagi (sharing)
  • Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan kepasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.