Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kelebihan Tafsir Al-Azhar Karya Buya Hamka

Kelebihan Tafsir Al-Azhar Karya Buya Hamka
Kitab Tafsir al-Azhar yang ditulis oleh Buya Hamka dari sekian banyak karya karyanya. Tafsir awalnya bermula dari dari ceramah Subuh Hamka yang disampaikan di Masjid Agung al-Azhar sejak tahun 1959 sampai tahun 1964 belum juga tamat. Oleh karena itu diberikan nama tafsirnya yaitu tafsir Al-Azhar. Pada awalnya tafsir ini Hamka Tulis sendiri dalam majalah Gema Islam sejak Januari 1962 sampai Januari 1964. Namun baru dapat ditulis hanya satu setengah juz saja, dari juz 18 sampai juz 19. Pada hari Senin, 27 Januari 1964 ceramah Subuh di Masjid Agung al-Azhar terpaksa dihentikan karena Hamka ditangkap oleh penguasa Orde Lama. 


Di dalam penjara Buya Hamka justru Allah berikan taufik dan inayahnya untuk melanjutkan penulisan Tafsir al-Azhar sehingga rampung. Penulisan. Pada tanggal 21 Januari 1966 Buya Hamka dibebaskan setelah tumbangnya orde lama. Kemudian beliau lebih untuk melakukan penyempurnaan penulisan Tafsir al-Azhar, yang telah ditulisnya di dalam tahanan. Kemudian buku Tafsir al-Azhar diterbitkan. 

Kelebihan Tafsir Al-Azhar 
Yang pertama, Kelebihan dari tafsir Al-Azhar dari segi Metode penafsirannya dengan menggunakan metode tahlili (metode analisis). Dengan menggunakan urutan penafsiran sesuai dengan urutan surah dan ayat sebagaimana yang tercantum dalam mushaf al Qur’an. 

Yang kedua, Beliau menjelaskan ayat secara lebih komphrehensif. dimulai dari menuliskan terjemahan ayat yang akan ditafsirkan, kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan makna yang terkandung dalam ayat tersebut tanpa banyak menjelaskan kosa kata. 

Yang ketiga, Dalam menguraikan penafsiran, sistematika yang digunakan Hamka dengan menulis pendahuluan yang isinya sekitar penjelasan mengenai surah tersebut antara lain arti nama surah, sebeb surah tersebut diberi nama demikian. Kemudian beliau mencantumkan asbabun nuzul ayat termasuk tentang perbedaan pandangan para ulama menyangkut riwayat sebab turunnya ayat tersebut. Kemudian baru beliau menafsirkan ayat tersebut dengan memberikan judul pada pokok bahasan sesuai dengan pokok kelompok ayat yang ditulis sebelumnya. 

Yang Keempat, bila ditinjau dari corak tafsir, maka Tafsir al-Azhar dapat dimasukkan kedalam corak tafsir adab ijtima’i yaitu menafsirkan ayat-ayat al Qur’an sesuai dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat pada masa tersebut pesan dari al Qur’an mudah dipahami dan diamalkan oleh semua lapisan masyarakat. Dalam menafsirkan Al-Qur’an Beliau berusaha untuk mengaitkan penafsiran al- Qur’an dengan kehidupan sosial, dalam rangka mengatasi masalah atau penyakit masyarakat, dan mendorong mereka ke arah kebaikan dan kemajuan. 

Yang kelima, tafsir ini menjelaskan makna ayat yang ditafsirkan untuk menunjang tujuan pokok yang ingin dicapainya, yaitu menyampaikan petunjuk-petunjuk al Qur’an yang berguna bagi kehidupan masyarakat. 

Apabila ingin mengkaji tafsir ini khususnya Juz 30 atau Juz Amma bisa di Download di sini...!!!