Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hakikat Pembelajaran Berbasis Masalah

Hakikat Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah telah dimulai pada tahun 1920 ketika Celestine Frienet yang merupakan seorang guru SD yang baru saja kembali dari perang dunia I, Celestine Frienet berasal dari sebuah pedesaan di Barsur–loup dibagian Tengara Prancis. Sebenarnya Celistine berhasrat menjadi guru SD, namun cedera serius yang dialaminya mengakibatkan saluran pernapasannya terganggu. Hal tersebut membuat Celestine menggunakan pendekatan lain untuk menggantikan metode tradisional dengan cara memandirikan murid-muridnya dan Ia hanya memfasilitasi saja, hal tersebut merupakan cikal bakal pembelajaran berbasis masalah yang diperkenalakn pada tahun 1970 oleh MC Master Faculty of Health Science diCanada, sejak itu pembelajaran berbasis masalah dipakai luas dipakai luas dibanyak Negara.

Sejak dipopulerkan diMC Master University Canada Pembelajaran Berbasis Masalah terus berkembang, perkembangan bisa kita liat dari adanya peningkatan tuntutan untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, aksesibilitas, informasi dan ledakan pengetahuan, oleh karena itu perlu adanya penekanan kompetensi dunia nyata dalam belajar, serta perkembangan dalam pembelajaran, psikologi dan pedagogi. Sebelumya Pembelajaran Berbasis Masalah hanya digunakan difakultas kedokteran, kemudian berkembang pesat mulai dari ilmu ekonomi dan bisnis, teknik, arsitektur, hukum bahkan sampai kedunia pendidikan[2]. Guru dengan Pembelajaran Berbasis Masalah harus membekali siswanya dengan sesuatu yang mereka butuhkan dimasa mendatang. Hal ini sesuai dengan tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah itu sendiri yaitu tujuan untuk memiliki kemampuan, yang akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Definisi Pembelajaran Berbasis Masalah

H.S Barrow sebagai pakar pembelajaran Berbasis Masalah menyatakan bahwa definisi Pembelajaran berbasis Masalah adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu baru. Dengan demikian masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar siswa dapat menyongkong keilmuannya. Masalah yang menjadi titik awal itu harus berdasarkan masalah dunia nyata, yang dapat memancing siswa untuk menyelesaikannya berdasarkan pengetahuan yang mereka sudah kuasai sebelumnya sehingga akan terbentuk pengetahuan yang baru dan siswa memiliki ketrampilan dalam menyelesaikan masalah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ward bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah-masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan dalam menyelesaikan masalah.

Dari kedua definisi diatas dapat saya simpulkan bahwa pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang memberikan masalah sebagai awal pembelajaran untuk mendapatkan ilmu yang baru serta melibatkan siswa dalam penyelesaiannya

2. Karekteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Ibrahim & Nur Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki beberapa karakteristik , yaitu;

a. Pengajuan masalah atau pertanyaan

Pembelajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-prinsip atau ketrampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dihadapkan pada situasi dunia nyata yang autentik. Menurut Arends pertanyaan atau masalah yang diberikan haruslah memenuhi kriteria berikut;
  1. Autentik yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa bukan berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu
  2. Jelas yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya dapat menyulitkan penyelesaian siswa
  3. Mudah dipahami yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu masalah yang disusun dan dibuat dengan tingkat perkembangan siswa
  4. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu maslah yang disusun tersebut harus berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
  5. Bermanfaat yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat baik siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir memecahkan masalah siswa , serta membangkitkan motivasi belajar siswa

b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu

Meskipun pembelajaran berbasis masalah diterapkan pada pembelajaran matematika, dan masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran

c. Penyelidikan autentik

Dengan pembelajaran berbasis masalah siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkkan hipotesis dan membuat dugaan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan

d. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya

Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkip debat, laporan, model fisik, vidio atau program komputer.

Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa bekerja sama satu sama lain (paling sering berpasangan atau dalam kelompok kecil). Bekerja sama memberikan motivasi secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas komplek dan memperbanyak peluang dalam berbagi inkuiri dan dialog serta mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan berfikir

3. Langkah-Langkah Pembelajaran

Peran siswa secara umum dalam Pembelajaran Berbasis Masalah adalah mempersiapkan diri untuk belajar dan bekerja secara kelompok serta berperan aktif dalam pembelajaran. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Arends mengemukakan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

Langkah 1: Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya



Langkah 2: Mengorganisasikan siswa dalam belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas yang berhubungan dengan masalah tersebut

Langkah 3: Membimbing penyelidikan secara mandiri atau kelompok

Guru membingbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai. Melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah masalah.

Langkah 4: Mengembangkan dan Menyediakan alat-alat dan menyajikan

hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan video dan model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya

Langkah 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru Membantu siswa untuk merefleksikan terhadap investigasinya pada penyelidikan dan proses yang digunakan

Adapun pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah secara ringkas sebagai berikut:

1. Tugas-tugas perencanaan

Sesuai hakekat interaktifmya pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak perencanann seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.



a. Penetapan tujuan

Pertama kali mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berbasis masalah direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan seperti ketrampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dan membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Hendaknya difikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa.

b. Merancang situasi masalah

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan siswa keluasan dalam memilih masalah untuk diselidiki karena cara ini dapat membangkitkan motivasi siswa. Masalah yang baik bersifat autenti, mengandung teka-teki dan tidak terdefinisikan secara ketat, memungkinkan bekerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan pembelajaran

c. Organisasi sumber daya dan rencana logistik

Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dimungkinkan menggunakan peralatan ataupun media sesuai dengan materi yang dipelajari, didalam penilitian ini misalnya bola, kaleng susu sebagai tabung, dan corong es krim untuk kerucut

2. Tugas interaktif

a. Orientasi siswa pada masalah, siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah tidak untuk memperoleh informasi dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting untuk menjadi siswa yang mandiri. Dan cara yang baik untuk untuk menyajikan masalah ini adalah dengan memberikan masalah mencengangkan sehingga siswa tertarik untuk menyelesaikannya

b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Pada model ini dibutuhkan pengembangan ketrampilan kerja sama diantara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama, jadi siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dengan adanya tugas mempersentasikan

c. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

Guru membantu siswa dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber , siswa diberi pertanyaan yang membuat siswa memikirkan masalah dan informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Guru mendorong pertukaran ide secara bebas, selama tahap penyelidikan guru memberikan bantuan tanpa mengganggu siswa. Dan puncak dari pembelajaran berbasis masalah adalah mempersentasikan hasil dari penyelidikan

d. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Tugas guru pada langkah ini adalah membantu siswa menganalisis proses berfikir mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan ketrampilan yang mereka gunakan